BAB 1

506K 25.7K 763
                                    

.: Mahkota yang Hilang :.

Namanya Clarissa. Dia hanya gadis biasa yang bahkan tak terlihat di sekolahnya. Jika di sebuah novel, Clarissa bisa dikategorikan sebagai anti-sosial meskipun tanpa kacamata minus serta rambut kucir kuda.

Makanan sehari-hari Clarissa adalah buku. Bukan novel, melainkan sebuah buku sastra dan ilmu pengetahuan yang benar-benar Clarissa sukai. Meski tak menampik kenyataan bahwa Clarissa juga menyukkai sebuah fiksi yang memanjakan imajinasinya.

Waktu istirahat Clarissa selalu dihabiskan di perpustakaan atau di taman untuk menikmati sekotak bekal makanan yang dibuatkan oleh bibinya.

Seperti biasanya, saat jam istirahat, Clarissa tidak berminat untuk ke perpustakaan, melainkan menghabiskan waktunya di taman sekolah setelah merasakan penat dan pedih di matanya.

Bulan ini adalah bulan-bulan yang cukup sibuk untuk semua anak kelas dua belas. Karena dalam beberapa bulan mendatang, mereka akan menikmati yang namanya Ujian Nasional atau UN. Oleh sebab itu, Clarissa bersungguh-sungguh dalam belajar untuk dapat mencapai cita-citanya.

Taman sekolah Clarissa sendiri cukup nyaman. Tidak hanya bersih, tetapi juga rindang dan rimbun. Ia menikmati kotak makannya yang berisikan roti tawar dengan selai stroberi. Di sebelahnya, terdapat buku sastra tebal yang baru kemarin ia pinjam dari perpustakaan.

Clarissa sudah membaca 50 halaman dari 400 halaman yang ada. Baginya, buku itu candu. Jika seorang pecandu bisa sakaw karena tidak mengkonsumsi narkoba, mungkin Clarissa akan lesu jika sehari tidak membaca buku. Terlalu berlebihan memang, tapi apa daya, buku memang candu untuknya.

Menelisik lebih dekat mengenai kehidupan Clarissa, cewek berumur 17 tahun itu kini duduk di bangku kelas 12 salah satu SMA swasta. Dia memiliki adik perempuan yang jika dibandingkan dengan Clarissa, nampak sangat jauh berbeda. Adiknya sekarang kelas 11 di sekolah yang sama dengannya.

Clara adalah nama adiknya dan merupakan jajaran gadis populer yang tidak seperti dirinya. Clarissa tidak terlihat. Clara nampak berkilauan. Clarissa seperti berlian palsu, sedangkan Clara nampak seperti berlian asli yang begitu mahal dan sulit dijangkau. Karena terlalu mahalnya, menyebabkan sifat gadis itu menjadi sombong dan sangat berkebalikan dengan Clarissa.

Bahkan, di rumah Clara tidak pernah menganggap Clarissa ada. Cewek itu seakan-akan memandang Clarissa pembantunya dan memperlakukannya secara kasar.

Orangtua kakak-beradik itu tidak pernah mengetahui bagaimana sifat asli Clara. Yang mereka tahu, Clara dan Clarissa memang berbeda. Hubungan keduanya sedikit tidak harmonis seperti hubungan kakak-adik lainnya namun masih wajar.

Tetapi, semua perlakuan Clara semakin menjadi manakala papanya meninggal. Menyebabkan Clarissa semakin sendiri karena entah apa, sedari dulu, mamanya hanya menganggap Clara anaknya.

Jika Clara dimanjakan dengan kasih sayang oleh mamanya, Clarissa cukup dengan semua harta keluarga mereka serta fasilitasnya. Perlakuan mamanya mengenai fasilitas kedua anaknya itu sama. Yang berbeda, hanya kasih sayangnya.

*

Hari ini seperti biasa, rumah Clarissa nampak sepi. Hanya Bi Min yang setia menemaninya. Ah, selain mendiang papanya, orang yang mencurahkan kasih sayang untuknya dalam sosok wanita yaitu Bi Min. Wanita tua itu senantiasa menemani Clarissa dari rambutnya yang dulu hitam, sampai kini mulai memutih.

Saat Clarissa turun dari kamarnya, dia menatap beberapa kumpulan orang yang berlalu-lalang di ruang tamu. Semua orang yang tidak dikenalnya itu mendekor beberapa sudut rumahnya meski seingat Clarissa, tidak ada acara apa pun di rumahnya. 

"Bi, ini ada apa? Kenapa ruang tamunya di dekor?" tanya Clarissa pada Bi Min saat wanita itu tidak sengaja berpapasan dengan Clarissa.

"Kurang tahu, Non. Tapi tadi kata bapak-bapak yang tukang dekor, katanya Non Clara mau mengadakan pesta nanti malam," ujar Bi Min menjelaskan apa yang tadi dijelaskan salah satu tukang dekor saat memberikan minum.

Clarissa menganggukkan kepalanya sebagai balasan. Memilih menyingkir dan mendekam di dalam kamar adalah pilihan yang paling tepat jika adiknya membuat sebuah pesta. Dia tidak ingin merusak pesta Clara yang baginya begitu gaduh. Tidak hanya berisik, tapi juga penuh dengan asap rokok serta beberapa minuman beralkohol.

Mamanya tidak pernah tahu soal itu. Tidak ada yang berani memberitahukan hal tersebut. Clara yang mamanya kenal selama ini adalah anak baik-baik. Bukan anak nakal yang hobi berkelana dengan dunia malam.

Clarissa melirik jam dinding yang tergantung di tembok rumahnya. Jam sudah menunjukkan pukul enam sore, tandanya ia harus benar-benar berdiam diri di dalam kamarnya.

Beberapa jam kemudian, suara dentuman musik yang cukup keras berhasil memekakan indra pendengarannya.

Pesta adiknya sudah dimulai. Ia tidak terkejut karena sedari tadi banyak mobil mulai masuk ke halaman rumahnya lalu disambut dengan tawa serta riuh keramaian yang terdengar sampai ke dalam kamarnya.

*

Sekitar pukul sepuluh, Clarissa bangun dari tidurnya karena merasa ingin buang air kecil yang tidak bisa ia tahan. Dengan hati-hati, Clarissa membuka pintu kamarnya, berjalan menuju kamar mandi.

Tanpa sengaja, dia menemukan seseorang yang tengah kesakitan. Clarissa ingin menjauh, tetapi belum sempat ia menjauh, dirinya sudah ditarik dan merasakan sesuatu yang lembab berada di bibirnya. Mencecap bibirnya dengan kasar dan tidak ada hentinya.

Air mata ketakutan mulai turun dari sudut mata Clarissa. Ia ingin berteriak, tapi teriakan itu kembali tertelan saat bibir laki-laki itu kembali membungkamnya. Sampai akhirnya, laki-laki itu melepaskan ciumannya, memindahkan ciuman itu ke leher Clarissa dan semakin membuat gadis itu menangis dan berteriak minta tolong.

Tapi semua itu tidak berguna. Tidak ada yang mendengar teriakan Clarissa. Semuanya sibuk dengan pesta Clara yang begitu meriah. Clarissa mulai meronta, ia mencoba melepaskan dirinya dari jeratan laki-laki itu.

Plak ....

Sebuah tamparan keras berhasil mendarat di pipi Clarissa yang membuat pipinya memerah. Permukaan wajahnya sudah basah dengan air mata dan raut wajahnya semakin pucat melihat kelakuan laki-laki itu

Sampai akhirnya, Clarissa terbangun. Menyadari tubuhnya tidak terbalut pakaian lagi. Melainkan sebuah selimut tebal yang ia yakin ini bukan kamarnya.

21 Desember 2016

makasih udah baca! selamat menikmati dan jangan jadi silent readers yaq! hehe.

Hypocrites LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang