Dua Belas

11.2K 2.7K 287
                                    

Vicente Rodriguez, penguasa Distrik Lima Belas, memiliki sebuah bangunan semi kastil berukuran besar yang dapat menampung keluarga dan beberapa puluh pelayan beserta prajurit. Bangunan yang mereka datangi saat ini terbuat dari batu yang diambil dari gunung Helena, Ibukota Ethereal, daerah tempat Aire, Dean, Lala dan Melody berasal. Batuan dari gunung api yang paling terkenal pada masanya itu adalah batu yang kualitasnya paling bagus. Meski begitu, banyak juga yang menggunakan batuan yang terbawa arus sungai Cabalerro, sebuah sungai di dekat gunung yang menjadi pelintasan lava kala gunung Helena meletus. Kualitasnya tidak kalah dengan batuan yang diambil langsung dari gunung, meski orang-orang yang berkuasa lebih suka mendapatkan bahan untuk pembuatan rumah atau kastil mereka dari sumbernya.

Pria gemuk dengan perut buncit itu kemudian menjadi orang pertama yang menyambut Aire ketika putra Mahkota Ethereal itu menjejakkan kaki ke tanah. Tidak lama setelah Aire turun, dari bagian depan kereta, Dean, Lala dan Melody keluar. Kedatangan para tamu dari ibu kota itu segera saja menarik minat banyak orang, terutama anggota keluarga Vicente Rodriguez yang sepertinya sengaja tidak tidur demi menunggu kedatangan tamu agung.

"Yang Mulia, Aire Ash. Sungguh kejutan yang luar biasa, kami amat tersanjung anda memutuskan untuk mampir."

Aire terlihat amat tenang dan berwibawa saat berdiri di hadapan Vicente Rodriguez yang jauh lebih tua dan dewasa. Aura seorang bangsawan dan putra makhkota tampaknya membuat dirinya terlihat sangat menonjol dibandingkan yang lain, bahkan dengan Dean yang memiliki postur tubuh sama dengannya, tinggi dan jangkung. Meski kini keduanya tidak mengenakan pakaian kebangsawanan, dengan jubah kebesaran serta perhiasan, tetap saja, Aire terlihat sangat berbeda dibanding manusia kebanyakan.

Hal yang baru disadari Adjani saat ia mengamati pria itu dari kejauhan. Gadis berwajah cacat dan tubuh penuh luka itu tidak berani mendekati rombongan bangsawan dan keluarga yang menerima mereka. Adjani memilih menjauh dan mengamati dari belakang kuda berwarna putih dengan bulu ekor berkibar anggun. Bahkan saat sais menyuruhnya untuk bergabung, ia hanya menggeleng pelan sebagai jawaban.

Adjani malah memutuskan untuk bermalam di semak-semak yang ia lihat berada tidak jauh dari kastil demi melindungi perasaan empat orang dermawan yang telah sudi membawanya ke Suaka. Dia tidak akan tega membuat Aire, Lala atau Melody, serta Dean sekali pun kena hujat akibat membawa mahluk kurus, bau dan mengerikan seperti dirinya. Lagipula dia tahu apa yang akan terjadi saat anggota keluarga Vicente Rodriguez melihat dirinya secara langsung. Mereka akan menghina dan bukan tidak mungkin melempar batu jika mau.

Dia hapal semua kelakuan orang asing yang terlalu terkejut saat melihat wajahnya. Keluarga Rodriguez hanyalah salah satu calon yang akan melakukan hal sama jika ia memutuskan untuk tetap tinggal, lagipula...

"Adjani, kamu mau ke mana?" Suara Aire yang terdengar begitu dekat membuat Adjani yang telah berjalan sekitar lima belas meter dari kereta kuda, menghentikan langkah. Ketika menoleh, pangeran tampan itu sudah berada di hadapannya , tersenyum sambil mengulurkan tangan, membuat Adjani yang sedang memeluk Shield menatapnya bingung.

"Tu..tuan? Kenapa anda ke sini? Bukankah semua orang sudah diminta untuk masuk?" Adjani bertanya dengan gugup. Ia bahkan menyembunyikan tangannya sendiri di balik tubuh Shield yang kelihatan sekali tidak tertarik dengan urusan dua orang manusia yang penampilannya amat bertolak belakang itu. Ia memilih memejamkan mata saat mendengar Adjani lagi-lagi menolak ajakan Aire.

"Mengajakmu masuk, tentu saja. Bukankah agak jika ada satu orang anggota rombongan yang memilih untuk kabur sementara tuan rumah sudah menunggu bahkan mempersiapkan semua yang terbaik untuk tamunya?"

Rambut pendek Adjani yang mulai menutupi luka keropeng di lehernya bergoyang ke kiri dan kanan saat ia menggelengkan kepala, coba menolak kalimat yang Aire utarakan. Siapa memangnya dia hingga disambut sedemikian rupa? Keluarga itu menyambut Aire dan rombongan, kan? Bukan dirinya yang sebenarnya adalah penyusup yang tidak diundang.

A Zero DestinyWhere stories live. Discover now