Chapter 14

222 23 3
                                    

[dedicated to my parabatai because she cried reading the previous chapter lmao]

**

Adriane’s POV

Sejak kapan Calum menjadi my gal pal 24/7? Benarkah aku tak pernah melihatnya sebelum waktu di pantai? Dia sepertinya ada dimana-mana. Dan itu menjengkelkan.

“You need to stop acting like a zombie, Ad, you’re smart and pretty—you’ll get someones heart eventually when you start open up to them,” cerocosnya sementara aku memasukkan buku-bukuku ke dalam tas pinjaman dari Sheila.

“I’m not in the mood, Calum.” Kataku sembari membungkuk untuk mengambil pulpen yang jatuh. “I’m warning you.”

Dia masih saja berbicara. “No, seriously—find someone else. Or if you can’t, I’m always here. I’m definitely hotter than Niall.”

Aku menegakkan badanku dan memutar mata. “Calum, to me you look like a freaking chimpanzee.”

“Geez Ad, I was just kidding!”

“Well, I wasn’t.”

His expression was priceless. Kami masuk ke dalam lift yang agak penuh. Aku melihat mulutnya membentuk kata-kata fuck-you-ad sebelum dia menelan ludah dan memelankan suaranya.

“Well, what I’m trying to say is, you need to get over him and move the fuck on!” bisiknya ke telingaku.

“What I’m trying to say is you need to stop telling me what to do,” balasku.

Calum terdiam sesaat. “Yeah, sorry Ad, it was a mess. Sorry,” he frowns.

Kami sampai di lantai satu, bahuku terdorong oleh seseorang yang mendesak kami maju dari bagian belakang lift dan aku terhuyung ke depan. Calum memegangi sikuku, menyeimbangkanku.

“It’s okay, Cal. Thanks for trying,” aku tersenyum miring. Kami berbelok dan berjalan menuju pintu utama gedung kampus kami.

“Anytime.” Balasnya. Terjadi keheningan selagi kami berjalan bersisian menuju tempat parkir, jaraknya lumayan jauh. Di jalan, aku berhenti sebentar untuk mengobrol dengan temanku Kara, dan mengenalkannya pada Calum. Keadaan menjadi sedikit canggung ketika Kara menanyakan Niall, tapi aku diselamatkan Calum, yang mengajak Kara makan siang, untuk formalitas saja. Kara menolak.

Setelah kami berpisah dengan Kara, aku berdeham. “You know—you’re probably right. It’s just… Easier to said than done.”

Calum mengangguk mengerti.

“Sebenarnya… aku belum pernah pacaran sebelumnya.”

“Apa? Tidak satu kalipun? Apakah sebelumnya kau lesbian?!”

Aku menonjok bahunya yang berotot keras-keras. It’s not very effective… Okay, this sounds like pokemon now.

“Bukan gitu…” aku menghembuskan nafas keras-keras. Akhirnya aku menceritakan keseluruhan cerita dari awal aku bertemu Niall sampai sekarang, tapi meninggalkan bagian dimana ciuman Ashton sebenarnya ciuman pertamaku. Ketika aku selesai, kami sudah sampai di tempat parkir.

Calum menatapku dengan ekspresi bersalah. “Aku minta maaf soal Ashton. Dia memang susah ditebak kadang-kadang.” Dia mengeluarkan kunci mobil dari saku jeansnya. “Dan ngomong-ngomong soal Ashton… dia ada di belakangmu sekarang.”

Aku sontak berbalik. “What the hell?!” Aku berteriak ke depan mukanya yang datar. Untunglah saat itu keadaan tempat parkir sepi.

“Dia akan ikut pulang denganku. Maaf, Adriane.”

Replayed [UNDER SERIOUS EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang