Hai Gaes, Chocolate Up lagi nih semoga suka ya. Oiya, jangan lupa dong tinggalin jejak. Gak vote juga gak apa-apa yang penting komentar. Karena itu sangat membantu. Hiks-Hiks


Selamat membaca,  enjoy ya. Gaes.

* * *

Pia pun memutuskan panggilan teleponnya, dan berjalan menuju kamarnya ingin kembali tidur. Akan tetapi telepon rumahnya terus berbunyi, Pia mengabaikan panggilan telepon itu. Ia memilih untuk tidur kembali, hingga sangking begitu kesalnya Pia dengan suara telepon yang terus berbunyi tiada hentinya. Pia pun kembali untuk bangun dengan berusaha mengumpulkan semua kesadarannya sejenak, dilihatnya jendela sudah begitu terang. Ia pun mengambil jam wekernya, begitu kaget Pia melihat jam sudah menunjukan pukul 07:40. Dengan terburu-buru Pia bersiap-siap untuk berangkat magang.

Di rumah sakit beberapa anak magang dari kampus yang berbeda-beda sudah ngumpul di satu ruangan, menunggu pembimbing mereka masing-masing.

* * *

"Kalian tunggu sebentar disini, saya taruh barang-barang saya sebentar," ucap salah satu senior di rumah sakit.

"Baik dok," jawab serentak para pemagang.

Pia berlari menuju halaman rumahnya, dengan mengambil sepotong roti. Bahkan ia hanya menjawab singkat teleponnya lalu, bergegas mengunci pintu, Pia benar-benar lupa kalo mobilnya masih di bengkel karena ia menabrak pohon saat mengemudi. Pia pun berlari keluar mencari taksi dengan terburu-buru karena ia sudah begitu terlambat, tak lama Pia mendapatkan taksi yang melaju di jalan raya. Sesampai disana Pia bergegas menaiki lif menuju lantai 2 dan masuk keruangan bedah tanpa mengetok ruangan terlebih dahulu.

"Kalian sudah mendapat kan pembimbing masing-masing dengan keahlian masing-masing~~" ucap salah senior terpotong, karena Pia yang tiba-tiba masuk tanpa mengetok pintu.

"Ma-maaf dok saya terlambat," ucap Pia yang langsung nyelonong masuk.

Semua yang ada di ruangan itu pun langsung menatapnya tanpa ekspresi. Namun, ada juga yang menatapnya tak suka.

"Habislah gue, duh bodoh banget sih lu Pia, pake langsung nyelonong masuk aja," gumamnya sambil menunduk dan sedikit memukul kepalanya.

"Anak magang?" Tanya salah satu seniornya.

"I-iya dok," jawabnya gugup dan masih menunduk.

"Mana name tagnya? Kamu anak magang bagian mana?" tanya salah satu seniornya.

"Ma-maaf dok, sa-saya lupa membawa name tag," jawabnya lirih dan sedikit takut-takut.

"Hmm, kamu anak magang bagian apa?" tanya senior itu lagi.

"Sa-saya, masih baru dok, jadi belum tau di bagian mana," jawabnya sedikit takut-takut.

"Kamu ambil jurusan apa?"

"Spesialis bedah dok," jawabnya lirih.

"Kamu ikut saya sebentar, yang lain sudah bisa memulai magangnya. Ajak berkeliling saja terlebih dahulu agar mereka memahami seluk beluk rumah sakit, agar tidak tersesat," ucap senior.

"Baik dok," jawab mereka serentak.
Semua pun pergi meninggalkan Pia dan seniornya di ruangan itu. Ia begitu takut karena baru pertama kalinya ia terlambat dan bahkan ia juga lupa membawa name tag kartu identitas magangnya. Seniornya masih diam tak bersuara sedikitpun, sedangkan Pia sudah panas dingin dan juga pasrah kalo dia akan di marahi seniornya itu.

Tatkala Cinta BerderuWhere stories live. Discover now