Part 4

777 68 4
                                    

Pdf redy bisa wa +62 822-1377-8824 (Free Cerpen)

Ebook bisa ke playstore buku https://play.google.com/store/books/details?id=q5Q6DwAAQBAJ

Bisa di baca di Kbm app dan Karyakarsa Aqiladyna.

happy Reading!

Pria itu memasuki sebuah kamar yang terlihat sangat berantakkan seperti di terjang angin topan, perlahan ia melangkah, menyesuaikan pendengarannya menangkap suara isakan seseorang di sudut tembok, matanya terbelalak menatap sang kekasih ingin menyayat pergelangan tangan dengan pisau kecil, tanpa menunggu lagi ia berteriak lantang merebut pisau itu menjauhkannya dari kekasihnya.

"Apa kau sudah gila!" katanya bergema mengisi keheningan kamar membuat wanita itu menatap nyala padanya dengan linangan air mata.

   "Kau menipuku, kau tidak jujur padaku tentang Orin, persetan dengan kalian berdua, selama ini aku di bodohi kekasih dan sahabatku sendiri." Isak Adara.

   "Apa maksudmu?" Tanya Rava.

   "Aku sudah tau semuanya kau sudah tidur dengannya dan sekarang dia hamil anakmu, bukan? Orin sendiri yang mengatakannya padaku."

   Rava mengepalkan tangannya, ia sangat marah pada Orin ternyata dugaannya tidak salah Orin ingin menghancurkan hubungannya dengan Adara.

   "Itu tidak benar, Orin telah menjebakku." Sahut Rava menangkup wajah Adara memaksa wanita itu menatap dirinya.

   "Lalu kenapa kau tidak mengatakannya padaku?" Tanya Adara merenggut kerah kemeja Rava.

   "Karena aku terlalu mencintaimu." Jawab Rava, membuat Adara terdiam.

   "Aku tidak ingin kau meninggalkan ku karena kesalahpahaman ini, maafkan aku telah gagal menjaga kesucian cinta kita, aku berdosa besar padamu." Kata Rava mengecup luka di pergelangan tangan Adara.

   "Kenapa kalian sangat jahat, apa salahku?"

   Rava merengkuh Adara ke dalam pelukkannya yang kembali terisak.

   "Aku masih tidak percaya semua ini." Bisik Adara.

   "Maafkan aku." Gumam Rava mempererat pelukannya.

   Baru saja Adara tertidur setelah mendapatkan suntikkan dari dokter yang di telpon Rava untuk memeriksa Adara, Rava masih memperhatikan wajah Adara yang sangat pucat, Jari tangan Rava menyentuh helaian rambut Adara yang tergerai di bantalnya. Sesekali di kecupnya dengan mesra punggung tangan Adara mengungkapkan rasa penyesalan yang ada.

   "Maafkan aku. Aku berjanji padamu tidak akan pernah meninggalkan mu, apapun yang terjadi."

   Hampir menjelang subuh Rava baru pulang dari rumah Adara, ia sedikit tenang karena banyak pelayan yang menjaga Adara, Rava menyetir mobilnya dengan kecepatan penuh membelah jalan raya yang masih lengah menuju apartemennya yang terletak di pinggir kota, rasanya ia sudah tidak sabar ingin bertemu Orin mempertanyakan maksud nya memberitahukan semua rahasia pada Adara.

   "Sialan!" Umpat Rava memukul kemudi stirnya.

   Rava harus memberi pelajaran pada Orin, hingga wanita itu memohon ampun merangkak di bawah kakinya tidak mengulangi perbuatannya. Orin memang sangat munafik benar kata Melani di depan Orin bersikap bak malaikat tapi di belakang sikapnya sangat binal, kini belang Orin tidak bisa di sembunyikan lagi dari Rava.

   Tidak butuh waktu lama Rava sudah memberhentikan mobilnya di pakiran apartemen, ia keluar dari dalam mobil melangkah masuk ke dalam gedung apartemen menaiki lift menuju lantai atas. Dengan tidak sabaran ia menekan passwood apartemennya  membuka pintu, menatap sekeliling yang sangat gelap, Rava melangkah kembali membuka pintu kamar, menyalakan lampu, mendapati Orin yang terbaring di atas ranjang meringkuk memeluk dirinya sendiri.

Istri simpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang