Apa yang terjadi?

11 0 0
                                    

"Hyung Min?!", kaget seseorang membangunkan Hyung Min.

dia perlahan membuka matanya, Lee Yong Dae yang membangunkannya.

Tak sadar, dirinya sedang telungkup dengan kepala menoleh kekiri. Itu adalah posisi terakhirnya saat si gadis horor menjorokkannya.

Dia sadar, dan segera bangkit. Matanya melotot, menampakan rasa ketakutan yang jelas dapat dibaca Yong Dae.

"Kamu kenapa Hyung Min?, apa ada sesuatu?", heran Yong Dae.

"Ah, tak apa".

Dengan gugup Hyung Min membuka pintu kamarnya.

"Kau yakin?", tanya Yong Dae memastikan.

"Ya".

Hyung Min masih gugup, dia segera meninggalkan Yong Dae dan memasuki kamarnya. Yong Dae masih tak mengerti.

"Ah sudahlah", ucap Yong Dae lalu juga ikut pergi masuk ke kamarnya.

...

"Aku nggak mungkin cerita kalau aku tadi diteror hantu ama temen satu apartemenku itu!".

"Klek", Hyung Min mengunci pintu.

Ketakutan campur aduk dalam perasaan Hyung Min.

Kejadian itu tak dapat dia lupakan begitu saja.

Perasaan cemas tentang kejadian yang akan terulang pun muncul. Dia takut kalau dia akan dihantui arwah Ji Hyun lagi.

Benar saja, kejadian itu terulang lagi.

"Aku mengagumimu Hyung Min",

lamunan ketakutan Hyung Min berhenti.

Matanya langsung menatap lurus pada seorang gadis dengan rambut acak-acakan duduk di atas kasur kamarnya. Hyung Min gemetar, benar-benar gemetar.

Telapak tangannya ditempelkan erat ke pintu, rasa takutnya jadi kambuh lagi.

"K..k....ke..napa , kau..., da...., dat... datang lagi", suaranya jadi gagap, rasa takutnya mengambil alih.

"Apa kau mengingatku Hyung Min?", gadis itu bersuara lagi.

Suaranya sedikit parau, menegakkan bulu kuduk Hyung Min.

"Kau adalah..., gadis yang menangis karena dilempari tepung Soo Na hari itu", terang Hyung Min pelan, dia masih sedikit takut, tapi dengan berani dia menjawabnya.

Gadis itu diam, raut wajahnya seperti sedang menyesali sesuatu. Tapi tetap saja, Hyung Min takut dengannya.

"Kenapa kau tak menolongku hari itu Hyung Min?".

Dengan sedikit takut Hyung Min melotot kearah gadis itu.

'Kenapa aku tak menolongnya?', batin Hyung Min. "Maaf".

Tak disangka, sesuatu yang kenyal menggeliat di atas kaki Hyung Min, entah apa itu. Hyung Min kaget saat membuka matanya, karena ternyata sepotong tangan tanpa tuan sedang berusaha memanjat kakinya.

Darah mengucur dari tangan aneh itu, membasahi kaki Hyung Min. Hyung Min menjerit tak karuan, menepiskan benda aneh itu entah kemana.

"Tapi kenapa kau sepenakut ini Ouji sama?, ternyata kau seorang pengecut!, kenapa kau takut padaku?, apa aku salah mengidolakanmu?".

"Kenapa aku takut padamu?, karena kau adalah hantu!", Hyung Min berteriak, dengan tangan menutup erat pada wajahnya.

Dia bicara dalam ketakutan.

"Hantu?, apa aku sudah mati?".

"Kau tak menyadarinya?!, aku menabrakmu, dan sekarang kau mati.............., tapi kenapa kau menghantuiku?!!". "Kau menabrakku?, apa salahku Hyung Min". Hyung Min diam, karena dia tahu, dia sudah kebablasan bicara soal itu. Darah menetes dari atas ubun-ubun Hyung Min. Sepertinya di luar hujan, dan atap apartemannya sedang bocor. Tapi kenapa bocor?, dan kenapa tetesan air itu adalah darah yang kian deras. Baju Hyung Min basah berbau amis, semua ini nyata, dan Hyung Min tak sedang mengada-ada ataupun bermimpi. Bocoran air itu seakan menggambarkan gadis itu yang ternyata sedang menangis. Entah apa yang sedang dia ratapi, gadis itu menangis kian kencang, suaranya jadi mengerikan, Hyung Min merinding. "Ternyata aku sudah mati..............., tapi apa ini Hyung Min!!". "Maksudmu?", Hyung Min tambah terbata ketakutan, suara tangisan itu membuat gendang telinganya seakan mau pecah. Gadis itu tak kunjung menjawab, dia lemparkan dua buah bola putih berlumur darah ke arah Hyung Min. Merasa itu penting, Hyung Min menangkapnya. Betapa terkejutnya Hyung Min, bola itu adalah biji mata. Hyung Min berteriak, mengepalnya erat. Cairan merah berlumuran keluar dari sela-sela kepalan Hyung Min. Bola itu pecah, bercampur dengan darah jadi seperti bubur. Hyung Min dengan jijik mengibaskan tangannya yang berlumur bubur darah itu. Dengan mulut yang berteriak kencang karena ketakutan. "Apa ini!", teriaknya. "Ya, kau benar, 'apa ini'?, kenapa kehidupanku ini begitu pedih". "Jangan kau takuti aku!, hantu!". "Lalu kenapa kau bunuh aku Hyung Min?". Gadis itu marah, dari matanya yang berkilau itu keluar darah yangmencucur pelan. Hyung Min melihatnya dengan penuh rasa takut. Matanya tambah berkilau seram. Benar- benar menakutkan. Entah darimana dia tiba-tiba membawa sebuah pisau dapur. Menunjukan ujung runcingnya tepat mengarah leher Hyung Min. Hyung Min jadi ngilu, degup jantungnya tambah kencang. "Hidupku sangat pedih Hyung Min......, aku tak pernah mendapat kebahagiaan bahkan dengan keluargaku, hanya tangisan yang selalu kulalui. Entah mungkin sudah jadi lautan air mataku itu Hyung Min. kau tak pernah tau kepedihanku Hyung Min, aku pikir, kau sebagai idolaku, satu-satunya harapanku, akan membawa kebahagiaan untukku, untuk ubah hidupku, tapi realitanya kau malah membunuhku, dan kebahagiaan hanyalah sebuah nonsens serapah tak bermakna!, kau tega Hyung Min!". Tangisnya tambah deras, cucuran darah dari atap kamar itupun juga ikut tambah deras. Hyung Min makin ketakutan, dia tak bisa berbuat apapun, keringatnya terus bercucuran. Gadis itu mendekat, memojokan Hyung Min di sudut ruangan. Hyung Min diam dengan nafas terengah-engah. Satu hal horor terjadi lagi, gadis itu mencopot bola mata sebelah kanan miliknya. Benar-benar menakutkan. Darah mengalir deras dari dalam letak matanya, sekejap, membasahi seluruh wajah gadis itu, membuatnya jadi warna merah darah. Gadis itu memberikan matanya. Tangannya yang penuh darah itu, meletakan bola mata yang digenggamnya di tangan Hyung Min. Hyung Min gemetar tak karuan, serasa dia ingin pingsan lagi. "Remukanlah mataku ini, apa gunanya lagi, karena kau..., satu-satunya harapanku untuk bahagia, telah merenggut nyawa tak berartiku ini".

...

"Tidak!!....., jangan!!". Hyung Min terbangun saat sinar mentari menerobos kamarnya. "Apa tadi itu mimpi?, atau memang nyata?". Hyung Min mendapati baju dan kasurnya basah. Apa yang terjadi?. "Darah?!". Ya, itu benar darah. "Apa tadi malam itu memang nyata?".

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 11, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tanpa Terpaut DarahWhere stories live. Discover now