R.C Chapter I - Gadis Desa yang Aneh

4.8K 419 33
                                    

R.C Chapter I - Gadis Desa yang Aneh

◆◆◆

“Nggak sarapan dulu, Aoi?”

Mendengar namanya dipanggil, Aoi seketika menoleh dan mendapati Zarkan sedang duduk di meja makan tempat kos mereka. Mendekat ke arah meja, Aoi melihat laki-laki yang masih kuliah semester tiga itu sedang menyuap nasi putih hangat dengan lauk tahu dan tempe.

“Kakak memasak?” tanya Aoi penasaran.

“Ya, seadanya aja. Ayo, sarapan.” ajak Zarkan yang disambut anggukan dari Aoi. Menarik kursi di depan Zarkan dan mengambil nasi putih dengan lauk tahu dan tempe.

“Kakak ada kelas pagi?”

“Iya. Oh, ya. Nanti sepertinya kita satu shift kerja. Bagus minta tukar shift. Tunggu Kakak, ya. Kita berangkat bersama.”

“Bukannya kalau satu shift kita selalu berangkat bersama ya, Kak?” Aoi memberikan senyum mengejeknya.

“Kamu itu dari desa mana sih, Aoi? Ngomong daerah nggak bisa. Ngomong kekinian juga nggak bisa. Baku banget bahasamu.” oceh Zarkan panjang.

Be quiet.” balas Aoi dengan intonasi datar. Hanya dua kata dan mampu membuat Zarkan kembali memakan nasi putihnya.

Selama mengenal gadis satu kosnya itu, yang Zarkan tahu Aoi mempunyai aura dominasi yang kuat. Hal yang sangat tidak umum dimiliki oleh gadis yang katanya berasal dari desa itu. Terlebih ketika pertama kali gadis itu masuk sebagai penghuni kos campuran di sini, gadis itu menarik banyak perhatian dari para penghuni kos. Untuk ukuran gadis dari desa terpencil di Kalimantan, Aoi tergolong aneh. Abaikan nama dan wajah gadis itu yang memang sudah aneh. Kelakuan gadis itu juga aneh.

Dia tidak bisa berbicara bahasa daerah Kalimantan ketika Ragil, penghuni kos yang berasal dari Kalimantan mengajaknya bicara.

Dia tidak bisa makan menggunakan tangan untuk ukuran gadis dari desa.

“Kakak harus belajar. Jangan terlalu sibuk untuk kerja part time.”

“Jika aku nggak kerja part time, siapa yang bayar biaya kosku? Aku nggak mau tidur di jalanan atau balik tidur di panti. Ada yang lebih layak tidur di sana daripada aku yang sudah besar.”

“Tapi kalau beasiswa Kakak diputus karena nilai Kakak menurun bagaimana?”

“Aku bisa. Jangan mengkhawatirkan aku, oke. Aku justru lebih khawatir sama kamu. Apa orang tuamu tidak akan khawatir? Kamu kabur dari rumah, kan?”

“Mereka tidak akan khawatir.” Aoi benar-benar tidak suka ketika Zarkan kembali membahas orang tuanya dan alasannya kabur dari rumah. “Jika Kakak mendapatkan beasiswa lagi. Kakak ingin melanjutkan kedokteran di bidang apa?” tanya Aoi mengalihkan percakapan tentang dirinya.

Tampak berpikir, Zarkan akhirnya menjentikkan jarinya seakan teringat. “Mungkin Dokter Bedah.”

“Bedah apa?”

“Aku ingin Bedah Jantung seperti Dokter Aoron Ou. Tapi, jika tidak bisa mungkin Bedah Umum.”

“Kalau begitu belajar yang rajin.” nasihat Aoi dan berdiri pergi untuk berangkat sekolah. Mengabaikan Zarkan yanh berdecak sebal padanya.

◆◆◆

Aoi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian menghembuskan napasnya berat. Kenapa dia dengan bodohnya memutuskan untuk bersekolah? Seharusnya lebih baik dia bekerja seperti pertama kali dia datang ke Jakarta. Ini semua adalah salah Zarkan yang dengan keras kepala menyuruh dirinya melanjutkan sekolah. Demi Tuhan! Aoi sudah melupakan bagaimana rasanya memakai seragam sekolah. Dia sudah masuk ke universitas sejak satu tahun yang lalu. Zarkan benar-benar sialan!

Real CinderellaWhere stories live. Discover now