Bertemu dia untuk Terakhir Kalinya

211 72 10
                                    

Happy Reading 💞

Klik ini 🌟 dulunya sebelum meninggalkan part ini

Mohon maaf,part agak acak karena kesalahan.Semoga enggak bingung ✌✌✌🙏🙏🙏🙏


"Atma ini mengagumimu dalam diam. Hanya bisa berharap tanpa sebuah kepastian. Kurangkai sebuah rasa harap tanpa ada kepastian dengan secicip rasa mengikhlaskan. "

Wahda Syifa Adden

🍭Anugerah Cinta yang Salah🍭

🐝🐝🐝


Makan siang setelah shalat dhuhur kali ini sangat hening,hanya suara dentingan sendok yang beradu dengan piring.Wajah-wajah keluarga militer itu tampak kunyu dan tak bersemangat,apalagi dengan raut muka Wahda,tampak sekali ia kelelahan dan ia menyantap makanan dengan tak bersemangat.


Wahabi yang sudah melihat raut wajah malas sang kakak,ia merasa prihatin.Ia takut jika kakaknya itu sakit,apalagi beberapa hari kemudian ia akan menikah.

"Kak!Kakak enggak apa-apakan?"

Pertanyaan Wahabi mengundang tatapan seluruh anggota keluarga siang itu.Wahda tersentak kaget.

"Enggak apa-apa kok Wahabi."

"Beneran?"Tanya Hafizh dengan menatap Wahda dengan instens.

Wahda mengangguk pelan,kemudian seulas senyum terbit terlihat lekukkan di sekitar matanya."Beneran.Alhamdulilah,Wahda baik-baik aja."

Hafizh percaya-percaya saja,tetapi Sherenia yang sedari tadi diam memperhatikan tak sepercaya itu dengan perkataan putri kesanyangannya.

🎬🎬🎬

Selesai makan siang dan juga selesai mempersihkan meja makan,Sherenia dan Hafizh kembali bekerja.Hari ini mereka memilih pulang saat jam istiriahat,yang biasanya mereka gunakan untuk mengombrol dan bersantai di kantin bersama teman-temannya.

Wahda beranjak menuju kamarnya,Wahabi berlari kecil untuk menahan kakaknya.

"Kakak tunggu!"

Wahda menghela nafas sebelum menghentikan langkah kakinya.

"Kakak merasa ada yang kurang apa enggak?"Kode Wahabi,ia berharap kakaknya ingat bahwa ia belum menyebarkan undangan pernikahan.

"Jangan kode-kode,kakak capek."Ujar Wahda malas.

"Kak!Hidung kakak kenapa berdarah?"Tanya Wahabi panik,niatnya untuk memberitahu kakaknya bahwa Wahda belum menyebarkan undangan harus terpaksa terhenti.

Dengan cepat Wahda mengusap hidungnya,dilihatnya jari-jarinya yang terkena darah.Benar,dia mimisan.Tanda,bahwa ia benar-benar lelah untuk mengurusi pernikahannya.Meski semua sudah di siapkan oleh Arya,namun ia tak bisa lepas tanggung jawab.

Lumayan banyak darah yang keluar,Wahabi menatap kakaknya khawatir.Diambilnya tisu yang tergeletak di atas meja,lalu ia menyumpal hidung Wahda dengan tisu tersebut.

Anugerah Cinta yang Salah|Sudah Terbit Où les histoires vivent. Découvrez maintenant