Menyedihkan

791 18 0
                                    

Ini sangat memalukan, hana masih mematung di Caffe dengan mata yang sangat sembab kaya orang ga punya mata, padangannya entah kemana seperti pikirannya saat ini, dia tak peduli dengan sorot mata orang-orang di Caffe ini, dia benci cinta, selalu menyakitkan.

"Hana ya?" Sapa suara laki-laki yang tak di kenal

"ya maaf siapa?" hana menujukan penglihatannya kearah suara agar dengan jelas meliat siapa sosok itu

"Fariz, lo ngapain di sini sendiri? mana Ahmadnya?" hana hanya terdiam "lo abis nangis ya?lo kenapa?" Nada suara Fariz mulai berubah sedikit panik

"gue ga apa-apa kok Riz" Jawabnya dengan suara yang masih serak

"lo bukannya mau ketemu Ahmad kan?"

"tau dari mana lo?"

"dia kemarin bilang sama anak-anak di tongkrongan,bahkan 2hari yang lalupun dia ga ikut gabung karena sama lo ya kan?" Fariz mengerutkan keningnya

kebohongan lagi yang hana dapat "gue males Riz ngomongin dia,lo dateng di saat kondisi gue menyedihkan gini jangan bikin gue makin sedih" Hana tertunduk dia tak mau terlihat lemah

"ikut gue, gue punya tempat yang bagus" Tanpa persetujuan apapun Fariz menyeret hana keluar, bahkan rasanya kalo Fariz tak menariknya keluar, hana akan tetep ada disana berjam-jam

Entah Fariz akan mengajak hana kemana, dia tak tau bahkan untuk sedekar bertanyapun males tenaganya bener-bener abis hari ini, setelah melaju selama 1 jam lebih akhirnya mereka sampai di Bukit, tempat ini rasanya seperti tempat rahasia yang ga banyak orang tau, di hiasi oleh ilang-ilang tinggi yang memenuhi lahan dan ada 1 rumah pohon di ujung yang menarik perhatian hana, kondisi rumah pohon yang tua namun sangat menarik, tanpa meminta persetujuan fariz, hana turun dari motor dan berjalan masuk ke ilang-ilang untuk bisa naik ke rumah pohon, Fariz mencopot helmnya dan dia sedikit berlari agar berjalan di sampingnya hana. Fariz seperti mengerti dia mengajak hana untuk naik ke rumah pohon ini, fariz bilang banyak hal yang bakal diliat dari atas beda sama apa yang diliat dari bawah dengan senang hati hana menerima ajakan Fariz karena dari tadi hal itu yang hana inginkan.

"ini tempat gue dulu emang aga kuno dan.... " Fariz merusak suara keheningan

"gue suka tempat ini" Jawab hana tanpa menggalihkan pandangan dari indahnya ciptaan tuhan

"maafin sahabat gue, maafin Ahmad soal dia selingkuh sebenernya gue udah tau tapi gue ga bisa ngomong sama lo,gue takut lo bakal sakit hati,gue cuman gamau liat lo sakit hati Han gue bingung harus ngomong apa lagi"

"tenang aja ka, gue udah tau semuanya kok gue bisa terima ya walau sedikit sakit, baru aja gue mau berusaha buat nerima kalo sebenernya yang ada buat gue itu Ahmad bukan orang yang gue tunggu-tunggu" Rian.

Suara hana mulai berubah dan sekarang memang benar tak akan ada yang bisa menggantikan posisi Rian di hatinya bahkan bertahun-tahun yang akan datangpun rasanya tak akan ada.

"sorry gue jadi curhat gini sama lo ka" Hana  melirik Fariz yang masih terus memandang ke depan

"tenang aja, gue tau kok rasanya di tinggal di saat lo bener jatuh hati" Fariz menghela nafas panjang lalu terdiam

Rasanya Fariz ngalamin hal yang sama seperti hana, dia melirik Fariz ada kerinduan di sorot matanya bahkan bukan hanya kerinduan, kekecewaan ikut hadir di sorot mata fariz yang terus menatap kedepan, ia memalingkan wajah dari Fariz dan ikut menatap kedepan, apakah semua orang pernah kecewa karena cinta? atau dia salah berharap?

"coba deh lo teriak sekencang mungkin yang lo bisa, gue jamin bakal sedikit ngurangin kepenantan lo"

Hana teriak dengan latang, dia maki-maki kisahnya yang sangat memalukan sangat menyedihkan, dia menahan tangis tapi sia-sia rasanya menyakitkan, hanya ada sebuah rasa kecewa, bukan kecewa karena Ahmad, tapi kecewa dengan dirinya sendiri yang tak berusaha untuk meninggalkan kisah lamanya yang bahkan cinta pertamanya pun tak akan tau kalo sebenernya, hati Hana dan di hatinya cuman ada dia,Rian.

***

"ehh ada papa"

"iya lah gue lagi ga ada job nih" Jawab bokap, Hana sama bokap udah kaya temen, mereka jarang bercerita sama, tapi bokap yang selalu tau kondisi hana dalam hal apapun

"gue ke kamar dulu ya pa" Pamitnya

"udah makan sayang?" Tanya papa yang bikin Hana berhenti jalan, Gue kangen di perlakukan kaya gini pa.

"belum, kenapa? mau ngajakin makan di luar yahh?" Tebak Hana dan semoga bener

"iya, yaudah sana kamu siap-siap dulu ka"

Bokap udah nunggu di mobil dan hana kira cuman dia doang yang belum siap tapi nyatanya salah yang lain udah duduk di tempat masing-masing, dan tempat favorit di mobil adalah samping kaca kadang suka berebut sama adiknya yang kecil Cema. Dari tadi hana emang udah pasang muka suntuk males ini itu.

"kenapa kamu ka?" Tanya nyokap

"Ga kenapa-napa ma" Hana masih nunduk mainin hp

"galau kamu kak?" Bokap ikutan ngegodain

"bukan galau tapi rindu" Dengan nada jutek yang dia punya

"rindu sama siapa anak kesayangan papa?" Kali ini bokap pake acara ngedipin sebelah mata segala lagi

"Adrian" Ucapnya lirih

Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, setelah acara jalan-jalan tadi mood hana sama sekali ga membaik, nyokap dan bokap ngasih dia barang yang pengen banget di beli kemarin tapi kali ini dia menerima barang itu tanpa antusias seperti biasanya, rasanya hari ini lelah entah baik badan atau hati sama saja. Bokap masuk kamar dan posisi hana ngebelakangi karena dia tak mau terlihat cengeng.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya papa halus

"Aku kangen Adrian pa"

"Emang kalian ga pernah ketemu lagi?"

"Suka sih pa sesekali doang tapi, rasanya aku kehilangan dia"

"Perjalanan kamu masih panjang sayang,masih banyak hal yang ga terduga di depan sana"

"Aku boleh sama Adrian pa?" Tanya hana yang penuh harap

"Kalo itu masih positif papa dukung, dan kalo emang kamu sayang sama dia tunjukin, kamu ga akan ninggalin dia apapun kondisinya" dia mengecup kening hana dan langsung keluar kamar

"Aku bakal buktiin itu, aku ga akan ninggalin dia, kaya papa yang pernah ninggalin mama" Ucap hana lirih saat papa metutup pintu kamar, hari ini benar-benar menyedihkan.

SAME PEOPLEWhere stories live. Discover now