Bagian 3 (d)

6 0 0
                                    

bel pulang sekolah sudah berdering, aku segera bergegas untuk pulang karna hari ini hari yang sangat melelahkan. besok adalah hari terakhir masa Orientasi. dan aku akan segera memakai seragam SMA ku. welcome Senior High School. 

aku berjalan sendirian menuju halte, dimana aku selalu menunggu jemputan yang sangat setia kepadaku. yaitu angkot. sebelum sampai dihalte, aku melihat seseorang. bukan maksudku segerombol orang. sepertinya dia yang tadi adu jotos dengan Dimas. 

entah kenapa, mereka semua menghadap kearahku. aku celingukan mencari pertolongan atau angkot yang mungkin lewat, namun nihil. disini sepi, sebagian besar murid dijemput oleh supir atau orang tuanya, atau bahkan pacarnya. 

aku berhenti, jauh dari mereka. aku menghela nafasku, berusaha untuk tenang dan berfikiran positif. namun, buyar. 

"lo ceweknya Dimas?" kata Dani. ya setidaknya itu yang disebut saat dia dan dimas ketauan berkelahi. 

dia memperhatikanku, dari atas sampai bawah lalu keatas lagi. aku juga iku tmemperhatikan penampilanku dari bawah. apa ada yang salah?

"eh liat nih, ceweknya Dimas jalan sendirian mau naik angkot" satu, dua, tiga, kira kira ada 8 orang yang bersama dengan Dani.

"gue bukan ceweknya Dimas." kataku dengan tegas

"wey guys, Dimas gak dianggep sama ceweknya sendiri" mereka semua tertawa. menurutku tidak ada yang lucu. mereka sinting kali ya?

aku menetralkan degup jantungku, menurutku tidak ada yang perlu ditakuti dari seorang Dani. hanya pencundang yang bisanya main keroyokan. yang katanya pentolan sekolah tapi menghadapi satu orang, dia harus membawa kawanannya. itu sangat...... Pengecut. 

"mau lo apa? to the point aja. gausah bertele-tele" kataku dengan menaruh kedua tangan didepan dada. 

"uuu... Dan, ngeri banget ah sama cewenya dimas. galak euy" kata salah seorang teman dani yang memakai Bando di rambutnya. cucok cyin

"jangan galak galak lah cantik sama cowok, nanti gak laku loh" kata yang lain. aku menatap mereka dengan tatapan..... jijik 

"jadi gini, karna lo cewenya Dimas, berarti lo juga musuh gue. Dimas itu sok jagoan, padahal dia hanya anak bau kencur yang sok ikut campur dalam segala hal" aku masih memperhatikannya bicara. 

"tapi, kalo lo mau selamat, lo bisa jadi cewek gue dan putusin Dimas. karna apa yang Dimas punya, gue juga harus punya. termasuk cewek" aku tertawa. 

"lo siapa emang? kenapa gue harus mau sama lo? artis? bukan. blogger? bukan. youtuber? bukan juga. terus, prestasi lo apa? juara kelas disekolah? gak memungkinkan sih dari tampang lo. juara olimpiade Nasional? hahaha apalagi juara kelas aja engga masa juara olimpiade." aku maju satu langkah didepan Dani. dia sudah menahan amarahnya. terlihat dari mukanya yang memerah

"sorry nih ya kakak Dani, gue itu maunya sama cowok yang gak cuma pinter diotot tapi dia juga pinter dalam segala hal. cerdik dalam menghadapi masalah apalagi sama orang kayak lo. lo itu... bukan tipe gue banget" aku tersenyum. dalam hati, aku sudah mengutuk diri sendiri karna berani melawan seorang Dani. 

"sok jual mahal banget lo jadi cewek. apa yang lo liat dari Dimas? buktinya kita-kita gangguin lo, Dimas gak ada untuk nolong lo" kata Dani 

"karna gue bisa menghadapi lo seorang diri dan oh ya, Dimas jelas jauh berbanding dengan lo. banyak cewek tergila-gila sama Dimas dibanding sama lo. mungkin pada jamannya lo memang The Most Wanted Guy. tapi saat ini, posisi itu sudah ada ditangan Dimas." 

"oke, gue cabut dulu ya kak Dani. hati-hati dijalan awas kesandung sama batu." aku tersenyum dan menepuk bahu Dani lalu menaiki angkot yang sudah ku stop. aku bisa bernafas lega. 

harus ku akui, aku ituuuu tadi gila. dan aku tidak tau apa yang akan Dani lakukan padaku nanti setelah kejadian ini. aku harap itu bukan sesuatu yang buruk. 

SeandainyaWhere stories live. Discover now