Section 1 - Childhood Memory

88.8K 2.2K 177
                                    

WATCH THE TRAILER -------->

link for the trailer: https://www.youtube.com/watch?v=fO2qKw__qUA


Section 1 - Childhood Memory

"Sa - va - nnah - Par - ker..." Suara laki-laki dibelakangku ini membuyarkan pikiranku. Dia benar-benar mengggangguku, apalagi hembusan nafasnya yang membuat leher bagian belakangku tergelitik. Aku berusaha untuk tidak menghiraukannya, dan mendengarkan penjelasan guru didepanku, tetapi dia terus melakukan hal itu. Lima kali? Enam kali?

This guy annoys me to death!

"Sa - va -"

"Bisa tidak sih diam?" sahutku cepat, memutar tubuhku untuk menatap laki-laki berambut coklat tua dengan mata berwarna hijau itu.

Laki-laki itu tersenyum penuh kemenangan, memajukan wajahnya sehingga jarak wajah kita hanya berbeda beberapa senti. "Sayangnya aku tidak bisa," ujarnya, memperlihatkan deretan giginya yang putih.

"Aku lagi mendengarkan penjelasan guru didepan itu sehingga aku bisa lulus kelasnya, asshole!" desisku kesal.

"Keberatan untuk menceritakan apa yang sedang kalian bicarakan Miss. Parker dan Mr. Reynolds?" tanya guru yang dari tadi mengajar didepan, dan sekarang sedang menatap kami dengan wajah marah.

"SAVANNAH MENGAJAKKU KENCAN, TETAPI AKU MENOLAKNYA DAN DIA TERUS MEMAKSAKU, SIR!" teriak laki-laki gila ini.

Aku menatapnya tidak percaya. "AKU TIDAK PERNAH MENGATAKAN APA-APA PADAMU, DASAR KAU ASS-" Aku menghentikan kata-kataku sendiri sebelum aku menyelesaikannya, dan menatap guru didepanku itu dengan tatapan horor.

Semoga dia tidak mendengarkannya. Semoga dia tidak mendengarkannya.

"Ms. Parker, Mr. Reynolds. Dilarang berteriak didalam kelasku, dan Miss Parker dilarang berbicara kotor!"

"Tetapi aku tidak-"

"Tidak ada tapi-tapian, Ms. Parker," ujar guru itu, memotong kalimatku.

"Laki-laki dibelakangku ini yang menggangguku, dan aku tidak-"

"Laki-laki dibelakangku?" potong laki-laki itu menatapku tidak percaya. "Apa kau tidak tahu siapa namaku?" tanyanya, dan semua murid didalam kelas tertawa seketika.

"Aku..." Wajahku memerah karena menjadi bahan tertawaan semua orang. "Damn it, aku tidak peduli, bodoh!" ujarku kesal pada laki-laki itu.

"Detensi untuk Miss Parker dan Mr. Reynolds!" ujar guru itu, membuatku mematung dalam sekejap. Detensi? Apa dia gila memberikan seorang Savannah Parker detensi?

Aku menatap guru -yang ngomong-ngomong aku juga tidak tahu siapa namanya- yang sedang menatap kami dengan tatapan diam membunuh. "Aku mohon jangan detensi saya, Sir!" pintaku meminta belas kasihannya. Papa dan mama akan sangat marah kalau mereka tahu kalau aku terkena detensi. Bisa-bisa mereka menyuruhku mengurus adik-adikku yang menyebalkan dan mereka berdua pergi kencan.

"Dua jam untukmu, Miss. Parker," ujar guru itu.

"AKU-" Kalimatku dipotong untuk kesekian kalinya.

"TIDAK ADA TAPI-TAPIAN, SEKALI LAGI ANDA MENYELA KATA-KATA SAYA, DETENSI TIGA JAM!" teriaknya dengan tampang sok berwibawa.

Aku menatapnya kesal. Tidak ada gunanya lagi aku meminta maaf padanya kan? Dia sudah memberiku detensi dan aku akan tetap dihukum oleh papa dan mama. Aku berdiri dari tempat dudukku. "KUKIRA TIDAK BOLEH BERTERIAK DIKELASMU, SIR?" Aku mengatakannya tanpa bernafas. Akhirnya!

Wanting My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang