2. Bintang Jatuh

71.4K 3.1K 60
                                    

Teriakan-teriakan hiateris dari gadis-gadis yang 'mengilai' Irgi terdengar begitu memekakan telinga. Saat ini aku memang sedang berada di aula pertandingan bulutangkis antar sekolah, dan Irgi salah satu pesertanya.

Entah apa yang kulakukan di sini, biasanya aku juga tidak begitu tertarik dengan beragam perandingan yang Irgi ikuti. Tapi setelah pulang sekolah tadi, pemuda menyebalkan itu bersikeras memintaku ikut, tidak, bahkan dia memaksaku ikut dengan seenaknya saja menarik pergelangan tanganku hingga tiba di tempat ini. Dan jangan tanya bagaimama reaksi para fans Irgi terhadapku, mereka susah seperti buaya ganas kelaparan yang siap kapan saja mencabikku kalau saja Irgi tidak memperingatkan mereka untuk tidak menggangguku.

Yeah, bukannya besar kepala, sebagian orang di sekolah memang sudah tahu bahwa aku dan Irgi tumbuh bersama sejak kecil, dan sebagian lagi tidak, meski begitu tetap saja ada di antara mereka yang masih mengganggapku seolah hama pengganggu yang ada di sekitar Irgi dan mengancam kemaslahatan mereka, padahal siapa juga yang mau dekat-dekat dengan mahluk menyebalkan itu.

"Go Irgi... Go Irgi... Go!" teriak mereka lagi serentak, sementara aku dengan malas menutup telinga dengan kedua tangan. Teriakan mereka benar-benar bisa membuat telingaku tuli.

Kulirik Lily yang saat ini duduk di samping, menyikut tubuhnya pelan, hingga gadis yang tidaak lain sahabatku sejak SMP itu kini melirik ke arahku.

"Apaan sih, Ta?" suaranya setengah berteriak karena sorakan penggemar Irgi yang masih menggema diseluruh aula ini. Aku meringis merapatkan kedua tanganku yang menutup telinga, berusaha melindungi telingaku agar tidak terkontaminasi dengan suara-suara tinggi mereka.

"Keluar yuk, Ly! Gue males di sini. Berisik!" ujarku mengandalkan gerakan bibir, karena percuma mengeluarkan suara jika di sekitarku masih sangat tidak kondusif seperti saat ini.

Pandangan Lily berubah ke arah lapangan di mana Irgi masih bertanding di sana, lalu kembali menatapku dengan kening berkerut bingung.

"Tapi pertandingannya kan belum selesai, Ta. Bukannya Irgi minta lo tunggu dia sampai pertandingan selesai?" ucap Lily melakukan hal yang sama, menggunakan gerakan bibir untuk berkomunikasi denganku.

Aku berdiri, menarik pergelangan tangan Lily dan bergegas meninggalkan tempat itu. Telingaku sudah tidak tahan mendengar teriakan histeris yang menggema di sana, bahkan tempat itu lebih terasa horornya dibanding aku harus berdiam diri di dahan pohon seharian. Entah karena aku memang tidak begitu menyukai tempat ramai, atau karena teriakan yang mereka tujukan itu untuk seorang Irgian Senja Dipetra? Yang membuat bulu kudukku berdiri ngeri seketika.

"Yahhh, Ta! Pertandingannya kan lagi seru, bentar lagi Irgi menang tuh!" seru Lily kecewa setelah kami sudah berada di luar aula dengan suasana yang normal tanpa teriakan.

Aku memutar bola mata malas, teringat bagaimana keras kepalanya Irgi ketika memaksaku untuk ikut ke tempat ini. Jangan-jangan dia sengaja ingin pamer padaku soal kehebatannya? Akhh.. kenapa aku tidak sadar sejak tadi? Malah dengan bodohnya mengikuti keinginannya itu, padahalkan tidak jelas apa motifnya mengajakku.

"Makin besar kepala aja dia kalo menang kita liatin."

"Itu kan menurut lo," dengus Lily memihak Irgi.

Aku melotot sebal pada Lily, yang ditanggapi gadis di sebelahku ini datar-datar saja, bahkan cenderung tak acuh. Sebenarnya Lily ini temannya siapa sih?! Aku atau Irgi?

"Udah yuk ah pulang, bete nih gue."

"Elah Cinta, bentaran lagi kenapa sih? Lagian nanti Irgi marah sama gue biarin lo pulang gitu aja. Dia kan udah nitipin lo ke gue tadi," gerutu Lily berusaha menahanku untuk tetap berada di sana.

Cinta Dan SenjaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin