Chapter 1

364 19 1
                                    

Yonghwa memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Diamatinya ruangan besar bercat putih tempatnya berada sekarang. Kurang dari seminggu lagi ruangan itu akan terisi dengan berbagai rangkaian bunga warna-warni, karpet merah panjang yang terbentang dari pintu masuk, berbagai macam hidangan, panggung kecil, meja-meja bulat serta kursi untuk para tamu undangan, dan yang paling penting pelaminan yang berada persis di tengah depan.

Yonghwa akan menikah. Dengan kekasihnya, Seo Joohyun, yang sudah dipacarinya selama hampir lima tahun. Rencana ini sudah dipikirkannya matang-matang sejak dua tahun lalu—dimana ia mulai menabung untuk membiayai pernikahannya dan biaya masa depan bersama gadis itu kelak—meskipun ia baru melamar gadis itu tiga bulan yang lalu. Segala detil persiapan sudah terbayang jelas di benaknya—hasil bertanya sana-sini dibantu oleh keluarga Joohyun juga—dan ia tidak ingin ada kesalahan sekecil apapun.

"Aku ingin makanan tersaji di meja panjang di sebelah kanan dan kiri, pastikan jumlahnya cukup untuk lebih dari tiga ratus orang," ujarnya pada wanita gemuk usia tiga puluh tahunan yang menjadi wedding organizer, "Dan tolong setiap instrumen yang ada di panggung dicek kembali sebelum digunakan. Kalau bisa setiap penyanyi harus datang lebih awal untuk melakukan rehearsal."

Wanita paruh baya itu mengangguk sambil menuliskan sesuatu di buku catatannya, "Bagaimana dengan hiasan bunganya? Apa ada permintaan khusus?"

Yonghwa terdiam sejenak, tampak sedang berpikir. Kepalanya menoleh begitu terdengar suara langkah sepatu mendekat. Orang yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang. Orang yang akan bersanding dengannya di tempat itu kurang dari seminggu lagi dan yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak. Senyum manis terukir di wajahnya tatkala gadis itu mempercepat langkah menghampirinya.

"Maaf, rapatnya selesai lebih lama dari yang kukira," Joohyun merasa bersalah. Rapat rutin yang diadakan setiap Jumat di SMA tempatnya mengajar memang sedikit menghambat urusan pentingnya kali ini, "Bagaimana persiapannya?"

"Semuanya lancar," Yonghwa tersenyum, "Nona Park bertanya padaku tentang jenis bunga yang akan menjadi hiasan. Apa yang kau suka?"

"Aku tidak begitu mempermasalahkan jenisnya. Tapi kurasa warna putih akan lebih baik," jawab Joohyun.

Nona Park mengangguk-angguk sambil mencatat, "Baiklah, kurasa sudah cukup. Akan kuhubungi jika ada sesuatu." Wanita itu pun pamit pergi.

Joohyun mengedikkan kepalanya, "Terima kasih, hati-hati di jalan."

"Masalahnya tinggal satu," gumam Yonghwa setelah Nona Park keluar dari ruangan.

"Apa?" Joohyun mengernyitkan dahi, "Ah, tadi Kim Ahjussi meneleponku. Dia meminta kita datang ke studionya besok untuk fitting baju pengantin."

"Itulah masalahnya," Yonghwa melirik ke arah seorang gadis kecil berumur tujuh tahun yang sedang asyik memainkan gadget-nya di salah satu kursi di sudut ruangan. Gadis kecil itu adalah Aleyna, adik sepupu yang dititipkan paman dan bibinya sejak dua tahun yang lalu. Aleyna tinggal bersama Yonghwa di apartemennya sejak masuk Taman Kanak-kanak sehingga Yonghwa sudah dianggapnya seperti kakak kandung—meskipun umur mereka terpaut hampir dua puluh tahun. Persiapan pernikahan yang cukup menyita waktu tampaknya membuat sikap Aleyna sedikit berubah. Ia cemburu karena Yonghwa lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Joohyun dibanding dirinya.

"Aleyna akan kembali ke Istanbul minggu depan. Orangtuanya ingin ia menempuh pendidikan Sekolah Dasar disana," jelas Yonghwa. Pria itu menghela napas berat, "Sebelum pulang ia ingin pergi ke Tokyo, karena aku pernah berjanji mengajaknya kesana. Aku sudah membeli tiketnya dan kami akan berangkat besok."

Joohyun terkejut, "Kenapa tidak memberitahuku?"

"Maaf, Joohyun-ah. Ini benar-benar mendadak. Aleyna terus merengek untuk pergi. Aku tidak punya pilihan lain. Telepon dari wedding organizer dan pengurus undangan benar-benar membuatku pusing."

Blue Medley Series: The GroomsWhere stories live. Discover now