BAB 6

132K 10.1K 196
                                    

"Keren banget panggungnya, gue yakin malam ini pasti seru banget." kata Jessie saat menatap panggung kecil yang ada didepan barisan sembari merangkul leher Mauren.

Setelah pembukaan, sambutan dari para guru, lalu penutupan MOS, sampailah pada akhir acara malam ini.

"Biasa aja. Palingan juga dikerjain lagi kek kemaren-kemaren." balas Mauren datar.

"Euh. Lo mah sama apa-apa juga biasa aja. Yang gak biasa apa? Nathan?" balas Jessie kesal.

Mauren mendengus dengan melirik Jessie malas.

"Btw, Vasco mana yah. Kok gak keliatan sih." tanya Jessie sambil mengedarkan pandang ke seluruh lapangan.

"Tauk." balas Mauren dengan mengangkat bahunya cuek.

Beberapa saat kemudian, Maura yang sudah berada di panggung, menyapa mereka semua.

"Oke malam hari ini kita bakal seru-seruan bareng. Setuju kan guys?"

"..."

"Kalian pasti penasaran kan kenapa kemarin kita suruh kalian buat surat dengan lagu cinta?"

"..."

"Oke jadi gini guys. Kita bakal pilih salah satu surat yang kalian kepada panitia yang paling banyak dapar surat. Dan yang terpilih, harus nyanyi lagu yang udah ditulis, dipanggung ini sama panitia yang kalian kasih surat."

"..."

"Dari panitia cowok dan panitia cewek pastinya. Dan kita udah hitung siapa yang paling banyak dapet surat cinta. Hasilnya adalah... Ada di amplop yang gue bawa." kata Maura sambil menunjukkan amplop kecil di tangan kanannya.

"Gue buka ya?" Maura lalu membuka amplop tersebut perlahan, "Coba tebak siapa menurut kalian."

"Vasco..."

"Nathan...."

"Maura, Vasco."

"Seratus persen gue yakin itu Vasco." kata Jessie dengan percaya diri.

"Bisa aja Nathan." sahut Mauren tak mau kalah.

"Jadi... Panitia yang dapet surat paling banyak adalah..." kata Maura dengan membuka kertas lipat.

"Adalah... Wow." lanjut Maura sambil menutup mulutnya terkejut.

"Siapa kak?"

"Kak siapa buruan?"

"Kasih tau kak cepetan kak!"

"Untuk yang cowok adalah Vasco. Dan ceweknya, gue." kata Maura dengan malu-malu.

"Udah gue tebak." kata Jessie malas lalu melirik Mauren.

Mauren juga membalas dengan lirikan yang sama.

Maura lalu menutup kertas dan menoleh ke belakang, "Buat Mas Vasco Mercher, di mohon naik ke panggung sekarang."

Vasco lalu menuju ke atas panggung dengan langkah malas. Sampai diatas panggung ia berdiri disebelah Maura, menundukkan kepala sejenak untuk menyapa dan menimbulkan histeria para gadis.

"Keren banget Mauren. Serius lo gak tertarik sama dia?" kata Jessie sambil menautkan kedua tangannya kagum.

"Biasa aja." Balas Mauren dingin.

Dua orang panitia lain lalu membawa kotak tempat pengumpulan surat cinta kemarin dan diletakkan didepan Vasco dan Maura.

"Jadi, aku sama Vasco bakal acak dulu buat milih salah satu dari surat kalian. Dan siapapun suratnya yang terpilih harus maju ke atas panggung. Dan nyanyi buat kita. Setuju?" kata Maura dengan antusias. Sedangkan Vasco, ia langsung meraih gitar yang ada diatas kursi, lalu menarik kursi disisi panggung dan ia letakkan ditengah.

"Setuju!!"

"Setuju banget kak!"

Selanjutnya Maura dan Vasco berdiskusi tentang siapa yang akan memilih terlebih dahulu. Terlihat Vasco mengayunkan tangan untuk mempersilahkan Maura memilih terlebih dulu.

"Oke, gue bakal pilih dulu. Baru nanti Vasco, ya?" kata Maura lalu memasukkan tangannya ke kotak, mengacak isinya sebentar dan menarik satu surat.

"Dan... Yang bakal nemenin gue nyanyi kali ini adalah... Rino Pranata, lagunya One Direction, What Makes You Beautiful."

Riuh pun bersorakan, beberapa saat kemudian seorang yang bernama Rino, naik ke atas panggung. Tidak buruk, kulitnya putih dan tinggi dengan hidung mancung.

"Cakep juga, Ren." kata Jessie kepada Mauren.

"Lo mah semuanya juga cakep, Jess." cibir Mauren melirik Jessie dengan senyum meledek.

Ternyata Rino bisa memaikan gitar lagu itu, dan ia pun bernyanyi bersama Maura. Rino mengiringi dengan gitar, mereka berdiri dan bernyanyi bersama. Vasco masih duduk di kursinya tadi, ikut mengiringi dengan gitarnya.

Mereka semua terlarut dan bernyanyi bersama termasuk Mauren juga Jessie. Tanpa sadar ikut berjingkrak dari barisan mereka.

Setelah selesai mereka menyanyi, sekarang giliran Vasco menentukan keberuntungan gadis-gadis yang mengiriminya surat cinta.

"Ayo, Vasco cepetan. Mereka udah gak sabar tuh." kata Maura dengan berdiri tepat disebelah Vasco duduk dan menyandarkan sebelah sikunya dibahu Vasco.

Vasco mengacak isi kotak dan mengambil salah satu surat dari yang paling bawah.

"Ren, gue deg-degan banget." kata Jessie sambil memegangi dadanya gugup.

"Semoga Jessie, Ya Tuhan!" balas Mauren dengan menengadahkan kepalanya lalu menoleh Jessie, "Tuh, udah gue doain."

Vasco lalu menarik amplop itu, membaliknya perlahan untuk melihat siapa penulisnya. Selanjutnya ia mengambil microphone didepannya dan membacakan nama penulis dengan tenang, perlahan dan jelas.

"Mauren Angela."

mine | sudah terbitWhere stories live. Discover now