10. Mohon Bersabar Ini Ujian

74.2K 8.4K 212
                                    

Kosongkan pikiran, tarik napas, embuskan perlahan, relax...

"Antee! Adek nangis!!"

"Ya salam..." Aku langsung membuka mataku seketika. Buyar sudah semua niat yogaku karena teriakan Aidan barusan. Jadi mak-mak tuh repot ya ternyata? Mau me-time aja sulit.

"Anteee!!" Aidan berteriak lagi.

"Iya iya sebentar."

Aku kemudian bergegas menuju ruang keluarga untuk melihat keadaan Viana. Padahal ada Mas Damar disana kenapa masih aku juga yang diteriakin coba.

"Kenapa?" tanyaku kemudian pada Mas Damar yang masih berusaha menenangkan Viana.

"Ini kayaknya Viana pipis deh." Ia kemudian menyerahkan Viana padaku.

Aku lantas membawa Viana ke kamar untuk mengganti popoknya. Setelah selesai aku membawanya lagi ke depan. Tak lupa aku juga membawa kaus polo hitam di tanganku.

"Nih." Kulempar kaus itu ke Mas Damar. Dengan sigap ia menangkapnya lalu menatap heran padaku dan kaus itu secara bergantian.

"Kok kamu punya kaus Mas?" tanyanya.

"Iya, ada beberapa di lemari baju Mbak Vivi. Waktu Aidan lahir kan kalian tinggal disini sampai empat puluh hari jadi yaa ada beberapa baju kalian yang masih disini."

"Oohhh."

"Ganti sana, terus cuci itu baju yang kena pipisnya. Kalau udah nanti taruh aja di ember biar aku yang jemur," titahku sambil menimang-nimang Viana. Matanya sudah kriyep-kriyep kayaknya dia ngantuk.

"Cara nyucinya gimana?"

Astaga ini orang timbang bersihin satu baju aja masa gak bisa sih? "Yaudah lah ganti aja terus bawa baju kotornya ke belakang, ntar aku yang cuci."

Mas Damar mengangguk kemudian hendak menarik kausnya. Mataku membelalak melihat kelakuannya itu. "Mas mau ngapain?!" jeritku menghentikan aksi buka bajunya.

"Ganti baju kan?"

Astaghfirullah ini orang polos apa bego sih?

"Ya terus di depan aku gitu, Mas?"

Mas Damar berdiri kemudian berjalan ke belakangku.

"Mas ngapain sih?!" geramku kesal.

"Tadi ganti baju di depan kamu gak boleh, ya ini Mas mau ganti di belakangmu."

"Ck! Sakarepmu!" Sambil berdecak kesal aku pergi meninggalkannya. Tak lupa kubawa serta Aidan bersamaku. Aidan gak boleh main lama-lama sama bapaknya nih. Otaknya setengah!

***

Malam ini rencananya akan digelar acara empat puluh hari meninggalnya Mbak Vivi sekaligus aqiqah Viana. Hanya pengajian biasa dengan mengundang tetangga sekitar dan Pak Ustad untuk memimpin acaranya. Seperti biasa acaranya dilangsungkan di kediaman Mas Damar.

Karena aku dan Mama sibuk memasak, kami meminta Nyai Min datang di hari liburnya untuk membantu menjaga Aidan dan Viana. Untung saja Nyai Min tidak keberatan dan malah dengan senang hati mau membantu.

Bram dan Gio juga ikut datang memberikan bantuan. Mereka sibuk membersihkan ruang tamu dan menggelar karpet untuk tempat mengaji nanti.

"Mbak, itu kambing pesenannya udah datang."

"Oh, iya, Nyai." Nyai Min menghampiriku ke dapur untuk memberitahu kalau paket catering kambing aqiqah yang kami pesan sudah datang.

"Taruh disini aja, Pak." Aku keluar seraya mengarahkan bapak pengantar catering untuk meletakkan lima puluh box paket nasi kambing aqiqah itu di meja ruang tamu.

QUANDARY [Tersedia Di Bookstore & PlayStore]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon