Part 9

1.4K 62 27
                                    

Gigi yang merasa jengah karena kelakuan Zayn pun mendorong dada pria itu dengan sekuat tenaga.

Kini bibir mereka berdua terlepas sudah. Zayn pun tanpa sadar menjilat permukaan bibirnya karena ciuman tadi dirasanya cukup manis.

Sementara Gigi yang merasa kesal dengan kelakuan laki-laki itu pun menatap Zayn dengan geram. Zayn yang menoleh dan mendapati ekspresi kekesalan Gigi pun bertanya, "Mengapa kau melihatku seperti itu?"

Gigi mendengus. Pria yang disampingnya ini sungguhlah bodoh karena tak tau apa maksud dari tatapannya tadi.

Padahal jelas-jelas seharusnya Zayn menyadari bahwa perilakunya yang suka main cium seenaknya membuat dirinya sebal.

Oleh sebab itu karena malas menjelaskan, Gigi pun membuang mukanya ke arah jendela. Gadis itu marah di dalam hatinya karena lagi-lagi gadis ini begitu bodoh karena secara tidak langsung ia menyukai ciuman yang Zayn berikan.

"Jawab aku! Mengapa kau melihatku seperti itu?!"

Typical Zayn. Pemaksa dan keras kepala.

"Hadid, lihatlah aku! Aku sedang berbicara!" kata pria berdarah pakistan itu lagi sambil mendekatkan wajahnya ke Gigi.

Gigi yang merasa Zayn sungguhlah berisik pun akhirnya menuruti pria itu dengan cara menoleh. Namun, ketika dirinya menoleh, membuat jarak wajah antara Zayn dengan dirinya begitu dekat.

Tatapan mata dari mereka berdua yang bertemu pun seakan mengunci pandangan. Keduanya saling diam sehingga backsound yang terdengar hanyalah kendaraan yang berlalu-lalang.

Sebelum Zayn kembali menyetir. Pria itu mengecup bibir Gigi secara singkat, sebelum akhirnya kembali memainkan parselingnya.

Gigi yang dibuat terkejut seperti itu pun membuat tubuhnya menegang. Dia dengan cepat kembali memandang jalanan luar, dengan maksud agar Zayn tidak menangkap dirinya yang sedang menahan malu-nya, sehingga membuat pipinya sedikit memerah.

"Kita mau kemana?" tanya Zayn pada Gigi. Namun gadis itu tak menjawab karena sepertinya dia sedang asik dengan segala pemikirannya. "Hadid!" panggil Zayn sekali lagi dengan menaikan oktafnya.

Gigi yang mendengarnya pun membuat tubuhnya bergedik, "Astaga! Bisa tidak sih untuk berbicara dengan pelan?"

"Aku sudah bicara dengan pelan! Kau-nya saja yang tidak mendengar!"

Gadis itu pun memanyunkan bibirnya. "Tadi apa yang kau tanyakan? Tolong ulangi lagi."

"Aku tanya padamu," Zayn menghembuskan nafasnya pelan karena mencoba untuk bersabar, "kita mau kemana saat ini?"

"Ooh," kata Gigi yang baru saja menyenderkan punggungnya di kursi. "Aku ingin membeli gitar karena punyaku sudah rusak. Tapi belinya di Toko buku ya, bukan Toko Musik. Karena ada gitar yang ku taksir disana."

"Baiklah, dimana lokasinya?"

"Dekat New York, namanya The Book Store."

Zayn mengangguk, "Aku tau tempatnya." kata pria itu dengan melajukan mobilnya sedikit lebih cepat.

Gigi yang melihat Zayn yang kini sedang mengemudi dengan serius itu pun membuat pria tersebut terlihat maskulin. Tatapan matanya yang tajam karena fokus untuk mengendarai mobil, membuat Zayn betul-betul terlihat tampan.

Ada sedikit rasa hangat begitu kehadiran Zayn yang tiba-tiba berada di sisinya. Awalnya Gigi ingin menanyakan Zayn mengapa pria itu mau menemaninya ke Toko buku.

Namun Gigi mengurungkan niatnya, karena dia tak mau nantinya membuat mood seorang Zayn berubah. Oleh sebab itu dia membiarkannya. Toh bukan Gigi yang memaksakan pria itu agar kesini.

Midnight Memories● Z. MWhere stories live. Discover now