a little story.

4 2 0
                                    

Satu hal, aku tidak menyangkal kepada setiap cinta yang aku miliki. Itu mengapa aku masih berteman dengan setiap 'kamu' yang pernah berarti dihidup aku. Karena aku menerima. Aku menerima kalau aku jatuh cinta. Aku tidak pernah menganggap mereka yang pergi itu musuh ingatan yang harus dilupakan. Bukan aku sok manis. Tapi coba kita berpikir jernih, kalau memang seseorang pernah memiliki dampak yang begitu besar dalam hidup kita, apakah iya kita bebas sebebas-bebas nya melupakan dia dan segudang jasanya?

"Kalau begitu, bukankah lebih baik tidak mengenal dari pada harus berakhir melupakan?"

Aku memutuskan untuk tidak melupa bukan berarti aku tidak bisa melangkah maju. Hanya saja aku tidak ingin melupakan segala sesuatu yang sudah menjadikan aku yang sekarang ini.

Aku tidak lagi menyangkal aku pernah mencintai seorang wanita yang ternyata dicintai sahabatku. Aku tidak lagi menyangkal aku pernah mencintai seorang wanita sampai berlaku bodoh. Aku tidak lagi menyangkal aku pernah mencintai seorang wanita yang kuanggap sahabatku. Tidak, aku tidak lagi menyangkal.

Orang bilang, menghilangkan rasa sakit ya dengan melupakan. Buatku, yang seorang pelupa, justru melupakan bukanlah jalan yang terbaik. Sejak kapan lupa menjadi obat rasa sakit. Saat kalian punya luka dilutut, kalian tidak bisa sembuh hanya dengan melupakan, kalian harus fokus untuk menyembuhkan, dengan apa? dengan menerima kalau kalian baru saja terluka. Dan yang membuat kalian terluka tentu bukanlah orang lain melainkan kecerobohan diri kalian sendiri. Belum siap untuk bersepeda tapi memaksa bersepeda, belum siap untuk tanggung jawab namun memaksa bertanggung jawab. Itu masalahnya.

"Aku. Memutuskan untuk tidak menyalahkan. Menyangkalpun tidak. Karena cintaku saat itu nyata."

Dan harus kuakui aku masih belum bisa memegang tanggung jawab yang begitu besar. Terlebih terkait dengan hidup seseorang. Aku yang belum bisa menjaga diri berusaha keras menjaga orang lain dengan intim. Tidak, aku belum bisa.

Paling tidak aku masih bisa mencintai sebagai teman, masih bisa membantu sebagai teman, masih bisa mengagumi sebagai teman. Dan tidak ada salahmya dengan itu. Mungkin memang bagi sebagian orang menyakitkan, tapi apakah dengan berusaha melupakan tidak menyakitkan. Tidak. Tetap menyakitkan. Kalaupun melupakan, apa yang benar-benar dilupakan. Faktanya kamu (pembaca), ingatan tentang "nya", apa yang sudah kamu lupakan sekarang? Dengan aku mengucap seperti itu saja kamu langsung teringat sosoknya bukan, yang bahkan aku tidak menyebutkan nama ataupun ciri-ciri wajahnya, kamu langsung terperosok ke sosok dia. Bayangkan, seberapa tersiksanya kamu.

Dengan menerima, segala sesuatu yang menusuk tajam jantung, akan terasa lembut menusuk jantung. Itu yang disebut hikmah. Saat kamu mulai menerima dan memiliki pesan yang menusuk dengan lembut ke inti jantung. Begitu sejuk. Begitu damai. 

books?Where stories live. Discover now