Perihal Waktu, Janji dan Kembang Api.

शुरू से प्रारंभ करें:
                                    

Akai diam, Kuuko menanti jawaban, angin menyela keduanya. Melewati sela daun dan membuatnya bergesek.

"Aku pikir itu kesalahan."

Dan saat daun momiji berguguran di pelataran kuil, Kuuko kehilangannya. Saat salju menumpuk di sebelah kaki, Kuuko kembali menemukannya.

Tapi Kuuko tidak lagi mengenalnya.

***

Dia dibawa dengan tangan terikat, dan mata tertutup rapat, dengan paksa, dan sepertinya Akai tidak memberikan perlawanan. Kepala mendadak bising karena memikirkan kemungkinan dari nasibnya setelah ini. Sampai akhirnya dia berakhir di sebuah ruangan.

Ruangan ini dingin, angin dari pendingin menggigiti kulitnya. Lantainya berbau cairan pembersih, bau kimianya menusuk hidung, membuatnya pusing. Gema-gema dari ketukan sepatunya dan sepatu dari para perempuan yang membawanya memantul di sudut ruangan. Dirinya didudukkan di tengah ruangan, di salah satu kursi, di depan meja. Lantas kain yang menghalangi pandangannya dibuka.

Dinding tempat ini lebih putih dari salju yang akan turun beberapa bulan lagi. Ruangan ini minim perabot. Hanya ada dua kursi berhadapan yang di batasi meja dan sebuah jam dinding yang suara detikannya memantul kemana-mana. Mereka yang membawanya kemari meninggalkan ruang tanpa membuka ikatan tangannya. Meninggalkannya sendirian di ruangan yang dingin ini. Ditemani suara jam dan degupan jantungnya yang mengeras.

Akai belum bisa menenangkan kepalanya yang masih bising seperti sebelumnya. Tidak ada yang bisa menenangkan hatinya saat ini. Jam yang kadang berputar, kadang tidak—menurut penglihatannya karena waktu sungguh bisa menipu. Sesaat mata memandang mereka bergerak, sesaat mata beralih mereka diam—seakan mengejeknya karena detikannya lebih konstan ketimbang detak jantung sang gadis.

Untuk apa dia dibawa kemari?

Ralat, untuk apa dia di bawa ke tempat Chuuoku?

Lambang segitiga merah muda itu bisa dia ketahui dengan mudah setibanya disini. Hanya alasannya saja yang belum dia temukan. Kepala kembali berpikir, mengeluarkan konklusi yang bisa benar bisa tidak. Kemungkinan untuk jadi antek mereka sampai dibunuh tanpa alasan jelas menyambanginya dalam satu waktu. Berdesakan masuk ke kepalanya yang kecil, ditambah bau kimia dari cairan pembersih di lantai ini. Membuat kepalanya lebih pusing dari sebelumnya.
Akai bergelut dengan dirinya sendiri. Larut dalam kepala yang mulai sakit dan napas yang memburu. Matanya kembali terpaku pada jam yang jarumnya hanya bergerak sedikit dari yang terakhir ia lihat.

Benar kan? Saat memalingkan mata, waktu bisa menipu. Jika dilihat terus menerus, mereka bisa membunuh. Entah kapan sang waktu mau berbaik hati dan menjadi temanmu. Karena Akai mengharapkan hal itu. Jika hal buruk menyertainya setelah ini, ia harap jarum itu bisa bekerja lebih cepat dari biasanya. Membawa pergi rasa sakitnya bersama jarum-jarum yang berputar.

Sayangnya, selama 18 tahun dia hidup, waktu tidak pernah mau berbelas kasih padanya. Kebahagiaannya berakhir cepat, penderitaannya bertahan lama. Lebih lama dari kewarasannya yang kini sudah melayang entah kemana.

Dan sialnya, selama 18 tahun itu, Akai tidak bisa beradaptasi dengan kejamnya waktu.

Mata jelaga itu terpaku pada jam. Kembali melihat jarum berputar sembari menahan tawa. Menatapnya kejam yang terduduk sendirian.

Dan Akai, dia hanya ingin pulang.
Bukan ke Yokohama, tempat tinggalnya.

Bukan ke Nagoya, rumah bibinya.

Bukan ke kuil dimana Kuuko berada.

Dia ingin pulang.

Ke tempat dimana waktu tak lagi berjalan, dimana jarum itu tak menatapnya dengan kejam, dimana masa tidak lagi mempermainkan hidupnya.

Last Year [Harai Kuuko] | Hypnosis Micजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें