Part 25

694 36 7
                                    

Gigi Hadid
Iam done with you!

Satu pesan masuk dari kekasihnya, sukses membuat darah Zayn mendesir.

Seharusnya dia merasa senang karena tidak perlu mengatakannya pada Gigi secara langsung. Apalagi keputusan Zayn sebelumnya memang menghendakkan hubungan mereka berakhir.

Tapi, entah mengapa. Jauh di dalam lubuk hatinya dia merasa kalau ini salah. Zayn rupanya masih 'tak rela melepaskan Gigi begitu saja.

Oleh sebab itu Zayn dengan cepat menekan tombol video call. Tapi beberapa kali mencoba, panggilan tersebut selalu ditolak oleh si penerima.

Dengan tidak sabaran, Zayn kembali ke kamarnya untuk meminta bantuan Niall dengan meminjam ponsel sahabatnya. Barangkali Gigi akan mengangkat panggilan nanti, pikir Zayn dalam hati.

Melangkah tergesa-gesa, perasaan tidak enak muncul begitu saja di pikirannya. Namun dengan segera dia tepis dan memilih untuk masuk ke dalam lift.

Setelah memencet angka yang di inginkan, lift tersebut bergerak cepat ke atas. Zayn mengetukkan jarinya di tiang penyanggah dengan tidak sabar.

Setelah mendengar bunyi denting. Zayn melangkahkan kakinya keluar. Dia benar-benar sudah tidak sabar untuk bertanya pada Gigi mengenai hubungan mereka yang berakhir tanpa alasan yang jelas.

Belum sampai di kamar tempatnya menginap. Zayn tiba-tiba saja di dorong oleh seseorang. Orang tersebut dengan berani memukul Zayn yang dimana kondisinya dalam keadaan tidak siap.

Zayn membangkitkan dirinya dan hendak membalas kalau saja orang yang di depannya tadi bukanlah kakak dari Gigi Hadid.

"Louis?"

Mendengar namanya di panggil oleh Zayn semakin membuat Louis mendorong sahabatnya ke arah tembok di koridor yang sepi ini.

Dengan menarik kerah sambil menggertakkan giginya dengan kesal. Louis dengan cepat meninju rahang Zayn lagi hingga sudut bibir sahabatnya berdarah.

"Brengsek! Berani-beraninya mempermainkan adikku!" Louis terus-menerus memukul Zayn dengan gerakkan yang bertubi-tubi. Segala rintihan Zayn tak di pedulikannya.

Ketika merasa sudah lelah, Louis bergerak mundur dan menetralisirkan napasnya yang masih menggebu. Lututnya yang terasa lemas membuat Louis terduduk di lantai.

Sementara Zayn dia sedang menghapus cairan kental yang amis dengan menggunakan punggung tangannya. Sama halnya dengan Louis, Zayn pun ikut terduduk di lantai.

Dia kemudian menatap Louis dengan pandangan melemah. Jujur, Zayn jadi takut bicara terhadap sahabatnya mengenai kemarahan tadi.

Karena Zayn tau jika dia balik marah terhadap Louis, bisa-bisa keduanya malah saling adu jotos. Dan Zayn tidak mau memukul sahabatnya sendiri, terlebih Louis adalah calon kakak iparnya.

Namun perlahan Zayn mengeluarkan suaranya. Sekalipun 'tak bisa di pungkiri bahwa suaranya bergetar.

"Lou-louis ... "

Louis menggumam tanpa menoleh. Zayn kemudian melanjutkan.

Namun, dia tidak bisa.

.
.

Bibirnya terlalu kelu 'tuk berucap.

.

Mencoba menarik napas, akhirnya Zayn membuka suara.

"Maafkan aku," hanya dua kata itulah yang mampu keluar dari mulut Zayn. Padahal di dalam pikirannya dia sudah menyiapkan beribu penjelasan yang nantinya akan di beritahu pada Louis.

Midnight Memories● Z. MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang