Apartemen sepi

15 2 0
                                    

Seminggu berlalu sejak kepergian tragis Ji Hyun.

Tak ada yang peduli, tak ada teman yang bertanya tentang kepergiannya.

Hyung Min sekarang tambah sering melamun. Masih membayangkan kejadian itu. Dia terus terbayang- bayang tentang Ji Hyun yang malang.

"Hey lagi ngapain!", sapa Yeon Ri membuyarkan lamunan Hyung Min. "Lagi ngelamun nih?".

"Ah enggak, lagi banyak pikiran aja", jawab Hyung Min tenang.

"Sama aja kali!", ucap Yeon Ri mendorong pundak Hyung Min.

"Auh... apa?".

"Renang yuk!, ajak Yong Dae sekalian".

"Boleh, udah lama nggak renang", jawab Hyung Min.

Dia pikir, mungkin dengan berenang dia bisa sedikit menghilangkan pikiran tentang kejadian itu.

"Ya sudah, aku kekantin dulu oke!".

...

"Tok...tok", suara sepatu itu menggema ke seantero lorong apartemen.

Agak gelap dan sepi karena mungkin semua kosong ditinggal penghuninya.

Sebagian besar mereka yang tinggal di apartemen itu adalah para anak SMU yang rata-rata pulang di atas jam tujuh malam.

Jadi wajar kalau mungkin semuanya sepi.

Waktu menunjukan pukul 17.00, Hyung Min berjalan sendirian menyusuri lorong apartemen itu. Tak ada orang lain, Yong Dae juga, hanya Hyung Min sendirian di sana.

"Sial..., ini nggak enaknya pulang awal, cuma sendirian".

Hyung Min terus berjalan, tepat dua pintu lagi adalah kamarnya. Dia berharap dapat segera tidur.

...

Walau lampu dalam lorong itu menyala terang, tapi entah kenapa cahaya bulan dari timur balkon terlihat lebih terang.

Tak disangka, di balkon itu, seseorang tengah duduk mendongak menatap rembulan. Rambutnya menjuntai acak-acakan.

"Siapa itu?, seorang perempuan?", gumam Hyung Min yang sedikit merasa takut. Hyung Min mencoba tak menghiraukannya, dan segera membuka gagang pintu kamarnya.

"Kriet...". Orang itu menoleh pada Hyung Min.

Rambutnya hampir menutupi semua bagian wajah.

Hanya matanya saja yang terlihat.

Kulitnya pucat, seolah-olah dagingnya tak pernah dialiri darah.

Hyung Min yang merasa sedang diperhatikan oleh orang itu menjadi gugup, bulu kuduknya berdiri, tangannya seperti berhenti bergerak, masih menyentuh gagang pintu. Orang itu yang ternyata seorang gadis mendekat pada Hyung Min.

Hyung Min tambah ngeri saat tangan gadis itu menyentuh pundaknya. Sentuhan yang tak biasa, sentuhan yang dilumuri cairan basah lengket dan amis.

Itu darah, pundak Hyung Min penuh dengan darah. Hyung Min gemetaran. Gadis itu mendekat, matanya berkilau merah, membuat Hyung Min tambah gemetar.

Hyung Min melihatnya, matanya merah, darah kering menempel dari bawah mata melewati pipi. Bau anyir menyerebak, membuat Hyung Min ingin muntah.

Dia tak tahu lagi harus apa selain diam dan menutup mata.

Wajah gadis itu tambah dekat, dengan berani tangan Hyung Min mendorongnya hingga jatuh. Cap darah memenuhi tangan Hyung Min, bercucuran lengket.

Gadis itu tersungkur di atas lantai berlinangan darah. Degup Jantung Hyung Min kian kencang, dia benar-benar takut.

"Apa kau Hyung Min?", gadis itu bicara lirih dengan posisi masih tersungkur.

Hyung Min tak melihatnya jelas, yang dia lihat hanya darah yang berceceran di mana-mana.

"Hey hantu!, jangan ganggu aku!".

"Apa kau Hyung Min pangeranku?".

Hyung Min tak melihatnya lagi, mataya memutari setiap sudut dalam ruangan itu.

Tapi tak ada apapun, benar-benar hanya darah.

Bau anyir tambah menusuk tajam hidungnya. Gadis seram itu muncul lagi, tepat di belakang Hyung Min dan segera ganti mendorongnya.

Hyung Min jatuh telungkup, dia kaget setengah mati.

Baju yang menutupi punggungnya basah lagi, terpenuhi darah amis yang mencecer kemana- mana.

Tanpa Terpaut DarahWhere stories live. Discover now