Part 1

13.3K 997 169
                                    

Pdf redy bisa wa +62 822-1377-8824 (Free Cerpen)

Ebook bisa ke playstore buku https://play.google.com/store/books/details?id=q5Q6DwAAQBAJ

Bisa di baca di Kbm app dan Karyakarsa Aqiladyna.

"Orin, kok lama sekali sih?" sapa Adara menghampiri Orin yang melangkah ragu ke arah meja makan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



"Orin, kok lama sekali sih?" sapa Adara menghampiri Orin yang melangkah ragu ke arah meja makan.

Orin memasang senyum kecutnya menyambut kecupan Adara di pipi kiri-kanannya. Pandangannya tertuju pada seorang pria yang duduk dengan angkuh di kursi, manik mata hitamnya menatap tajam ke arah Orin seperti predator yang mengincar mangsanya. Seketika Orin mengalihkan pandangannya, jantungnya berdetak cepat antara gugup dan takut. Sebenarnya Orin enggan datang memenuhi undangan Adara untuk mengajaknya makan malam bertiga yang sering mereka lakukan setiap akhir pekan, hanya untuk menghindari pria bernama Rava Mells.

"Ayo duduk, Orin, makanan kesukaanmu sudah aku pesankan," kata Adara menggandeng lengan Orin menariknya menghampiri Rava.

Dengan canggung Orin duduk berseberangan dengan Rava yang sejak tadi tidak henti mengawasinya.

"Aku ke toilet sebentar ya," ujar Adara berbalik melangkah menjauh.

Butiran keringat dingin mengalir di pelipis Orin yang menunduk mencengkeram tas kecilnya.

"Kenapa kau sulit dihubungi?" Rava membuka suara.

Orin menegakkan kepalanya menatap nanar pria itu.

"Kau menghindariku?" tanya pria itu lagi.

"Apa yang kau harapkan?"

"Heh... kau lupa seminggu lalu kita menghabiskan malam yang panas?" geram Rava.

"Terus?" Orin meneguk salivanya.

"Kau memang murahan."

"Aku tidak serendah itu..." pandangan Orin berkaca-kaca.

"Lalu sebutan apa yang pantas untukmu yang sengaja merayuku untuk menidurimu?"

"Saat itu aku pun mabuk, Rava, aku tidak menyadari setelahnya."

"Pembohong! Karena Melani melihatmu membawaku yang mabuk ke lantai atas, dan paginya kau pergi meninggalkan kamar hotel!" geram Rava.

Apa yang harus dijelaskan Orin lagi? Nyatanya Rava tidak memercayai ucapannya dan lebih memilih percaya pada Melani yang sejak dulu membenci dirinya. "Apa yang kau takutkan? Aku tidak menuntut apa pun."

"Shit!" Rava menyambar lengan Orin, mencengkeramnya kuat hingga wanita itu meringis. "Aku pegang ucapanmu, Jalang, kalau masalah ini sampai diketahui Adara, habislah kau!" ancam pria itu.

"Bicara apa nih, sepertinya serius sekali?" ujar Adara melangkah ke arah meja.

Cengkeraman Rava terlepas, ia kembali duduk dengan santai. "Tidak ada, kata Orin kita adalah pasangan serasi. Kau tahu Orin sering bercanda, kadang apa yang diucapkannya tidak sama dengan kata hatinya," sindir Rava.

Istri simpananWhere stories live. Discover now