CHAPTER 1

41.7K 1.1K 38
                                    

Dia berusaha mengejar bis yang membawa para pangerannya. Mengabaikan puluhan gadis di belakangnya yang melakukan hal serupa. Di sepanjang jalan telah dipenuhi oleh remaja perempuan yang berteriak histeris sambil membawa spanduk dan banner berbagai ukuran bertuliskan nama-nama yang sudah tak asing baginya. Tak ada tempat lagi di sana untuk melihat mereka turun dari bus. Tubuhnya memang tidak terlalu kecil, tapi apalah dayanya dibanding kekuatan puluhan gadis yang dimabuk cinta. Apalagi usianya tidak semuda delapan tahun lalu, saat pertama kali berteriak histeris hanya karena melihat kelima wajah tampan mereka dari dekat. Wajah-wajah tampan yang sering membuatnya bertanya pada dirinya sendiri apakah mereka benar-benar manusia atau hanya khayalannya saja.

Kepalanya menengok ke kanan dan kekiri. Belum ada tempat kosong yang bisa ia temukan. Dirinya pasti akan mati konyol di sana jika tetap nekat menembus barisan.

Dia menyerah. Tubuhnya terduduk lemas di sofa di sebuah lobi hotel. Pasrah karena tak bisa melihat pangerannya dari dekat. Dia hanya ingin mengambil beberapa foto dan menjadikannya sebagai kenang-kenangan. Usianya sudah di pertengahan kepala dua sekarang. Tak ada waktu untuk sibuk memuja mereka lagi di masa depan. Hidupnya bukan hanya untuk menghabiskan waktu seperti seorang penguntit mesum yang menggaggu ketenangan mereka.

Penyesalan mulai menyelimuti benaknya. Andai saja dirinya datang lebih awal, pasti dia sekarang sedang berdiri bersama gadis-gadis itu. Melihat langsung artis idolanya turun dari bus dengan jarak terdekat adalah kebahagiaan yang luar biasa baginya, tapi tetap saja, dirinya tidak akan mendapatkan kesempatan itu hari ini.

“Apa? Mereka ada di lantai tiga?!” telinga tajamnya yang sudah terlatih tiba-tiba mendengar sesuatu.

Kepalanya langsung menoleh ke asal suara dengan perlahan. Dia melihat seorang pria berjas rapi sedang berbisik pada resepsionis muda yang berdiri didepannya. Si pria menatap resepsionis cantik itu dengan ekspresi marah yang tertahan. Tatapan kecewanya membuat si resepsionis terus menunduk sambil menggumamkan kata maaf.

Banyak menonton drama yang tidak masuk akal membuat pikirannya bekerja lebih cepat. Dirinya mengambil selembar koran yang ada di meja lalu berusaha mendengarkan pembicaraan kedua orang tersebut lebih lanjut. Namun sepertinya tidak ada perbincangan lanjutan. Kedua orang itu berpisah setelah si resepsionis membungkuk dengan dalam.

Ide cemerlang dipikirannya belum juga habis. Ah bukan, lebih tepatnya ide gila. Sepertinya dirinya akan lebih beruntung daripada sekelompok gadis yang berdiri menyiksa diri di bawah terik matahari dan berteriak-berteriak tak jelas di tepi jalan sana. Ya, semoga saja.

***

Dia menaiki tangga lantai tiga dengan terengah-engah. Lift yang seharusnya dapat membawa dirinya dengan mudah ke segala penjuru hotel rupanya sedang dijaga oleh beberapa orang pria berseragam hitam dengan tatapan garang. Tentu saja dia harus menghindari mereka jika tak ingin rencananya gagal.

Gadis itu memandangi nomor yang tergantung di pintu kamar satu persatu. 132, 133, 134, 135. Dia tak tahu harus memulainya dari mana. Tak mungkin dia memasuki kamar itu satu persatu, batinnya kecewa.

Setelah beberapa saat tertegun, dia memutuskan untuk mengetuk sebuah pintu yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Namun setelah beberapa kali diketuk, pintu itu tetap tertutup seolah tak ada penghuni di dalamnya. Dia bersiap melangkah ketika terdengar suara pintu terbuka. Dia berhenti seketika, berharap akan segera bertemu dengan salah seorang dari pangerannya. Tetapi yang di depan matanya sekarang bukanlah pengerannya. Dia tahu benar, pangerannya bukan pria berwajah asing dengan bulatan lemak yang menjijikkan di perutnya.

“Maaf. Sepertinya saya salah kamar.” katanya cepat bahkan sebelum pria itu berhasil bertanya padanya.

”Kau mencari para penyanyi muda itu ?” tanya si pria asing sok tahu ketika dirinya akan beranjak pergi. Logat baratnya terdengar sangat kental.

BABY'S TIME OUT [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now