12. Ganti Rugi

10.1K 1K 56
                                    

Kalau jadi cewek gue mau?

• • •

Selepas bel pulang berbunyi, Naya yang memang sedari kemarin memiliki tabiat untuk ke toko buku lebih dulu sebelum kembali ke kedai untuk membantu ayahnya, setelah bel berdering ia langsung bergegas ke halte bus yang lokasinya tidak jauh dari SMA Bangsa. Hanya lurus sedikit, menyebrang sekali, lalu belok kiri. Paling hanya memakan waktu sekitar lima belas menit jika ditempuh dengan jalan kaki. Dan sekarang Naya sudah berdiri di pinggir trotoar, bersiap untuk menyeberang.

Gadis kacamata itu menyempatkan diri untuk menengok ke kanan dan ke kiri, sebelum akhirnya mengambil langkah.

TIIINN

Tiba-tiba saja terdengar suara klakson motor yang amat nyaring dari arah kanannya ketika ia sedang menyebrang jalan. Kontan ia pun menjerit cukup kencang, lantaran kedua kakinya entah mengapa mendadak terasa berat untuk digerakkan.

NYIIIIT

Syukurlah pengendara itu berhasil memberhentikan laju motornya tepat ketika jarak rodanya hanya beberapa senti lagi nyaris menabrak Naya.

"Mas, lain kali kecepatan motornya diturunin. Ini tuh bukan arena balap tau nggak!" omel Naya, melampiaskan seluruh kekesalannya pada si pengendara yang nyaris saja merampas nyawanya.

Namun seketika Naya kaget bukan main, sampai mulutnya terbuka lebar ketika si pengendara itu membuka helm full face-nya. "Elo?! Lo mau bunuh gue, ya, Nat?"

"Gue? Lo kali yang udah bosen idup," jawab Nata datar. "Kalau mau nyeberang liat-liat! Lo kata ini jalan nenek moyang lo!"

Tentu saja emosi Naya makin memuncak mendengar tanggapan Nata. "Gila, ya, lo! Udah salah, bukannya minta maaf! Makanya kalau nggak bisa berkendara, ya nggak usah sok-sok-an bawa motor ke sekolah, deh! Mending naik angkutan umum aja!" Bahkan saking kesalnya Naya sampai menunjuk-nunjuk wajah Nata yang masih terlihat santai menunggangi motornya dengan mesin menyala.

TINN

TINN

TINN

"Dek, kalau parkir jangan di tengah jalan!" pekik pengemudi lain, yang berada di belakang motor Nata.

Rupanya, tanpa mereka sadari, perdebatan mereka telah menghambat perjalanan banyak orang.

"Naik."

"Hah?" Naya melongo, tidak paham.

"Cepetan naik di belakang gue kalau nggak mau gue tabrak beneran."

TIIINN

"Haduh, adek ini nanti saya laporkan ke polantas lama-lama."

"Cepetan naik!" tegas Nata pada Naya dengan nada bicara yang memaksa.

Sehingga akhirnya Naya merasa dirinya sedang berada dalam posisi yang terdesak sana-sini, dan memutuskan untuk berpikir pendek dan langsung menuruti perintah Nata.

"Nih, helmnya pake." Sambil terus berkendara, Nata menyerahkan sebuah helm lagi pada Naya yang duduk di belakangnya.

Naya mengambilnya dengan kasar. "Lo ngapain sih maksa-maksa gue?!"

"Rumah kita kan deketan, apa salahnya sih kalau bareng? Lo harusnya bangga dong, bisa bareng sama orang ganteng kayak gue."

"Gantengan juga Sule daripada lo! Lagian gue juga nggak mau langsung pulang. Gue mau ke mal yang ada toko bukunya dulu."

"Yauda gue anter. Terdeket dari sini kan juga searah sama rumah gue." Nata terus menyahut dengan begitu santainya.

Sampai Naya akhirnya menyerah juga untuk meladeni. "Terserah lo deh, Nat."

Lost MemoriesDonde viven las historias. Descúbrelo ahora