1. Suamiku lupa ulang tahun pernikahan kami padahal sudah ku lingkari kalender

489 65 3
                                    

Matahari belum saja menampakan dirinya. Kebayakan orang masih terlelap, menjelajah alam mimpi. Tapi tidak dengan salah satu manusia yang penghuni rumah di sudut pinggiran kota, jauh dari kebisingan.

Manusia yang satu ini masih terjaga walau jam menunjukan hampir jam dua belas malam. Bukan, dia bukan sedang solat tahajud. Melainkan sibuk dengan ponsel pintarnya. Sesekali bibirnya merengut saat membaca tulisan-tulisan yang tercantum di layar ponselnya.

Sedang apa orang itu?
.
.
.
Alia POV

"Ini gak oke ... huff." Aku berguman, "membaca artikel ini membuatku makin bingung saja."

Aku memiringkan tubuhku, memperhatikan seorang pria yang masih tertidur lelap di sebelahku. Dimas, suamiku tercinta.

"Gak kerasa, benerapa menit lagi adalah hari jadi dua tahun pernikahan kita," bisikku pada wajah tidurnya, "kamu ingin kado apa?" tanyaku.

"Hmm." Dimas menggeliat, hendak membuka matanya.

"Suttt ..." Aku membelai ramputnya, agar dia kembali tertidur. Tidak enak membagunkannya.

***IKLAN***

***IKLAN***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mamah ..." panggil seorang bocah perempuan.

"Hmm?"

"Nessya gak mau makan ini." Anak umur dua setegah tahun itu mengeser bubur ayamnya.

"Kenapa? Gak enak?!" tanyaku, saat kami berkumpul di meja makan.

"Nesa, halus mayan. Janyan buaang mayanan, mubazil ..." ingat anak kecil di sebelahnya.

"Udah diam. Suara cadelmu itu, menganggu." ketus anak dua setengah tahun itu.

"Hahaha," tawa seorang anak perempuan yang lebih tua, tangannya sibuk mengoles selai coklat di atas roti.

"Kakak, gak boleh ngetawain orang susah." ujar seorang anak laki-laki lebih muda.

"Masalah buat loh?!" balas anak itu.

Aku hanya bisa menggeleng. Nessya yang selalu berdebat dengan kembarannya, Nevan. Dan Andrea yang berdebat dengan adiknya, Alvin. Setiap hari, ini selalu terjadi.

"Memangnya Nessya mau Mamah masakin apa?" tanyaku.

"Nessya mau makan indumie!"

"Anak kecil gak boleh makan mie instan, gak sehat." ujarku.

"Tidak apa-apa Nessya bisa ke Puskesmas sendiri, naik Gojek." jawab Nessya dengan pintarnya.

"Mentcegah, lebih bayik dayi padah menyobatih." balas kembaranya, tak kalah pintar.

Nessya memeletkan lidahnya pada Nevan, kemudian menatap kakak perempuannya. "Kak, nanti Nesa orderkan Gojek yah ... yang ganteng." pintanya.

Balada Keluarga SanjayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang