Episode 3: Berarti Tidak Berharga

15.7K 1.7K 550
                                    

Alka buru-buru masuk ke dalam taxi online yang ia pesan. Sang driver belum selesai terkejut karena tahu jika yang memesan jasanya adalah seorang pasien rumah sakit, yang bahkan masih memakai infus.

Belum sempat ia mencegah Alka untuk masuk, anak itu sudah telanjur membuka pintu, dan melompat masuk ke kursi penumpang tengah.

Alka juga buru-buru mengunci pintunya dari dalam secara manual.

"Maaf, Tuan. Uhm ... bagaimana ya. Bagaimana kalau pesanannya dibatalkan saja, Mas. Saya takut bawa Tuan pergi." Driver itu mengatakan sejujurnya tentang ketakutannya.

"Jangan, Pak. Tolong jangan dibatalkan. Saya benar-benar minta tolong. Saya tidak minta diantar ke mana-mana. Hanya pulang." Alka segera memohon.

Ia mengerti dengan ketakutan sang driver. Tapi ia juga butuh bantuannya.

Sang driver pun dilema. Ia sudah senang karena dapat rezeki mengantar orang, padahal ia baru saja keluar rumah. Tapi ternyata pasien seperti ini orangnya.

Sebelum ini ia juga sering dapat order yang lokasi jemputnya di sekitar rumah sakit. Tapi biasanya itu adalah penjenguk atau tim medisnya. Bukan pasien kabur seperti ini.

"Begini saja, Pak. Tadi kan saya sudah bayar menggunakan aplikasi. Saya minta nomor rekening Bapak. Biar saya beri uang tip." Alka menemukan jurus jitu. Untung otaknya ini encer dari sananya.

Alka menulis nominal yang cukup banyak pada layar ponselnya. Kemudian menunjukkan nominal itu pada sang driver.

Seketika laki-laki paruh baya itu melotot. Padahal menarik taxi online selama sehari semalam belum tentu ia mendapat nominal segitu.

Penawaran ini sangat sulit untuk ditolak. Ia adalah manusia realistis yang lemah jika urusan uang. Terlebih di zaman yang serba sulit seperti ini.

"Tapi benar akan ditransfer, kan, Tuan? Ini bukan penipuan, kan?" Driver itu memastikan terlebih dahulu.

"Astaga ... tidak, Pak. Aku serius. Mana biar aku transfer sekarang!"

Driver itu buru-buru memberikan ponselnya di mana pada layar ada nomor rekeningnya.

Alka buru-buru mentransfer nominal yang ia janjikan. Dan menunjukkan pada sang driver bahwa sudah langsung masuk ke rekening sang driver.

Driver itu segera tersenyum lebar. Bersyukur dengan rezeki nomplok yang ia dapatkan.

"Ini sesuai aplikasi ya, Tuan?"

"Iya, cepat!"

"Oke!"

Dan sang driver pun segera mengemudi secepat yang ia bisa.

Alka bisa bernapas lega sekarang. Karena ia sudah berada cukup jauh dari area rumah sakit.

Butuh waktu sekitar 20 menit hingga akhirnya mereka sampai di depan rumah Alka.

Driver itu terpana melihat rumah Alka yang begitu besar. Pantas saja anak muda ini dengan begitu mudah memberinya uang tip yang sangat banyak.

Ia sebenarnya penasaran, kenapa anak muda ini nekat kabur dari rumah sakit. Tapi ia berusaha menahan diri untuk tidak terlalu banyak ingin tahu urusan orang lain. Terlebih orang itu adalah seorang customer. Takut jika sang customer merasa diikut campuri proses privasinya. Dan berakhir ia sendiri mendapat nilai rating jelek.

"Terima kasih, Pak." Alka keluar seraya mengucapkan terima kasih. Ia lega sekali karena akhirnya sudah sampai rumah.

"Iya, sama-sama, Tuan." Driver itu masih memperhatikan betapa megah dan mewahnya rumah Alka. Sebelum akhirnya tancap gas.

Alka duduk pada undakan kecil di depan gerbang rumahnya. Ia mulai melepaskan infusnya perlahan-lahan. Lapis demi lapis plester ia lepaskan. Menimbulkan rasa sakit sebab bulu-bulu halus di tangannya ikut tercabut.

Dan yang paling akhir. Tentu saja ketika ia harus menarik jarum infusnya. Ia lakukan pelan-pelan. Alka tidak berani melihat, justru memejamkan mata ketika ia menarik jarum itu.

Syukur lah, jarumnya sudah terlepas. Ada darah yang menetes. Untung tidak terlalu banyak. Alka langsung membuang seperangkat infus itu ke dalam tong sampah pinggir jalan.

Di rumah nanti akan banyak orang pastinya. Mulai dari security, beberapa asisten rumah tangga, dan juga tukang kebun. Kalau mereka menyaksikan Alka memakai infus, mereka pasti mengatakan pada kedua orang tuanya.

Alka mulai berteriak. "Mr. Roger ... Mr. Roger ...!" Itu adalah nama security rumah ini. Yang sebenarnya selalu stand by di dalam post security yang letaknya dekat, hanya di belakang gerbang tinggi ini.

Tapi Mr. Roger itu sangat hobi tidur. Jadi kalau Alka tidak teriak, atau membunyikan klakson, orang itu tidak akan tahu ada yang datang.

"Iya, Tuan Muda. Yes, Sir!" Suara Mr. Roger terdengar dari balik gerbang.

Tak lama kemudian, gerbang yang tinggi nan megah itu terbuka perlahan.

Alka langsung pasang tampang ceria. "Hai, Mr. Roger!" sapanya pada laki-laki berusia renta itu.

Ia sudah mengabdi pada keluarganya sejak zaman kakek nenek Alka dulu. Ia masih dipakai karena loyalitasnya yang tiada batas.

"Tuan muda Alka ... astaga ... ke mana saja? Kenapa tiga hari tidak pulang?" Mr. Roger tidak ragu menyampaikan betapa ia khawatir.

"Aku dari turnamen rubik, Sir," jawab Alka bohong.

Mr. Roger mengernyit. "Dari turnamen rubik? Lantas kenapa sahabat-sahabat Tuan Alka tidak ada yang tahu di mana Tuan Alka berada. Kami semua khawatir. Dan Tuan Alka pakai baju apa itu? Kenapa mirip seperti piyama rumah sakit?"

Alka pun memutar otak. Orang ini walau sudah tua, tapi jeli sekali penglihatannya.

"Aku memang tidak memberi tahu siapa pun, Sir. Maaf ya sudah buat khawatir. Ini baju yang aku dapat dari turnamen. Modelnya memang agak aneh. Tapi ya aku pakai saja lah. Dari pada diskualifikasi."

Untung Alka ini cerdas. Jadi lah ia cepat berpikir walau itu semua hanya sebuah kebohongan belaka.

"Astaga ... lain kali kalau ke mana-mana tolong beri kamar, Tuan Muda. Sebenarnya kemarin Tuan dan Nyonya besar pulang bersama. Mereka mencari Tuan muda Alka. Mereka juga khawatir."

Mr. Roger menyampaikan satu berita yang berhasil membuat Alka mengernyitkan dahi.

"Mereka pulang? Tumben. Jadi mereka masih ingat kalau punya rumah. Masih ingat kalau punya anak." Alka tidak bisa menutupi rasa kecewanya.

"Tentu saja ingat, Tuan Muda. Tuan Muda Alka anak mereka satu-satunya. Ke mana pun mereka pergi, pasti mereka ingat rumahnya. Segala yang mereka lakukan, semua juga untuk Tuan Muda. Tuan Muda sangat berharga untuk mereka."

"Oh ya? Lantas apa mereka sekarang masih di rumah?"

Mr. Roger menggeleng dengan raut wajah menyesal. "Tadi pagi mereka terbang ke US."

"Itu namanya aku tidak berharga untuk mereka, Sir. Sudah tahu anaknya hilang tiga hari tanpa kabar. Tapi mereka tidak berusaha mencari. Malah pergi lagi. Jika mereka bilang peduli padaku, mereka bilang aku berharga, itu artinya mereka berbohong. Hanya basa-basi saja."

Mr. Roger hanya bisa tersenyum kecut mendengar jawaban itu. Prihatin dengan nasib tak beruntung tuan mudanya.

"Ya sudah, Sir. Kalau gitu aku masuk dulu. Aku mau mandi. Nanti aku mau keluar lagi. Main."

"Iya, baik lah, Tuan Muda. Jangan lupa makan dulu." Mister Roger masih tampak begitu bersedih.

Membiarkan Alka berlalu melewatinya. Berjalan lurus menuju ke rumah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALKA dan KUBUS RUBIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang