Part 5

2.6K 203 20
                                    

Note:bagian yang di cetak miring itu berarti flashback ya ^^, selamat membaca

***

Bastian

Malam ini aku pulang terlambat lagi, seperti biasa rumah sudah sepi. Aku memasuki kamar dan ternyata masih mendapati gadis itu sedang meringkuk di sofa kamarku.

 “Kamu belum tidur?” tanyaku memastikan. Ia mendongak, dan saat itu aku melihat wajah paling menyeramkan sedunia. Rambut acak-acakan, mata sembab, dan ya Tuhaaan dia memang tidak cantik, tapi tidak perlu semenyeramkan ini kan?

“Huaaa…kamu kenapa?” tanyaku berjengit kaget. Apa dia dikutuk?

“Kak Tiaaaaaan…slrooot!” ia merajuk kemudian menyedot ingusnya sendiri. Dasar jorok.

“Kenapa kamu?” tanyaku lagi melepaskan jaketku, tapi tak berniat mendekatinya. Ia menyeramkan.

“Huaaaaa...Kak Tiaaaaan…” ia malah menangis lagi. Aaah apa-apaan ini? Aku benci melihat wanita menangis, tapi juga tak tega.

“Heh! Kamu kenapa sih sebenernya? Ini udah malem ya, jangan nangis kayak gitu lah. Bikin takut aja,”ujarku kini mulai mendekat ke arahnya, duduk disebelahnya. Sebenarnya aku lebih ingin menyumpal mulutnya.

Ia tersadar, kemudian terisak, ia sedikit merapikan rambutnya. Oke, sedikit lebih baik.

Aku meliriknya, ia sedikit lebih tenang, sepertinya ia baru saja menangis habis-habisan.

“Kak, boleh pinjem pundaknya, nggak?”

“Hah?” aku sedikit kaget, tapi akhirnya mengangguk. Ia kemudian meletakkan kepalanya di bahuku, terisak lagi. Aku hanya diam, kata Kak Aira, kalau seorang wanita sedang menangis, ada baiknya kita membiarkannya dulu. Well, dulu aku pernah bermulut banyak saat Kak Aira menangis dipelukanku, dan alhasil aku terkena omelan dan pukulan lebih banyak, sejak saat itu aku selalu diam kalau melihat orang menangis.

Isakannya makin kuat, tangannya malah terulur memeluk pinggangku. Waduh! Apa-apaan ini? Aku menelan ludahku sendiri, aa…aku kenapa? Apa lubang hidungnya terlalu besar? Kenapa tiba-tiba aku jadi sulit bernafas? Mungkin dengan lubang hidungnya yang besar, ia mengambil sebagian oksigen yang seharusnya kuhirup, iya! Pasti begitu!

Aku masih diam. Sedikit tegang, kami tak pernah seperti ini sebelumnya. Tapi aku tak tega untuk menempeleng kepalanya menjauhi tubuhku.

“Maaf…” katanya saat tersadar kemudian melepas pelukannya.

 “Nggak apa-apa,” jawabku tak kalah kikuk.

“Kak, Kiara mau curhat, boleh? Kiara nggak tahu harus cerita ke siapa,”katanya lagi, mengelap sisa-sisa air matanya, aku menoleh ke arahnya.

“Cerita aja.”

“Kakak nggak capek?”

“Capek lah. Aku kerja seharian eh dateng-dateng malah dikasih pemandangan serem kayak gitu,”omelku. Ia mengerjap polos. Sok tak merasa bersalah.

“Ehm, maaf deh. Kalau gitu Kakak istirahat aja.”

Apa dia bilang? Istirahat? Enak saja! Aku sudah terlanjur penasaran apa yang membuat gadis ini menangis habis-habisan begitu.

“Katanya mau cerita?” tanyaku lebih melunak,”cerita aja. Katanya, seseorang bisa ngerasa lebih lega kalau berbagi.”

Ia mulai bersiap menceritakan kejadian yang dialaminya.

Mata Kiara terbelalak saat membaca baris demi baris isi artikel itu.

Dunia perfilman Thailand tampaknya mulai bersinar, setelah terkenal dengan film-film horrornya, kini Thailand dikenal dengan film komedi romantisnya. Bukan hanya film, drama yang diproduksi juga kini mulai merambah naik. Terbukti beberapa drama series mulai diputar di beberapa stasiun TV di Indonesia. Kali ini adalah sebuah review tentang drama series yang sedang jadi perbincangan hangat…

Shocking Destiny [END]Where stories live. Discover now