3. Kejutan Beruntun

1.7K 83 4
                                    


Halloooooo. . .

aku update lagi ceunah :)

Mulai sekarang, Aku bakal rajin update. Tapi tolong komen dan kasih vote biar aku makin rajin nulisnya hehehe. .

Tau kan caranya vote? Klik tanda bintang. Nggak akan rugi kok ngasih bintang. Selain gratis, juga nambah pahala karena author nya seneng :))

BTW, aku ganti cover biar nggak flat. Tapi kalo masih flat, ya maaf cinguya~ karena emang nggak suka yang rame-rame. Hidup author udah rame soalnya.

Mulai Bab 4, kalian harus follow untuk bisa baca chapter selanjutnya.

Sooooo check this out

***


"Dia tidak apa-apa. Kondisinya sudah membaik, kemungkinan besar sebentar lagi dia akan sadar. Saya dokter Schyler. Apakah anda perwakilan keluarga nona Lien?" dokter perempuan dengan potongan rambut pendek itu datang menghampiri Roben dan Senna yang berdiri diujung ranjang Lien.

"Saya teman baiknya" Roben menjawab sopan.

"Saya adiknya" jawan Senna cepat.

"Kondisi kakak anda tidak begitu buruk. Hanya saja dia stres dan lelah. Sebaiknya dia cuti beberapa hari dari pekerjaan dan pergi berlibur. Seseorang yang sedang mengandung tidak boleh stres dan terlalu lelah. Apalagi ini masih di trimester pertama. Kakak anda juga harus memikirkan kesehatan bayinya. Jadi liburan seminggu bukan ide yang buruk" Ucap dokter Schyler menenangkan.

"Mengandung? Bayi?" tanya Senna bingung.

"Ya, bayi. Apakah anda tidak mengetahui kehamilan kakak anda?" Tanya dokter itu heran.

"Mungkin kakak saya belum sempat memberi tahu saya. Kakak saya tinggal dengan pacarnya mulai setahun yang lalu. Karena liburan akhir tahun saja dia berlibur dan menginap beberapa hari dirumah orang tua kami" Senna menjelaskan.

"Oh baguslah, minta kakakmu memperpanjang hari liburnya. Selalu ingatkan dia untuk selalu minum vitamin dan susu untuk ibu hamil. Saya permisi" ucap dokter Schyler sambil tersenyum kemudian berjalan keluar ruangan.

Senna masih termenung ketika dokter Schyler sudah meninggalkan ruangan. Roben yang dari tadi diam kini menggoyang bahu Senna. Senna tersentak kaget dan menatap sekilas kearah Lien yang masih terlelap. Kemudian menatap mata Roben. Roben tersenyum manis.

"Congratulation! Kau akan punya keponakan" ucap Roben sambil memeluk Senna. Senna membalas pelukan Roben singkat.

"Ada apa denganmu? Kau tidak terlihat senang" lanjut Roben sambil menatap Senna.

"Air. . ." ucap Lien parau dan tidak sengaja memotong pertanyaan Roben.

Senna sedikit terkejut dengan suara Lien dan dengan cekatan membantu Lien duduk bersandar. Kemudian Senna mengambil segelas air dan membantu Lien untuk minum. Lien minum dengan pelan. Wajahnya masih pucat. Mata hazel nya terlihat sayu. Senna menatap sedih kakaknya yang terlihat lemas dan sakit. Lien dan Senna memiliki struktur wajah yang sangat berbeda. Apalagi Senna memiliki darah asia dari ibunya. Hanya mata hazel turunan Vadernya yang membuat Lien dan Senna memiliki kesamaan satu sama lain.

"Kenapa kamu tidak mengatakannya padaku?" tanya Senna kesal.

"Aku takut kamu khawatir padaku saat pulang ke negaramu. Kamu tipe orang yang selalu memikirkan orang lain. Aku tidak suka merepotkanmu. Apalagi setelah 6 tahun kamu tidak pernah pulang" jawab Lien. Dirinya sudah mulai kuat berbicara banyak sekarang.

I'm into youWhere stories live. Discover now