☀3 ½ years [4]

2.4K 259 19
                                    

.

Paige sudah sadar. Liam yang membantunya bangkit. Untuk sementara Harold ia suruh bermain-main dengan putrinya, Chloe. Liam membelikan Paige sup untuk dia makan. Dengan perlahan Paige menghabiskan supnya dengan dibantu Liam.

"Berapa harga supnya? Tidak terlalu mahal, kan?" Tanya Paige memulai pembicaraan. "It's free." Jawab Liam singkat. 

Paige diam. Ada nada tak menyenangkan dari Liam. "Aku akan mengganti uang yang kau pakai untuk membeli sup." Balas Paige.

Liam mendecak, dia sudah katakan sup itu free. Kenapa dia masih ingin membayar.

"Ini gratis. Aku tidak ingin uang, aku hanya mau kau tidak kasar dengan Harold, anakmu." Paige menundukkan kepalanya. Benar, dia sudah lepas kendali tadi. 

Dia pusing memikirkan harus bekerja dimana lagi. Pekerjaan belum dapat, uang juga sudah sangat menipis, kebutuhan dapur juga sudah habis, uang sekolah Harold belum dibayar. Apalagi mengetahui Harold tidak ada disekolah, dia takut Harold diculik oleh penjahat. Dia benar-benar sangat stress.

"Iya, aku berjanji." 

Paige menganggukkan kepalanya. Jujur ia juga tak bermaksud untuk marah bahkan mencubit Harold. "Kau ada masalah? Aku bisa membaca hal itu dari raut wajahmu."

 Paige menggeleng. "Dimana Harold?" Paige mengalihkan pembicaraan. 

"Kau jangan mengalihkan pembicaraan, kau masih seperti dulu. Selalu mengalihkan pembicaraan jika kutanya." Ceplos Liam membuat Paige sangat shock.

Dia menyipitkan matanya. Tunggu, Liam ingat dia? Maksudku, dia ingat Paige itu siapa sebenarnya? Oh man.

"Aku baru ingat, sebab melihat fotoku dengan dirimu disaat kita duduk dibangku menengah pertama." Liam mengeluarkan foto yang selama ini ia tempel dicerminnya.

"Sekarang lupakan ini. Dan jawab pertanyaanku."

Paige diam. Dia tak berani membuka suara lagi.

"Halold, ayo cini. Itu Mommy Halold.." 

Chloe menarik-narik Harold untuk masuk menemui Paige. Harold menggeleng, dia menjongkok takut. "Ayo, Halold. Halold halus belani." Cadel Chloe lagi

"Halold enggak mau..."

Harold duduk menjongkok, air matanya mengalir lagi. Dia takut untuk bertemu Paige lagi. 

Paige berlari dia ingin melihat putra kecilnya itu. Harold semakin ketakutan ketika ia tau Paige semakin mendekat.

“Harold…” Gumam Paige menunduk lalu memeluk tubuhnya yang kecil itu.

Harold terkejut. Dia spontan menangis. Dia takut. “Harold jangan takut ya. Mommy tidak akan mencubit Harold lagi. Mommy minta maaf, sayang.”

Paige mengecupi puncak kepala Harold. Harold menangis sesenggukan. Ia bersembunyi dileher Paige.

Paige menggendongnya. Dia membawa ketempat tidurnya tadi. Dia memangku Harold sekarang.

“Halold akan jadi baik, Mommy. Halold tidak nakal lagi, hiks.”

Paige mengangguk lalu menghapus air mata Harold yang terus mengalir. Dia menciuminya hingga Harold tertawa kembali.

"Mom, i've got something. Dali Mrs.Bigger." 

Harold memberikan selembar yang tadi ia simpan di saku celananya. Sebuah surat dari Kepala sekolah, sekolahan Harold.

Dia menyebutnya Mrs.Bigger karena dia selalu semakin gendut setiap hari.

Itu sebutan dari anak-anak sepolos Harold.

Paige membaca surat itu. Tiap baris dan tiap paragraph yang ia baca semua ia menyakut tentang, tunggakan uang sekolah Harold.

Sudah 3 bulan. Ya tuhan.

"Sudah kutebak. Kau sedang dalam masalah, Paige."

Liam memang selalu pandai membaca pikiran Paige. Dia terlalu cerdas untuk itu.

.

Hi! Maafkan buat Short Chapter ini huaa! Next Chapter nanti aku janji deh agak dipanjangin, dikit aja tapi haha! Wohoo! 2 jam lagi girls kita nyambut tahun 2015. Happy New Year semuanya!

AdoptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang