bab 6

4.4K 343 11
                                    

Sudah 1 bulan lebih berlalu dan kemarin adalah tahlilan 40 hari tuan surya. Hubungan Senja dan Wira tidak ada kemajuan mereka layak nya orang asing pembantu dan majikan. Bahka sikap wira pada senja dan sebutan "tuan" pada Wira membuat tika marah. Sering kali tika memarahi wira atas sikap dingin nya pada senja dan tak pernah menyapa senja walau senja selalu senyum pada Wira tapi wira adalah wira anak yang keras kepala dan tak mendengarkan ucapan ibu nya. Membuat tika merasa bersalah sering kali ia mendapati senja menatap sendu wira. Ia tau bahwa senja terluka akan sikap wira dan sering melamun dan terlihat sedih walau senja mencoba menutupi nya dengan tersenyum. Cukup sudah tika harus berbicara pada senja mengingat ia berbicara pada putra nya tak pernah di hiraukan.

Berpanding terbalik dengan hubungan Wira dan senja. Hubungan wira dan bela mengalami peningkatan yang sangat dratis. mereka layak nya sepasang kekasih. Setiap pagi Wira akan mengetuk pintu kamar bela dan mengantar bela ke kampus nya lalu ia pergi ke kantor. Ia setelah 7 hari kepergian ayah nya Wira mulai memasuki kantor dan menjabat sebagai ceo menggantikan ayah nya. Mereka sering bercanda di atas meja makan bahkan mereka cuwek pada keadaan sekitar. Setelah makan malam ke dua nya akan pergi ke luar atau berbincang bincang di taman. Senja Tidak ada rasa marah atau cemburu pada hubungan mereka seperti yang ia katakan pada bela bahwa ia rela posisi nya tergantikan oleh bela asal Wira bahagia. Tapi yang senja tidak ketahui hubungan mereka berbeda dari petemanan yang ia fikirkan. karna kedua nya telah melibatkan cinta dalam hubungan mereka walau tanpa status yang jelas

-----------

Seperti biasa mereka ber 4 makan malam setelah selesai makan tika menatap putra nya seperti mengerti ke biasaan putra nya yang sekarang keluar setelah makan malam" Wira tunggu ibu di kamar mu ibu mau bicara pada mu, " ucap tika

"baik ibu, " ucap Wira kemudian menatap bela

"bel kakak ke kamar dulu, " ucap wira pada bela kemudian melangkah pergi ke kamar nya

"oh iya kak, " ucap bela tersenyum kemudian bela berdiri mengambil piring kotor dan gelas kotor dan menumpuk nya membawa nya ke dapur

Sedang Senja yang baru menyelesaikan makanan nya dan meminum air putih. Senja merasa risih karna dari tadi tika menatap nya
Biasa nya tika selalu ke kamar setelah makan malam

"ada apa bu, "

"kamu ngk mau nanyak pada wira kenapa dia ngk ngubungin kamu dan pulang ke rumah dan perubahan sikap nya pada kamu, "

"ibu tau dari mana kalo wira ngk ngubungin senja, " tanya senja penasaran

Tika gelagapan "ah tentu dari ibu mu, "

Senja menunduk sedih "buat apa nanyak bu toh wira sudah melupakan senja"

"kamu sudah menunggu nya delapan tahun dan dia sudah tidak adil pada mu dan perubahan sikap nya sangat tidak baik pada mu ketika wira sudah ada di hadapan mu kenapa kamu
Hanya diam saja dan menerima dengan lapang dada ketidak adilan tersebut, " ucap tika membujuk senja ia harus membiarkan mereka bicara dari hati ke hati agar masalah tidak berlarut larut

Senja menunduk mencoba mencerna apa yang di katakan tika "kalian harus bicara dari hati ke hati. Seburuk apa pun hubungan kalian sekarang jangan lupakan kalian bersahabat dari kecil. Kau tak inginkan persahabatan itu hancur tanpa alasan yang jelas?, kalian harus memperbaiki hubungan kalian karna ibu tak ingin kau sedih dan terluka, " ucap tika tersenyum

"hanya bicara tidak ada salah nya dan tidak ada rugi nya, " ucap tika selanjut nya

"baik bu senja akan bicara pada wira, " tika tersenyum dan bernafas lega seharus nya dari dulu ia berbicara pada senja mengingat wira yang keras kepala

"ibu pergi ke kamar dulu, " pamit tika dan melangkah pergi ke kamar nya

Tika membereskan sisa makanan dan menaruh nya di dapur. Di lihat nya semua piring dan gelas kotor sudah di cuci. Ia membuatkan kopi kesukaan wira. Ia membawa nampan dan menaiki tangga. Entah kenapa perasaan menjadi gugup ia tak tau harus memulai pembicaraan bagaimana

Ia mengetuk pintu wira. Sedang di dalam kamar wira merasa heran tak biasa nya ibu nya itu mengetuk pintu biasa nya ia langsung memasuki kamar nya

"masuk, "

Pintu di buka di lihat nya senja berdiri di ambang pintu dengan membawa nampan yang wira tau itu adalah kopi

"aku tidak menyuruh mu membuatkan ku kopi, " ucap wira memandang tajam senja

Ah pandangan itu kenapa itu terasa asing bagi nya. Dulu pandangan itu hanya di tunjukan orang yang wira benci. Apakah wira membenci nya lalu apa alasan nya. Mendapat tatapan seperti itu membuat nyalinya menciut

Tapi ia ingat perkataan tika dan ia tak boleh mundur

"ah nyonya yang menyuruh saya, " ucap senja berbohong

Sekarang wira ada di meja kerja nya yang dulu berfungsi sebagai meja belajar nya. Di atas nya ada laptop dan beberapa berkas

"taruh disini, " ucap wira menunjuk meja nya lalu pandangan nya kembali menatap layar laptop nya. Jika dulu ia langsung memasuki kamar ini bahkan berguling di ranjang nya tapi tidak sekarang ia harus meminta izin dulu pada sang empunya.

Senja memasuki kamar wira dan senja menaruh kopi tersebut di samping nya membuat wira melirik kopi kesukaan nya tapi walau kopi itu sudah ada di meja tapi senja tidak beranjak sedikit pun dari kamar nya tapi wira tak memperdulikan nya dan tetap fokus pada laptop nya mengetikkan sesuatu lalu suara senja membuat wira menatap nya

"boleh saya bicara, "

"silahkan, " ucap wira kembali fokus pada laptop nya








Tbc 883 kata by ismia wardani

Ig ismia wardani

Jangan lupa vot komen nya ya menurut kalian bela itu salah ngk sih

Siapa yang kalian benci dari tiga pemeran utama Senja. Wira. Atau bela.

Aku sih benci wira



Part tidak lengkap. Lengkap nya di karya karsa
Karya karsa @ismiatiwardani

Ig .ismia_wardani

Pernikahan balas Budi 35.000
Ratna dan Wisnu 35.000
Rafael dan elena 35.000
Ayahku cinta pertama ku 15.000

Hati yang terkoyak 40.000
Luka di hati 25.000
Mentari 35.000
Mencintai dalam diam 35.000

Promo 8 judul pdf 100.000
3 judul pdf promo 50.000 gratis 1 pdf bebas pilih promo berlaku selama bln ramadan

Wa.mia 0881-0361-06076
Wabaru wa lama udh ku hpus
Karya karsa @ismiatiwardani
,

MENCINTAI DALAM DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang