Unexpected

25 0 2
                                    

Disclaimer: Tokimeki Memorial Girls Side 2, Heroine, Komori Taku (c) KONAMI

Tampaknya setiap pemuda bisa memahami perasaannya, akan melakukan apapun untuk membuat kekasihnya tersenyum bahagia. Seperti yang ia lakukan saat ini, keluar dari zona nyamannya dan mengiyakan ajakan sang gadis untuk bermain ke pantai di tengah musim panas. Terik sinar matahari, keramaian, pasir yang lengket, semuanya adalah hal-hal yang paling ia benci, namun ia masih bertahan karena ia ingin membuat gadis itu tersenyum. Seperti saat ini. 

Dia memang tampak paling cantik saat tersenyum, seperti dulu saat ia memutuskan untuk kembali masuk sekolah. Hingga saat ini ia merasa keputusan yang ia ambil saat itu adalah yang terbaik sepanjang hidupnya. Meskipun ia harus tertinggal satu tahun, masa sekolahnya sangat menyenangkan. Ia tidak menyangka bahwa selama ini ia melewatkan begitu banyak hal saat ia mengurung diri di dalam kamar, menutup diri rapat-rapat dari setiap orang yang berusaha menjangkaunya. Satu per satu dari mereka menyerah, malah menyalahkan dirinya yang menciptakan dinding sedemikian tebal.

Gadis itu berbeda, ia tetap menanti agar pintu itu terbuka dengan sendirinya.

Dan gadis itu berhasil. 

"Komori-kun, ayo cepat ke sini." Gadis itu berteriak ke arahnya dari kejauhan. Cepat sekali, tahu-tahu gadis itu sudah meninggalkan dirinya di bawah payung dan menanggalkan pakaian yang tadi ia kenakan, hanya dibalut bikini berwarna hijau dengan ornamen renda. Sial, betapa inginnya Taku menyimpan pemandangan itu hanya untuk dirinya sendiri. 

Gelengkan kepalanya kuat-kuat, mencoba menghapus pikiran kotor yang mulai mengusiknya. Ia pun membuka topi dan menanggalkan kaos yang tadi ia kenakan. Bertelanjang dada seperti ini membuatnya risih, ia tidak pernah melakukannya sepanjang ia bisa mengingat. Terik matahari terasa membakar kulitnya walau sudah dilumuri sunblock sesuai anjuran gadis itu kemarin. Kulitnya memang lebih pucat daripada kebanyakan orang, nyaris tidak pernah terpapar sinar matahari.

Ini sudah lebih baik daripada dua tahun lalu, semenjak ia mulai masuk sekolah lagi ia pun aktif di klub sepak bola. Siapa yang menyangka olahraga itu ternyata cukup menyenangkan dan membentuk otot-otot tubuhnya yang nyaris tidak digunakan. Tingginya pun menjulang dalam waktu singkat. Tak heran saat ia meninggalkan bayang-bayang payung untuk menghampiri gadis itu, pandangan orang-orang terpusat ke arahnya. Beberapa gadis mulai berbisik pada satu sama lain, membuatnya semakin merasa tidak nyaman. 

"... Apa aku tampak aneh? Perlukah aku mengambil kembali kaosku?" Ia bertanya pada kekasihnya, reaksi gadis itu di luar dugaannya.

"Tidak usah. Mereka mengagumimu karena kamu tampak keren sekali. Yuk." Gadis itu mencium pipinya dan menarik lengannya, menggiring Taku ke arah laut. Ia tidak sadar bahwa gadis itu sempat menoleh ke belakang dan mencibir pada gadis-gadis yang tadi menatapnya dengan penuh takjub.

Siapa yang menyangka, ternyata kekasihnya posesif juga ya?

"Huaaaah, capeknya." Taku tersenyum melihat gadis itu merenggangkan sendi-sendinya sambil berjalan menuju halte bus. Kulit gadis itu tampak terbakar sinar matahari setelah seharian terpapar. Tampak jelas perbedaan antara bagian punggungnya yang terbuka dan yang tertutup pakaian renang. Lucu.

"Kulitmu belang." Kelakarnya, membuat gadis itu menatapnya dengan bibir yang dimanyunkan. Ups, tampaknya sang kekasih tidak menyukai komentarnya barusan. 

"Huh, kamu sendiri juga. Di garis pembatas celana." 

... 

Komentar gadis itu membuat pipinya bersemu merah. Ia melirik ke arah gadis itu yang sudah memalingkan wajahnya, sayang telinganya tak dapat ditutupi. Warnanya merah sekali, menyerupai kepiting rebus. Rupanya bukan Taku saja yang malu karena komentar barusan. Rupanya gadis itu sempat melihat ke arah 'sana'. 

Ah, dia tampak manis sekali.

"Hei."

"Hm?"

Ketika gadis itu menoleh, Taku melepas topinya dan menutupi sisi wajah mereka berdua yang menghadap jalan raya. Ia mempersempit jarak di antara mereka hingga kedua bibir mereka bertemu. Hanya sebuah sentuhan singkat, dalam sekejap ia sudah menjauhkan tubuhnya dari gadis itu. Ia tidak dapat menahan dirinya lagi, terlalu banyak stimulus. 

"K-Komori-kun..."

 "– "

"EH LIHAT KAKAK-KAKAK ITU BERCIUMAN LOH."

... way to ruin the mood, kids.

Khawatir akan terlihat orang yang berlalu di jalan, ia melupakan kemungkinan ada yang melihat mereka dari sisi yang berlawanan. Ia meraih jemari gadis itu, gantian menggiringnya agar berjalan lebih cepat, meninggalkan sekumpulan anak-anak penduduk lokal yang tak henti-hentinya meledek mereka berdua.

Tiba-tiba ia merasakan genggamannya terlepas, saat ia menoleh gadis itu sudah berada tepat di sisinya. Membisikkan beberapa kata di telinganya. 

...

"Yuk."

Taku tak dapat menyembunyikan senyumnya setelah mendengar apa yang gadis itu katakan padanya. Ia meraih tangan mungil gadis itu sekali lagi, dan menggenggamnya erat sepanjang perjalanan. Tak sekalipun terlepas. Ia tidak akan melupakan apa yang gadis itu katakan padanya tadi. Sampai kapanpun.

"Jangan khawatir, lama-lama juga kita akan terbiasa melakukannya di tempat umum." 

Selain posesif, ternyata kekasihnya juga penggemar berat public display of affection.

Kumpulan DrabbleWhere stories live. Discover now