Chapter 14½

235 21 2
                                    

Bibir merah muda pucat milik Sophie kecil bergerak-gerak sementara suara cadel nan merdu mengalun keluar dari mulutnya. Kedua tangannya yang mungil terletak di pangkuannya, sementara jari-jarinya bergerak lincah merangkai bunga seperti yang pernah diajarkan ibunya dan kini selalu dilakukannya setiap hari.

Satu set boneka dari kain perca tergeletak di sampingnya. Sebuah boneka besar mengenakan celemek—ibunya. Boneka besar yang memakai topi—ayah. Boneka yang sedikit lebih kecil dan rambutnya diikat dua—Sophie sendiri. Boneka yang seukuran boneka Sophie tapi tak berambut—Ashton. Dan satu lagi boneka kecil mirip bayi, adalah Lauren, adik Ashton.

Sophie mengambil boneka Ibu dan memakaikan rangkaian bunga yang telah dibuatnya disekeliling bahu boneka itu seperti kalung. Kemudian diletakkannya di sebelah boneka Ayah, dan boneka yang paling kecil diantara mereka. Sophie selalu ingin punya adik, entah mengapa orang tuanya belum bisa mengabulkan permintaan Sophie kecil yang satu itu.

Sophie bangkit dan meninggalkan boneka-bonekanya begitu saja, beralih ke sisi lain kebun dan memetik bunga-bunga kuning keemasan dari pagar. Mulutnya tidak pernah berhenti bergerak. Mrs. Williams memperhatikan gadis kecilnya dari jendela, tersenyum sendiri karena tingkah polos Sophie.

“Sophie?” panggilnya lembut.

Sophie menghentikan aktivitasnya mencabuti bunga dan menoleh. “Hai, Mommy.” Gumamnya.

“Aku harus mengantar kue untuk tetangga kita di ujung jalan. Kau tidak keberatan ditinggal sendiri, atau kamu mau ikut mengantar?” Mrs. Williams mengangkat keranjang yang dibawanya.

“Sophie sibuk.” Sophie merengut dan mengangkat keranjang bunganya, mengikuti gaya ibunya.

Ibunya tertawa. “Okaaay, hanya sebentar kok, nanti Mommy pulang lagi, oke? I love you, baby girl.” Mrs. Williams membungkuk dan mencium hidung Sophie.

“I love you too, Mommy.”

Mrs. Williams pergi dan Sophie melanjutkan rangkaiannya. Setelah jadi, Sophie mengambil dua boneka dari rumput—boneka Sophie dan boneka Ashton. Diletakkannya masing-masing satu rangkaian—bunga kuning keemasan bertumpuk seperti sebuah mahkota—di atas kepala kedua boneka itu.

“Nanti Ashton jadi raja,” Sophie menggumam sendiri, “Sophie jadi ratu.” Didudukannya boneka Sophie dan boneka Ashton disebelah boneka Ayah dan Ibu.

“Wah, Sophie, apa ini?” suara melengking menjengkelkan milik seorang anak laki-laki tiba-tiba muncul mengejutkan Sophie. “Main sendiri lagi ya, tanpa Ashton?”

Sophie berbalik dan menemukan empat orang anak nakal sudah memasuki kebun rumah Sophie. Sophie mengenali mereka semua—Jacob, Owen, Nate, Walter—geng anak-anak lima tahun di atas Sophie yang terkenal suka melepaskan ternak orang, menumpahkan susu botol di depan pintu rumah orang, dan berbagai macam kenakalan lainnya, termasuk mengisengi anak-anak yang lebih kecil.

Nate, sang ketua geng, maju perlahan-lahan mendekati Sophie sambil menyeringai. “Mana Ashton? Oh—aku lupa, dia pasti di sekolah, kan, si tengil berwajah malaikat itu?”

“Jangan ejek Ashton!” Sophie membela sahabatnya.

“Woah, lucu ya dia, membela pacarnya.” Celetuk Owen.

Sophie menyambar boneka-bonekanya dari rumput dan memeluknya seolah mereka bisa melindungi Sophie dari anak-anak nakal didepannya. Tetapi boneka Lauren terjatuh dan langsung disambar oleh Nate.

“Haha, boneka yang jelek sekali. Apa ini? Bayi? Lucu, kau kan tidak punya adik.” Cemooh Nate sambil menggoyang-goyangkan boneka itu di hadapan wajah Sophie.

Replayed [UNDER SERIOUS EDITING]Where stories live. Discover now