Part 7

2.5K 219 19
                                    

“Aku udah ambil keputusan ini. Aku nikah sama kamu, aku juga nggak tahu bakalan kayak  apa rumah tangga kita nanti. Cuma… aku mau mempertahankannya selagi aku bisa. Aku emang ganteng, banyak yang mau. Tapi aku pengennya cuma nikah sekali seumur hidup. Menurutku cerai itu salah satu bentuk kegagalan. Dan aku nggak mau jadi orang gagal. Kiara… buat aku cinta sama kamu juga,”

1 detik…

2 detik…

3 detik….

Tak ada jawaban. Kiara masih diam, membuat Bastian sedikit salah tingkah. Dan menduga-menduga kira-kira apa jawaban Kiara. Bastian hanya berharap Kiara sedikit lebih manis dalam menyampaikannya.

“Kak…”

“Y-ya?” Bastian merutuki dirinya sendiri yang mulai diserang rasa gugup. Seolah menunggu jawaban atas pernyataan cintanya.

“Haaah…panas banget di sini, kita keluar dulu yuk!” jawab Kiara sambil mengibas- ngibaskan tangannya di depan lehernya. Kemudian bergegas membuka pintu mobil dan keluar dari sana, meninggalkan Bastian yang hanya bisa mengumpat kesal.

Mereka kemudian bergegas menuju kamar setelah menyapa orangtua Bastian yang sedang menonton TV bersama di ruang keluarga. Begitu sampai di kamar, Kiara bergegas membersihkan dirinya, tanpa berkata apapun. Bastian hanya mengikutinya, turut membersihkan diri setelah Kiara selesai.

Bastian mulai gusar sesaat setelah mereka sama-sama berada di atas ranjang. Kiara masih diam, bahkan dengan santainya gadis itu telah memeluk gulingnya, pertanda bahwa sebentar lagi ia akan terlelap.

“Kiara! Kamu belum jawab pertanyaanku!” sungut Bastian akhirnya. Ia benar- benar gusar. Yang benar saja? Ini rasanya seperti ia baru saja menyatakan cintanya pada gadis incarannya dan gadis itu belum menjawab pernyataan cintanya, entah ditolak atau diterima. Baiklah, mungkin bukan seperti itu. kenyataannya Kiara lah yang menyatakan perasaannya secara retoris, dan Bastian meminta sesuatu sebagai jawabannya. Dan Kiara belum menjawabnya. Begitu rumit, kan?

“Hah? Pertanyaan?” Tanya Kiara dengan wajah bingung.

Bastian sudah bersungut-sungut. Apa gadis ini sedang mempermainkannya?

“Ah….yang di mobil tadi?”

Bastian tak menjawab, hanya memandang Kiara dengan tatapan ingin menelannya hidup-hidup karena kesal.

Kiara mulai menata kembali posisi tidurnya, ia tidur terlentang, matanya menatap langit-langit.

“Kiara nggak tahu gimana caranya buat Kak Tian jatuh cinta sama Kiara. ”

Bastian mengernyitkan keningnya tak mengerti, matanya masih lurus menghadap ke arah gadis yang seperti sedang berbicara pada langit-langit kamar mereka. Hey, bukan berarti Kiara menganggap langit-langit sebagai Bastian, kan?

“…… Kiara ingin semua berjalan alami. Terserah Kakak nantinya bakalan suka sama Kiara juga atau enggak. Kiara nggak mau berbuat apa-apa. Kiara bakalan tetap jadi Kiara yang kayak gini. Kiara udah bilang kalau Kiara suka sama Kak Tian, kan? Jadi Kiara bakalan nunjukkin perasaan Kiara ke Kakak pakai cara Kiara sendiri. Kiara harap Kak Tian nggak keberatan. Apapun yang nantinya Kiara lakuin, itu bukan biar Kakak suka sama Kiara, tapi itu adalah cara Kiara suka sama Kak Tian. Kiara juga berharap bisa ngobrol dari hati ke hati sama Kak Tian kayak gini kedepannya. Kalau misalnya suatu hari nanti Kak Tian jatuh cinta sama cewek lain, Kiara harap Kak Tian nggak sungkan buat ngomong sama Kiara. Kiara terima. Seru kali ya kalau kita bisa sahabatan?”

Shocking Destiny [END]Where stories live. Discover now