Chapter 11 : The One Who Stays

42.5K 1.7K 140
                                    

PS

11

The One Who Stays

Jika aku mengatakan hari ini sangatlah membosankan, maka aku berbohong. Karena hari ini, adalah sepenuhnya kebalikan dari definisi membosankan. Setelah menerima ajakan Vincent, ia membawaku ke taman hiburan.

"Yeay!" Aku berteriak senang di atas wahana roller coaster yang kutunggangi.

Saking derasnya adrenalin berpacu dalam nadiku, aku tidak menyadari bahwa tungganganku telah berhenti. Aku baru berhenti berteriak setelah Vincent menenangkanku.

"Kau mau itu?" tanya Vincent menunjuk ke arah kios kecil yang menjual gulali warna-warni. Aku tersenyum sambil mengangkat kedua alisku.

Tiba-tiba, Vincent mendekat tanpa peringatan dan mengecup pipiku. Pipiku merona seketika.

"Er, kau sangat cantik hari ini, jadi--" Ia menarik pembicaraan ini dalam keheningan yang nyaman, keheningan yang bukannya membuatku canggung tetapi malah membuatku tersenyum lebar.

Aku mengangkat wajahku dan menemukannya menggosok lehernya dengan wajah semerah tomat. Dan tanpa aba-aba, aku langsung mengecup wajahnya juga, mewarnai wajahku dengan warna yang sama pula namun tetap terhias dengan seulas senyum.

"Dan kau terlihat tampan hari ini, jadi..."

Ia tertawa kecil lalu dengan arogan meluruskan kerahnya dan berkata, "Aku tahu itu, Nona Kane."

Kami terus mencoba bermacam-macam wahana lainnya hingga akhirnya langit menggelap dan kami memutuskan untuk pulang.

Dalam perjalanan pulang, semua nya terasa lebih sejuk dan tenang. Meskipun di dalam hatiku, masih terngiang-ngiang perkataan Shane padaku.

Dan entah bagaimana, aku terjerumus dalam tidur yang nyenyak di dalam mobil Vincent. 

-

Aku terbangun karena kudengar adanya suara gaduh yang samar. Aku mengerjapkan kelopak mataku berulang kali untuk mengadaptasikan mataku dengan kontras cahaya yang berada di sekitarku sehingga aku tersadar. Kulihat di sekelilingku, aku tengah berbaring di atas tempat tidurku di rumah keluarga Weston. 

Keributan itu berasal dari luar kamarku, maka aku berdiri dan beranjak keluar untuk memeriksa apa yang sedang terjadi sebenarnya.

Di luar, kulihat beberapa pelayan yang telah berbalut piyama memiliki ekspressi ketakutan dan segera berhambur masuk ke kamar mereka masing-masing yang berada di dekat kamarku. Tidak ada yang bisa kutanyai, aku dengan tololnya memutuskan untuk mengikuti sumber suara gaduh yang ternyata bersumber dari dapur.

Terlihat Shane dan Vincent yang sudah saling melayangkan tinju ke satu sama lain. Mata ku melebar karena keterkejutan. Apa yang sedang mereka lakukan?

"Hentikan ini! Hentikan!" Aku berteriak ke arah mereka. Tetapi, tidak ada satu pun yang menghiraukanku sehingga aku berjalan menuju ke arah mereka. Dan dengan keberuntunganku, aku berhasil meleraikan mereka tanpa terluka atau pelandasan tinju di wajahku.

Aku mendorong Vincent dan Shane untuk menjauhi satu sama lain.

"Menyingkir, Michelle. Kita masih sibuk." geram Shane yang masih menatap Vincent dengan kemarahan terpendam di dalamnya.

"Benar Michelle, menyingkirlah." ucap Vincent dengan tekanan juga. Aku tetap berdiri di tempat ku dengan kokoh.

"Tidak." jawabku dengan keras kepala.

"Bisakah kau tidak keras kepala hanya sebentar saja?" tanya Shane yang kemudian menurunkan pandangannya ke arahku.

"Tidak." responku dengan tangguh. Shane menghela nafas berat. 

Private SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang