BAB 5

150K 10.5K 49
                                    

Sore hari sekitar pukul empat, Mauren kembali ke sekolah untuk mengikuti acara penutupan masa orientasi siswa, yang mengharuskan semua peserta mos beserta panitia dan beberapa guru untuk menginap di sekolah semalam ini.

Setelah apel, mereka masuk ke kelas tempat mereka tidur malam ini. Kegiatan akan dimulai pukul tujuh, jadi sore ini mereka bebas aktifitas disekolah.

"Masih jam segini. Mau ngapain kita? Keliling sekolah yuk." Ajak Jessie setelah meletakkan barang–barang mereka.

"Gak ah. Males. Mending disini aja. Ntar malem pasti kita begadang deh." Mauren menolak dan lebih memilih bermain ponselnya.

Sebuah teriakan heboh terdengar dari lapangan basket membuat Jessie penasaran. Dan ia pun langsung mengintip dari jendela.

"Oh my God." Seru Jessie memegangi pipinya terkejut.

Jessie lalu kembali ke bangku Mauren dan menyeret Mauren menuju ke lapangan, "Ayo liat!"

Mauren terhuyung mengikuti gerakan Jessie yang cepat dan tiba–tiba itu, "Mau kemana sih, Jess. Pelan bisa kali."

"Udah diem lo ikut aja." kata Jessie sambil menarik Mauren menerobos kerumunan di lapangan basket.

"Keren, kan?" Seru Jessie setelah berada di kerumunan paling depan, melihat jelas permainan basket sengit yang salah satu pemainnya adalah Vasco.

Mauren menghela nafas kesal. "Gue kira apaan. Cuma basket."

"Gue tau lo gak bakal heboh kalau ada Vasco kek gue. Tapi gue yakin lo gak nolak kan kalau ada Nathan juga ikut main?"

Belum sempat Mauren menjawab, Jessie sudah berteriak–teriak nama Vasco seperti yang lain, saat Vasco mencetak skor baru saja. Seperti biasa, tak ada ekspresi apapun dari Vasco, ia terlihat serius sekali bermain basket dan mengabaikan apapun yang berada diluar lapangan

"Keren banget gak sih Vasco. Bisa pingsan gue kalo gini terus." Ucap Jessie berdecak kagum melihat aksi Vasco.

"Daripada pingsan mending kita balik." Balas Mauren yang tak bisa menyembunyikan rasa malasnya.

"Aduh, nikmatin aja kenapa sih. Noh Nathan cetak skor. Teriak gih biar semangat." kata Jessie dengan menyenggol lengan Mauren.

Para gadis berteriak nama Nathan, meskipun tak seheboh saat Vasco mencetak skor.

Mata Mauren tidak sengaja bertemu dengan mata Nathan, saat Nathan berjalan kembali ke tengah lapangan. Nathan melempar senyum, dan dibalas oleh Mauren.

Permainan berlanjut. Mauren mulai tertarik melihat permainan ini. Apalagi saat sedang memanas dimana Vasco dan Nathan bergantian mencetak skor. Ini hanya pertandingan biasa untuk mengisi waktu luang di sore hari. Meskipun Nathan adalah kapten futsal, tapi skill–nya juga tidak kalah dari Vasco dalam bermain basket.

Setelah Vasco mencetak skor. Mereka memutuskan untuk break dan berselonjor di tepi lapangan.

"Ayo balik, Jess. Udah selesai." Ajak Mauren dengan menarik tangan Jessie.

"Habis ini pasti mulai lagi. Kita duduk disini aja dulu." Jessie malah balik menarik Mauren dan mengajaknya duduk di bangku dekat lapangan tepatnya di dekat ring biru.

"Liat tuh. Katanya sih mereka pacaran. Tapi gue rasa enggak, kemaren cuek gitu." kata Jessie sambil mengarahkan Mauren ke bawah ring merah yang ada di seberang.

Mauren melihat ke arah yang di tunjukkan Jessie. Matanya menajam melihat Vasco duduk bersebelahan dengan Maura, mereka tak berbicara, karena Vasco sedang meneguk air mineral dari botol yang di bawakan Maura. Sedangkan Maura, mengelap keringat Vasco dengan tisu.

"Tapi mungkin bentar lagi mereka pacaran. Cocok banget kan. Satunya ganteng satunya cantik. Eh, jangan deh, ntar gue patah hati..." Jessie lalu bergumam sendiri dan tidak dihiraukan oleh Mauren.

Mauren masih tercengang dengan mata kosong melihat ke arah Vasco dan Maura, dan tanpa sadar kalau Nathan sedang berjalan menghampirinya.

"Hai." Sapa Nathan yang sudah berdiri di depan Mauren.

Jessie diam dengan menyenggol lengan Mauren.

"Eh, iya kak... Hai juga." kata Mauren yang sudah sadar dari lamunan dan terbata–bata membalas sapaan Nathan.

"Jangan ngelamun, nanti kesambet." kata Nathan dengan nada bercanda dan tertawa kecil.

Mauren tersenyum lalu membalas, "Gak kok kak."

"Nama kamu siapa?" tanya Nathan sembari mengulurkan tangannya.

"Mauren, kak." jawab Mauren dengan menyambut tangan Nathan dan tersenyum malu.

"Namanya cantik seperti orangnya." kata Nathan dengan tersenyum manggut–manggut, lalu menoleh Jessie dan mengulurkan tangan juga. "Kalo kamu?"

"Aku Jessie, kak." jawab Jessie dengan senyum ceria.

"Aku Nathan. Udah tau tapi kalian ya kayaknya." kata Nathan sedikit tertawa lalu duduk di sebelah Mauren.

Mauren dan Jessie ters menanggapi candaan Nathan yang sedikit garing.

"Gak ada yang marah kan kalo gue duduk disini?" tanya Nathan santai.

"Gak ada kok kak. Jomblo." Jawab Jessie dengan mulut cablaknya menjawab secara cepat.

Mauren langsung melempar tatapan sinis kepada Jessie.

"Kenapa? Kan bener lo jomblo." kata Jessie dengan polosnya.

Nathan hanya tersenyum melihat tingkah mereka.

"Suka nonton basket?" tanya Nathan kemudian.

"Suka. Suka banget kak malahan." jawab Jessie bersemangat. Jessie yang sadar menjadi perhatian karena bisa dekat dengan Nathan tidak mau melewatkan kesempatan membuat iri siswi lain.

"Gak terlalu kok, kak." jawab Mauren pelan.

"Kalau futsal?"

"Aku malah gak tau sama sekali kak. Mauren mungkin suka." Cetus Jessie.

"Sama aku juga gak tau apa–apa kalo futsal." Balas Mauren jujur.

"Oke kalo gitu biar tau, minggu depan aku ada tanding futsal sama SMA Merdeka di GOR Arjuna. Kalian dateng ya?" kata Nathan.

Mauren menoleh seketika terkejut.

"Serius kak?" tanya Jessie girang setelah membulatkan bibirnya tidak percaya.

Nathan mengangguk dan tersenyum.

"Oke, kak! Pasti dateng, jam berapa?" tanya Jessie lagi.

"Jam tigaan kalian berangkat. Aku tunggu disana."

"Oke, Kak. Kita pasti dateng!"

Mauren tersenyum malu dengan sikap sahabatnya itu, "Kalo gak ada halangan ya kak. Maaf banget temenku satu ini."

Jessie langsung mencubit lengan Mauren.

Nathan tersenyum, "Iya, tapi usahain dateng ya."

Mereka mengangguk. Dan Mauren mulai sadar dirinya sedang di awasi oleh mata tajam di seberang sana, siapa lagi kalau bukan Vasco. Baru saja ia bertemu pandang dengan mata Vasco, meskipun jauh. Tapi ia menanggapinya cuek.

"Yaudah, aku kesana dulu. Sampai jumpa nanti malam." Nathan bangkit lalu berjalan ke arah Vasco sambil melambaikan tangan kepada mereka berdua.

Jessie menghentak–hentakkan kakinya sambil memeluki Mauren dari samping kegirangan.

Mauren mendengus kesal, melepaskan dirinya dari pelukan Jessie lalu berbisik. "Sumpah lo jangan malu–maluin kenapa. Alay banget dah lo. Ayo balik. Risih gue disini diliatin mereka."

Mauren langsung menyeret Jessie pergi tanpa peduli Jessie mengomel di belakang.

mine | sudah terbitWhere stories live. Discover now