R.C Chapter II - Kesan Pertama

3.2K 368 28
                                    

R.C Chapter II - Kesan Pertama

◆◆◆

Dua Setengah Bulan Yang Lalu...

Aoi memasukkan beberapa bajunya dengan sebal. Dia marah pada semua orang yang ada di rumah ini. Ayah dan Ibunya marah, tetapi kedua Kakaknya hanya diam tidak membelanya. Oke, jangan salahkan kedua Kakaknya, salahkan saja semua padanya. Salahkan dia yang berbohong tentang jurusan yang selama satu tahun ini diambilnya hingga seluruh penghuni rumah mewah ini mengarahkan kemarahan padanya.

Jika dipikiri ulang, dia juga tidak salah. Dia tidak ingin bergelut dengan perusahaan keluarganya. Dan dia juga tidak ingin menjadi Dokter. Dia hanya ingin mendalami piano dan musik.

Seluruh barang yang dia butuhkan untuk pergi dari rumah sudah siap. Jam sudah berdentang sebanyak dua belas kali. Menarik napasnya, Aoi sudah memutuskan untuk pergi dari segala kemewahan hidupnya.

“Kau gila! Kau bisa melakukan demo tidak makan dan bicara daripada pergi dari rumah, Ao.” sembur Kanon, sepupunya dengan kesal.

“Kau lebih baik diam dan antarkan aku ke bandara secepatnya. Hidupmu berada di tanganku. Mengerti!”

“Sialan!” umpat laki-laki itu yang mau tidak mau menjalankan mobilnya. “Kau akan pergi ke mana? Setidaknya aku harus tahu. Kau sepupuku yang paling kecil. Adikku saja lebih tua darimu satu tahun.” tanya Kanon akhirnya setelah cukup lama diam.

“Indonesia.”

“Kau tahu di sana ada teman Ibumu, Bibi Maria. Pergilah ke tempat yang lain.”

“Karena di sana ada Bibi Maria. Ibu tidak akan berpikir aku kabur ke sana. Kecuali, kau membuka mulut lembarmu.”

“Kenapa tidak Singapore?”

“Dan bertemu dengan Danette? Thanks, Kanon. Lebih baik aku mati kau tabrak sekarang daripada aku mendengar ceramahan berisik dari Danette. Jangan lupakan Gre yang mulutnya jauh lebih lebar dari mulut perempuan. Kau tahu sendiri, kan. Aku tidak terlalu suka dengan anak teman-teman Ibuku. Tidak mempunyai pendirian. Terlalu penurut.”

“Kau yang terlalu pembangkang.”

Aoi mendelik sebal. Turun dari mobil yang sudah membawanya ke bandara. Perempuan muda itu menurunkan koper besarnya tanpa dibantu oleh Kanon. “Jika aku mendengar kau yang membocorkan keberadaanku. Aku akan memutuskan ikatan sepupu kita dan juga ikatan cintamu dengan teman baikku. Dia benar-benar akan mati di tanganku, Kanon. Aku tidak bercanda.”

Tersenyum lebar Kanon menangkupkan kedua tangannya. “Aku berjanji. Hati-hati perjalanannya, Ao.” Kanon menyemangati adik sepupunya tanpa dibalas walaupun hanya dengan sebuah senyuman.

◆◆◆

“Apa tidak bisa dibicarakan baik-baik?”

“Baik-baik hanya akan membuatku seperti terjajah dan menerima perlakuan tidak adil dari Ayah dan Ibu.”

Cassandra mengangguk mengerti. Menghadapi Aoi itu susah sekaligus mudah dalam waktu bersamaan. Aoi gadis jenius, karena hal itu dia tipe remaja yang sulit untuk mendengarkan pendapat orang lain. Karena dia mempunyai pendapat sendiri yang menurutnya baik. Seperti persimpangannya dengan kedua orang tuanya sekarang.

“Kau bisa tinggal di kos campuran milikku. Tidak apa-apa?”

Aoi mengangguk. “Satu hal yang utama adalah kamar sendiri dan tidak berbagi. Aku tidak ingin ikut campur atau dicampuri masalah orang lain.”

“Tenang. Ada sepuluh kamar. Sudah terisi delapan.”

“Kau tahu kenapa aku lebih memilih kabur dan bertemu denganmu, Kak Cassandra? Karena aku lebih percaya padamu daripada Danette dan Gre. Jangan menghianati kepercayaanku.” ucap Aoi sebelum turun dari mobil Cassandra dan masuk ke dalam rumah yang terlihat sepi. Masih pukul lima pagi untuk memulai aktifitas.

Real CinderellaWhere stories live. Discover now