19. Refreshing

64.8K 7.5K 78
                                    

"Mama perhatiin kayaknya Bram udah lama gak kesini, May."

Tanganku yang sedang mencuci wajan di wastafel terhenti karena pertanyaan Mama itu. "Ya jangan diperhatiin makanya, Ma," sahutku asal.

"Kalian putus?"

"Belum."

"Belum berarti akan?"

"Iih, Mama apaan siiih?" Lama-lama aku jadi gak tahu mau ngomong apa kalau dipancing-pancing begitu.

"Gak mungkin lagian May kalau emang kalian gak ada masalah apa-apa si Bram gak main kesini."

"Ya udah lah, Ma. Bram juga lagi banyak kerjaan kali."

"Mama sih cuma pesan mulainya baik-baik, akhirinnya juga baik-baik," pesan Mama sebelum pergi duluan meninggalkanku di dapur yang masih berkutat dengan perabotan kotor.

Jujur saja aku agak bingung sih Mama gak sampai ceramahin aku yang gimana banget. Dulu sebelum ini aku juga pernah lah beberapa kali berantem sama Bram, namanya orang menjalin hubungan kan ada aja konfliknya. Biasanya kalau tahu aku berantem sama Bram, Mama suka kepoin permasalahannya apa, terus ujung-ujungnya ceramah dah pakai bawa-bawa kisah cintanya sama Papa zaman dulu. Tapi sekarang kok dia bahkan terkesan gak pingin tahu ya? Mama cuma pingin kalau hubunganku sama Bram berakhir maka harus dengan cara baik-baik sebagaimana kami memulainya dulu.

Wait...

Kok aku ngerasanya Mama kayak setuju-setuju aja ya seandainya aku sama Bram hubungannya berakhir? Ck, apa sih Maydinaa! Ini pasti cuma perasaanku doang deh. Kayaknya akhir-akhir ini aku over worry banget bawaanya. Apa aku mau haidh ya makanya mood jadi labil banget gini? Huft...

"Heh! Dipanggilin dari tadi kok gak nyahut." Aku tersentak saat tiba-tiba ada yang menyenggol bahuku. Saat kumenoleh rupanya sosok Mas Damar sudah berdiri di sampingku.

"Kenapa, Mas?"

"Mau jalan jam berapa? Nanti kamu telat."

Aku melirik jam di pergelangan tanganku yang menunjukkan pukul delapan kurang tujuh belas menit. Tiap pagi sebelum berangkat kerja biasanya aku memang nyempetin diri buat bantuin Mama nyuci perabotan kotor bekas masak sarapan. Cuma biasanya gak sampai lima menit lah ini sampai lewatin lima belas menit. Ck! Ini pasti karena aku kebanyakan melamun.

"Iya, iya, ini bentar lagi selesai kok, Mas."

"Ya udah, Mas tunggu depan ya?"

"Iya-eh, Mas belum cukuran ya?" Entah kenapa tiba-tiba tatapan mataku tertuju pada kumis tipis dan rambut-rambut halus yang mulai tumbuh di area dagunya.

"Iya-eh, Mas belum cukuran ya?" Entah kenapa tiba-tiba tatapan mataku tertuju pada kumis tipis dan rambut-rambut halus yang mulai tumbuh di area dagunya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


(^Mas Damar berkumis dan jenggot tipis. Duh, kuatkan iman adek...)

Mas Damar mengusap dagunya, "Nanti aja paling. Males."

QUANDARY [Tersedia Di Bookstore & PlayStore]Where stories live. Discover now