Chapter 01 ½ - Fruit Pies

533 49 3
                                    

Part dedicated to ALL OF YOU and my bestfriend Sheila because yesterday i went to a bookstore and met a cute guy AT THE FANTASY SECTION but i did nothing i just texted Sheila and now i'm regretting it :| anyway happy reading x

***

Australia 1856

“Bagaimana kalau kita balapan ke pohon itu?”

“Tidak. Aku tidak mau kepanganku berantakan.”

“Ayolah Sophie, apa gunanya kau menghabiskan hari ini tanpa bersenang-senang sedikit?”

“Sudah kubilang aku tidak mau!”

Bocah laki-laki bernama Ashton itu tersenyum jahil melihat sahabat sehidup-sematinya memajukan bibir merah muda lembutnya beberapa mili. Sophie membuang muka ala anak kecil, membuat kepangannya bergoyang lucu. Ashton menarik salah satu kepangan itu dan lari.

“Yang menang dapat pai buah ekstra!” teriaknya tanpa menoleh kebelakang. Bocah itu yakin sang gadis akan cepat-cepat menyusulnya. Dia benar.

“ASHTON! Itu tidak adil!” Sophie melempar bunga-bunga yang telah susah payah dipetikinya dan lari secepat yang dia bisa demi pai buah. “ASHTON! Kembali kesini! Kau curang!”

Ashton hanya tertawa. Sophie mempercepat gerakan kaki-kaki kecilnya, tanpa memperdulikan kepangnya yang terpantul-pantul di punggungnya. Bibirnya merapat, tekadnya untuk menyusul sahabatnya semakin kuat.

“Pai ekstra!” Sophie menjulurkan lidah saat berada tepat di samping Ashton. Sophie tiba lebih dulu di pohon tersebut dan Ashton sampai hanya beberapa milidetik kemudian.

“Bagaimana bisa… kau… mengalahkanku…?” Ashton menjatuhkan diri ke posisi berbaring, terengah-engah kelelahan. Sophie mengikuti tindakannya, sekali lagi mengabaikan rambut pirangnya yang kotor terkena akar pohon.

“Aku selalu mengalahkanmu!” katanya bangga.

Ashton menatap gadis kecil yang berbaring di sebelahnya. Sophie mengacungkan jarinya ke arah langit. Ashton mengikuti arah yang ditunjuknya, menatap dahan-dahan pohon bercabang yang dipenuhi dedaunan dengan latar belakang langit biru.

“Ashton, kau lihat itu?”

“Itu… apel?”

“Bukan, bukan di pohon. Lihat lebih jauh lagi,” Sophie menggerak-gerakan jari-jarinya. “Di langit. Tidakkah kau suka bagaimana awan-awan terbentuk? Menurutku yang itu mirip buah jambu.”

“Sebenarnya lebih mirip hidungmu.”

Sophie menjatuhkan lengannya yang dari tadi terentang tepat di atas muka Ashton.

“Hei!”

“Sama sekali tidak mirip hidungku!”

“Mirip!”

“Tidak!”

“Oh, sudahlah.” Ashton selalu mengalah apabila sudah mulai berdebat dengan Sophie. Bocah itu berdiri dan menepuk-nepuk bagian belakang celananya yang kotor, lalu mengulurkan tangan untuk membantu Sophie berdiri, tetapi Sophie masih mengagumi angkasa yang mahaluas.

“Ayolah, Sophie. Mungkin ini sudah waktu makan siang. Kau boleh mendapat jatah pai buahku,” Ashton membujuk.

Akhirnya Sophie meraih uluran tangan sahabatnya dan ikut berdiri, kemudian mengibas-ngibaskan bajunya yang bermodel terusan selutut khas anak-anak perempuan pada masa itu. Ashton memperhatikan Sophie menelusurkan tangan mungilnya sepanjang kepangannya. Merasa ada yang kurang, Ashton mengulurkan tangan dan menarik kepangan itu ke depan sehingga jatuh dari atas bahu Sophie.

“Baiklah, Miss Williams, sudah selesai berdandan? Bisa kita pergi sekarang?”

“Tentu, Mr. Irwin.”

***

It was a flashback. Don't forget to vote and comment, thank you for reading! x

Replayed [UNDER SERIOUS EDITING]Where stories live. Discover now