This Wound

36K 1.6K 164
                                    

Ini cuma cerita singkat, anggap aja oleh-oleh dari Jogja. #halah
Cuma cerita alay. Kalau nggak suka, jangan dibaca. >.<

***

Ini kisahku, si penonton kisah kalian yang tak kunjung bersatu.

Bolehkah aku... menginginkanmu untukku?

Bukan karena aku lelah menunggu, tapi karena aku lelah melihatmu hanya terus berharap tanpa dihiraukan olehnya.

***

Aku menatap risih ke arah dia. Tapi dia hanya tersenyum lebar sambil--lagi-lagi--melempar buku yang kubaca.

"Apaan sih lo? Itu buku, bukan bola basket."

Dia hanya tersenyum makin lebar. "Anak TK juga tau kali."

Aku cemberut. Dia tertawa. Begitulah dia, kadang suka menjahiliku seakan aku adalah korban bully paling menyenangkan sedunia. Tapi kadang juga dia mampu membuatku senang dengan segala tingkah konyolnya.

Dia akhirnya fokus kembali membaca komik online dan berhenti membuang buku yang sedang kubaca. Dasar anak ini!

Aku mengambil buku yang tadi dilemparnya ke depan perpustakaan dan melanjutkan bacaanku. Kami berdua sedang berada di perpustakaan, menghabiskan waktu yang seharusnya diisi oleh dosen yang hari ini ternyata tidak masuk. Kalau tau dosen itu tidak masuk, lebih baik aku bergelung di rumah saja.

"Serius amat sih bacanya," kataku sambil menyenggol bahunya.

Dia hanya berdecak pelan. "Jangan gangguin deh," gumamnya pelan.

"Tadi kan lo gangguin gue."

"Helena..."

Kali ini dia kembali menjahiliku. Ditariknya kuncir rambutku hingga rambutku yang nyaris sepinggang itu tergerai. Dia tertawa ketika aku hanya bersungut.

"Helena, Raka."

Kami berdua menoleh pada orang yang menyapa kami. Rere berdiri di hadapan kami sambil tersenyum. Beberapa lelaki yang ada di sekitar kami menatap Rere tanpa berkedip. Seperti biasa, semua lelaki selalu bertekuk lutut pada pesona Rere.

"Hai, Re," sapa Raka sambil tersenyum. "nyari buku?"

"Iya nih, buat referensi."

"Yuk gue bantuin."

Rere mengangguk, mengiyakan ajakan dia. Sementara Rere berjalan lebih dulu, dia mengedipkan matanya padaku. Aku hanya nyengir, ya, saat seperti inilah yang ditunggunya. Saat dia bisa bersama Rere.

***

Awalnya... kami hanya teman biasa. Aku, Rere dan Raka sekelas di beberapa mata kuliah. Rere adalah teman SMP-ku dan kami bertemu lagi saat kuliah.

Sejak awal aku tau, kalau Raka itu memang supel dan bisa dengan luwes bergaul dengan siapapun. Aku juga tau kalau dia menyukai Rere.

Rere yang cantik, pintar, mandiri dan masih banyak lagi faktor yang membuatnya disukai banyak laki-laki. Tapi sayangnya, Raka bukanlah orang yang disukai Rere. Aku tau hal ini karena sejak lama Rere mengatakan hal ini. Rere menganggap Raka hanya sebagai teman yang enak diajak diskusi. Tidak lebih.

Karena Rere punya prince charming impiannya sendiri.

Jujur, Raka memang jauh dari kriteria prince charming Rere. Tapi semua orang juga tau, Raka memang pintar, supel, tampan dan mampu membuat orang-orang nyaman di sekitarnya.

Awalnya... aku pun begitu. Aku nyaman dengan menjadi temannya. Aku nyaman dengan keisengan dan hal absurd yang sering kami lakukan.

Tapi... akhir-akhir ini semua itu berubah. Aku tidak lagi nyaman dengan Raka.

This WoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang