Kehidupan Malam

41 4 0
                                    

Malam ini aku sedang duduk termenung di lantai atas rumah. Tempat ternyaman di sudut rumahku. Tempat dimana aku sering menghabiskan waktu. Aku sedang memandang langit yang tampaknya sedang bermuram memandangku. Mungkin ia marah padaku, karena aku selalu memuji bulan yang bergantung padanya.

"Hai langit, sendu sekali kau malam ini? Kau marah kepadaku karena aku selalu menganggungkan bulan cantik itu? ayolah, jangan kau bermuram seperti itu. Bulan sabit yang cantik jadi tidak terlihat karena kau muram begitu," umpatku kepada sang langit.

Hanya suara angin berhembus kudengar sayup-sayup. Aku benci suasana seperti ini. Di tanganku, aku menggenggam sebungkus kembang api. Aku menyalakannya untuk mencoba menghibur sang malam yang sedang bermuram. Langit malam di atasku seketika terang. penuh dengan kilau cahaya kembang api yang kunyalakan. Pekat kabut awan yang menutup wajahnya perlahan menghilang. Seluruh tubuhku merasakan kesenangan yang luar biasa malam ini. Meskipun aku menikmatinya seorang diri dan tak ada kawan. Aku tetap dapat tersenyum dan tertawa bebas bergurau bersama malam. Kehidupan malam adalah sahabat yang selalu membuat malam-malamku begitu indah. Aku rela tidak tidur semalaman, untuk menemani sang malam hingga akhirnya terusir pergi oleh sang fajar. Entah mengapa aku benci kehidupan siang. Kehidupan yang bising dan penuh hiruk pikuk orang-orang. Aku lebih banyak menghabiskan siangku untuk tidur di kasur menunggu senja datang yang mengantar sang malam padaku. Aku hanya akan terbangun jika malam telah datang.

"Tar, cuaca sedang tidak bersahabat. Jangan terlalu lama berdiam diri di luar, nanti kamu bisa sakit," ucap ibu dari balik pintu kamarku.

"Iya bu, tenang saja. Malam sudah menjadi temanku. Dia tak mungkin membuatku sakit. Ibu tenang saja, masuk dan tidurlah bu. Jangan cemaskan aku," aku berusaha menenangkan ibuku.

"Tar, Jangan terlalu dipikirkan. Ibu sedih jika kau terus-terusan begini. Kemana Mentari yang ceria? Kemana perginya Mentari yang selalu riang menjalani hidupnya?"

Mendengar kalimat ibu, seketika aku menuju pintu lalu menutupnya dengan agak keras. 

AKU MENTARIWhere stories live. Discover now