Bab 1

22 0 0
                                    

Udara terasa sangat lembab, matahari menyengat tanpa ampun seperti lebah yang sedang marah dan air di sungai mulai menguap seperti di pemandian air panas. Itulah hal yang bisa ku rasakan di musim panas kali ini.

"Bosan..."

Satu kata yang terucap olehku sambil menatap keluar jendela kamarku. Berada di vila di sebuah desa yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan benar-benar membuatku merasa bosan. Seharian ini aku hanya menghabiskan waktuku dengan headset yang melekat di telingaku ditemani beberapa komik bermacam-macam genre yang kudapat di kamar John. Sesekali aku pergi ke dapur untuk meminum segelas cola dingin untuk mendinginkan kepalaku.

"Tidak terasa sudah jam 6, apa yang mereka lakukan ya sampai sore begini?"

Belum sampai sehari berada di sini, aku sudah merasa tidak betah. Terlebih lagi ada suatu hal yang janggal dan mengganggu pikiranku di tempat ini. Mengingatkanku saat pertama kali sampai di desa ini.

Pagi hari saat tiba di desa.

Suara mobil jeep tua terdengar lebih nyaring ditemani suara decitan rem yang sudah hampir aus. Dengan cekatan John memarkirkan jeep tuanya itu ke tempat parkir yang telah disediakan. Setelah mematikan mesin mobil, John menarik rem tangan dan menurunkan kaca pintu mobil setengahnya.

"Akhirnya kita sampai juga. Hmm... Haahh... Udara pagi di sini selalu segar seperti biasanya."

"Iya kak, sudah dua tahun ya kita tidak ke sini."

Di tengah suasana yang hening terdengar suara John dan Jane sedang bercakap-cakap. Dengan tubuh masih masih tersandar di kursi belakang sambil memangku ransel milikku, aku menggeser tubuhku dan langsung membuka pintu mobil. Sesaat setelah pintu mobil terbuka, udara pagi pegunungan dengan sekejap langsung menusuk tubuhku.

"Gila.. Di.. dingin bbanget..."

Padahal ini kan sedang musim panas, kenapa di sini dingin sekali pikirku. Seketika itu juga langsung ku tutup kembali pintu mobil itu.

Hahahaa... Hei, baru pertama kali ke pegunungan ya bro?

John merespon tindakanku sambil tertawa. Seketika itu juga Jane langsung bicara.

"Kakak kan dulu juga gitu waktu pertama kali ke sini."

"Hehe.. Eh, ini jam berapa ya bro?"

Ku angkat pergelangan tangan kiriku dan kuarahkan pandanganku ke sana. Ah tidak terlihat apa-apa. Memang suasana di sini masih gelap karena tidak ada lampu di dalam mobil tua ini dan matahari pun masih bersembunyi di tempat persembunyiannya. Segera kubuka ranselku dan ku masukkan tangan kananku ke dalamnya. Syukurlah aku membawa senterku. Langsung kunyalakan senter itu dan kuarahkan ke pergelangan tangan kiriku.

"Jam 5 kurang 1 menit."

"Nanggung amat, nggak bisa dibuletin aja jadi jam 5 ya bro?"

"Aku cuma menjawab apa adanya, sesuai kenyataan yang ada."

"Santai bro, aku kan cuma bercanda."

"Sudahlah Cliff jangan terlalu dihiraukan, kakak orangnya memang begitu."

Jane mencoba menenangkan situasi. Ini pertama kalinya Jane berbicara denganku.

"Iya, aku juga sudah terbiasa dengan kelakuan kakakmu itu."

Aku menyahut dengan suara yang agak pelan. Suaranya membuat hatiku benar-benar tenang.

Aku masih merasa tidak percaya kalau Jane adalah kembarannya John. Memang John pernah bercerita kepadaku kalau ia punya kembaran yang lebih muda 5 menit darinya tetapi dalam bayanganku tubuh adiknya itu sama lebarnya dengan John. Namun, dugaanku ternyata salah. Jane benar-benar perempuan yang sempurna, seperti seorang malaikat. Kakinya yang jenjang menopang tubuhnya yang ramping. Wajahnya yang cantik dengan rambut pirang terurai sampai ke punggung, membuatku jatuh hati saat pertama kali melihatnya. Sebelum berangkat ke sini saat mereka berdua menjemputku, itulah kali pertama aku bertemu Jane.

04:59 A.M.Where stories live. Discover now