Chapter 5

3.3K 276 33
                                    

Because you're my sunrise
And I'm your shadow

Milly menyisir rambutnya sembari menatap cermin, tapi tatapannya tak tertuju pada bayangannya, melainkan pada sosok tinggi di ujung ruangan yang baru saja mengenakan kemeja di atas kaosnya. Pria itu menyisir rambutnya dengan tangan, lalu menoleh ke arah cermin, ke arah Milly. Buru-buru Milly mengalihkan tatap dari pria itu.

Milly berdehem. Baiklah, semalam memang ia bereaksi sedikit terlalu berlebihan tentang antifans yang masuk ke kamarnya. Dan pagi ini, mengingat bagaimana ia bereaksi semalam, ia merasa tak sanggup menatap Ryan langsung. Ia bahkan meminta pria itu tidur di kamar ini bersamanya karena terlalu takut.

Seolah itu belum cukup, Milly membuat Ryan duduk di sampingnya sampai ia terlelap. Semua itu terasa bagaikan mimpi buruk begitu Milly bangun pagi ini.

"Aku sudah meminta staff penginapan membereskan kamarmu diam-diam," ucap Ryan. "Aku juga merahasiakan masalah kemarin dari Pak Danu. Karena itu, berhentilah berpikir terlalu keras."

Milly meringis. Bukan itu tepatnya yang tadi mengusik pikirannya. Namun, tentu saja Ryan tidak perlu tahu yang sebenarnya. Jadi, ia hanya mengangguk menanggapinya.

"Aku akan menunggumu di luar," Ryan berkata lagi. "Setelah sarapan nanti kita akan berangkat ke air terjun."

Lagi, Milly hanya menjawab dengan anggukan. Diam-diam, ia bersyukur karena Ryan memberinya ruang untuk sendiri.

***

"Aku tidak mau turun lagi." Akhirnya Milly menyerah. Menuruni seribu anak tangga untuk tiba di air terjun benar-benar melelahkan. Milly bahkan tak bisa melihat ujung dari tangganya meski rasanya ia sudah melewati beberapa ribu anak tangga.

Ryan, Om Danu dan istrinya, ikut berhenti karenanya. Om Danu lalu meminta rombongan karyawan lainnya pergi lebih dulu, sementara Om Danu dan Ryan akan menemani Milly beristirahat sebentar.

"Aku bukannya mau istirahat, tapi aku mau berhenti," kesal Milly pada Om Danu begitu hanya tinggal mereka berempat. "Ini tidak masuk akal," protesnya. "Kupikir kita kemari untuk berlibur, bukannya untuk berolahraga mati-matian seperti ini."

Ryan menghela napas berat. Ia menatap Om Danu. "Pak Danu pergi duluan saja, biar saya yang di sini."

Om Danu menghela napas berat. "Mungkin nanti kau harus menemani Milly kembali ke atas. Kau tidak apa-apa?"

Ryan mengangguk. "Tidak perlu khawatir. Nanti kita bertemu di bawah," ucap Ryan tanpa ragu.

Milly mendengus tak percaya. "Sudah kubilang, aku tidak mau ..."

"Kalau begitu, aku titip Milly, ya?" Om Danu menepuk pundak Ryan, sebelum ia akhirnya pergi dengan istrinya, meninggalkan Milly berdua dengan Ryan.

Milly mengerang dalam hati. Lagi-lagi ia hanya berdua dengan Ryan. Dan lagi, ia teringat kejadian semalam. Ah, benar-benar memalukan.

"Aku tidak mau turun. Aku akan kembali naik," putus Milly kemudian.

Namun, begitu Milly berdiri, tiba-tiba Ryan berjongkok di depannya.

"Apa?" tuntut Milly.

"Naik," perintah Ryan.

Milly melotot tak percaya. "Apa?"

Ryan tak mengatakan apa pun lagi, tapi kemudian meraih tangan Milly dan menarik gadis itu ke punggungnya. Milly menjerit panik ketika Ryan berdiri.

"Jika kau tidak mau jatuh, sebaiknya kau berpegangan," ucap Ryan seraya mulai berjalan.

"Apa kau sudah gila?!" jerit Milly, tapi tak urung ia mengalungkan lengannya melewati bahu pria itu, berpegangan erat. "Apa yang kau lakukan?!" teriak Milly marah.

Meraih Cintamu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang