Chapter 4 [End]

227 16 3
                                    

Yonghwa tidak bisa tidur. Rangkaian kejadian yang dialaminya hari ini benar-benar masih melekat kuat di benaknya dan ia tidak bisa berhenti memikirkannya. Ia juga memikirkan persiapan pernikahannya di Korea dan memikirkan Joohyun juga. Apa yang sedang dilakukannya? Apa yang sedang dipikirkannya? Apakah gadis itu sudah makan atau belum? Apakah gadis itu baik-baik saja? Dan apakah gadis itu bisa menyelesaikan urusannya dengan baik? Sedikit berlebihan, memang, karena mereka baru berpisah satu hari. Namun bagi Yonghwa rasanya seperti berbulan-bulan.

Ia rindu Joohyun.

Yonghwa meraih ponselnya, memutuskan untuk menelepon gadis itu sebelum malam semakin larut. Ia ingin segera mendengar suara gadis itu dan menceritakan semua yang ia alami hari ini. Begitu teleponnya diangkat, rasa lelah yang menghinggapinya serasa menguap entah kemana.

"Syukurlah Aleyna baik-baik saja," komentar Joohyun begitu Yonghwa selesai bercerita.

"Ya. Dan kau tahu? Orang tua Aleyna sengaja menjemput anaknya di Jepang karena harus segera mempersiapkan tahun ajaran baru di Sekolah Dasar di Istanbul."

"Benarkah? Lalu?"

"Lalu..." Yonghwa memutar tubuhnya, menyandarkan punggungnya ke balkon, "Itu artinya aku akan pulang besok."

"Secepat itu?"

"Hei, kau tidak suka aku pulang ke Korea?" pria itu pura-pura merajuk.

"Bukan seperti itu. Kukira ada beberapa hal masih harus kau urus dan, yah..." Joohyun terkikik, "Saat ini kau pasti sedang mengerucutkan bibir, 'kan? Jangan begitu, malu dilihat orang."

"Mereka semua sudah tidur," Yonghwa melirik ke dalam kamar. Jungshin dan Minhyuk sudah terlelap di kasur, sedangkan Jonghyun sedang mengurung diri di ruang musik yang disediakan hotel.

"Mereka?"

"Teman seperjalananku. Akan kuceritakan saat kembali nanti," pria itu tersenyum.

Joohyun tertawa, "Baiklah, segeralah pulang dan selesaikan urusanmu disini."

"Baik, Yang Mulia," gurau Yonghwa. Tawanya berangsur-angsur berhenti begitu melihat Minhyuk yang tiba-tiba sudah bersandar di ambang pintu, menatapnya sambil tersenyum simpul. "Nanti akan kutelepon lagi. Tidurlah. Selamat malam," ia mengakhiri teleponnya.

Minhyuk mendengus pelan. Ia lalu melangkahkan kakinya ke arah balkon dan menyandarkan punggungnya disana, "Aku iri."

Menyadari jika yang dimaksud Minhyuk adalah soal dirinya dan Joohyun, Yonghwa pun tersenyum, "Telepon saja dia. Seharian ini kau belum sempat menghubunginya, 'kan?"

Minhyuk mengangguk-angguk. Ia rindu pada Soojung, tentu saja, tapi apa yang akan ia katakan? Ia merasa bersalah karena telah membuat kepulangan Soojung hari ini menjadi sia-sia. Entah bagaimana khawatirnya gadis itu begitu tahu ia tidak berada di Korea dan tidak juga merespon pesan dan panggilannya.

Baru saja Minhyuk mengeluarkan ponselnya, benda itu tiba-tiba berdering. Telepon dari Soojung, yang jika diakumulasikan seharian ini merupakan panggilannya yang ketiga puluh. Pria itu menyunggingkan senyumnya, membayangkan wajah Soojung yang kesal karena teleponnya tidak juga diangkat.

"Halo?"

"Halo? Hei, kau, Tuan Kang! Kemana saja kau seharian ini! Aku sudah berkeliling kesana kemari mencarimu, kau tahu?"

Minhyuk terkikik geli mendengarkan celotehan Soojung. Inilah Soojung yang dikenalnya. Soojung yang cerewet dan gampang merajuk. Soojung yang selalu mengkhawatirkannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 30, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Blue Medley Series: The GroomsWhere stories live. Discover now