R.C Chapter IV - Kekasih Zarkan

2.5K 370 18
                                    

R.C Chapter IV - Kekasih Zarkan

◆◆◆

Aoi menatap kosong cangkir teh yang sama sekali tidak dia sentuh lagi sejak selesai membuatnya. Helaan napas berat dia hembuskan.

"Apa aku kembali saja?" gumamnya pelan yang kemudian dia menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak. Aku tidak boleh kembali. Mam lah yang harusnya menjemputku. Kau bisa hidup tanpa kartu itu sejauh ini, Aoi. Kerja bagus." Aoi memberi semangat pada dirinya sendiri.

Namun, semenit kemudian dia tertunduk lesu. "Tapi, Handbagnya menarik." ujarnya lesu. Dia menopang kepalanya dengan tangan kirinya.

"Kamu sepertinya sangat depresi sekali."

Aoi seketika saja menoleh dengan tatapan membunuh pada suara yang dia kenal. Laki-laki itu tidak terganggu sama sekali dengan tatapan kesal Aoi. Dia mengambil duduk di sebelah Aoi, menarik cangkir teh Aoi mendekat padanya.

"Tidak diminum?" tanya Zarkan melihat isi cangkir yang terlihat tidak ada perubahan. "Masih hangat. Aku minum boleh tidak?"

"Silahkan." jawab Aoi singkat.

"Kamu kenapa?" tanya Zarkan lagi setelah meminum sedikit teh yang diberikan Aoi.

"Tidak apa-apa."

"Benarkah? Kata 'tidak apa-apa' yang keluar dari bibir perempuan itu jauh lebih menyeramkan daripada melihat pocong, lho."

"Hah? What? Po... cong?"

Wajah bingung Aoi seketika saja membuat Zarkan memutar bola matanya jengah. "Pocong, Aoi. Hantu pocong, yang jalan dengan melompat dan ada ikatan tali di kepalanya. Mana mungkin di Kalimantan nggak ada cerita hantu itu. Legenda banget, lho." jelas Zarkan dengan kesal yang semakin kesal karena Aoi hanya memutar bola mata mengabaikan penjelasannya. Seakan penjelasannya tidak penting. "Jawab, Aoi. Kamu itu berasal darimana sebenarnya? Kamu bukan dari Kalimantan, kan? Apa kamu dari Malaysia?"

Pertanyaan Zarkan sukses membuat laki-laki itu mendapatkan tatapan membunuh dari Aoi lagi. "Don't ask me again." ucap Aoi dingin mengintimidasi.

Zarkan menghembuskan napasnya berat, kembali meminum teh Aoi. "Oke. Sepertinya kamu kurang piknik." Zarkan membuat kesimpulannya sendiri. "Besok sabtu, kan? Kita masuk shift sore. Aku akan ajak kamu jalan-jalan menjelajahi Jakarta. Tetapi, sebelum jalan-jalan aku harus ke kampus dulu. Ada kelas pengganti."

Aoi menatap Zarkan dengan kepala miring, bingung akan ucapan laki-laki itu yang panjang dan cepat. "Kakak berbicara apa?" tanya Aoi yang membuat Zarkan ingin menjitak kepala gadis di depannya.

"Intinya besok pagi kamu sudah harus rapi. Ikut aku ke kampus dan kita berangkat untuk jalan-jalan."

"Kemana?"

Zarkan nampak berpikir setelah mendapatkan satu pertanyaan singkat dari Aoi. "Menonton, mungkin?"

Aoi kembali memutar bola matanya malas. "Menonton bukan suatu tindakan menjelajahi Jakarta, Kakak." sindir Aoi dengan menekankan kata Kakak pada sindirannya.

"Baiklah. Terserah kamu ingin kemana."

"Okay, good idea."

◆◆◆

"Jadi, karena anak kecil ini kamu menolakku?"

Aoi menaikkan sebelah alisnya tidak mengerti akan ucapan perempuan di depannya. Dia yang baru saja sampai di universitas tempat Zarkan belajar kedokteran selama ini, tiba-tiba dihadang oleh seorang perempuan yang menurut Aoi aneh.

Real CinderellaWhere stories live. Discover now