30. Your Pain

30.4K 2.1K 42
                                    

Setelah pertemuan itu atau lebih tepatnya mereka hanya berpas-pasan sejenak. Carly mulai kembali mempersibuk dirinya sendiri dengan beberapa berkas perkara lain yang sebenarnya bisa diselesaikannya setelah perkara Serena selesai.

Ia hanya butuh pengalihan untuk melupakan semua bayangan wajah David yang penuh dengan kehampaan, kesakitan dan bahkan rasa rindu. Tidak! Carly merasa ia mulai memikirkan pria itu lagi.

Serena sudah tiba di Boston lusa kemarin dan Carly menawarkan rumahnya untuk ditinggalinya sementara selama proses hak asuh Tyler. Meski awalnya gadis itu menolak karena tidak ingin membuat repot orang lain tentang hidupnya, namun Carly meyakinkan Serena jika ia tidak membuatnya repot. Bahkan akan memudahkan mereka untuk berdiskusi tentang proses pengadilan ini. Lagi pula ia hanya tinggal berdua dengan ayahnya.

Kini keduanya tengah bersantai di balkon kecil dalam kamar Carly, mereka masih berdiskusi tentang proses pengadilan yang akan berlangsung kedepannya.

"entah mengapa, aku merasa ini akan semakin sulit...kau tahu Carly, pria itu sangat ambisius" Serena mendesah pelan namun terdengar putus asa.

Carly tahu setelah pengadilan di New York yang tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Adam MacKensie, kadar rasa percaya diri Serena sedikit memudar. Dan Carly juga sangat tahu bagaimana sifat Adam sebenarnya. Pria itu harus mendapatkan apapun yang menjadi keinginannya.

"apapun keputusan akhirnya...setidaknya kita sudah berjuang, aku dan Liam berjanji akan mengusahakan apapun agar kau bisa bertemu dengan Tyler" Carly menepuk pelan bahu Serena agar lebih bersemangat.

"terima kasih"ucap Serena dengan tulus dan Carly hanya bisa mengangguk pelan sambil tersenyum.

Sejenak, keheningan mengisi malam yang semakin larut. Dan Serena yang masih enggan untuk kembali ke kamar tidur tamu, membuat Carly memiliki kesempatan untuk bertanya lebih tentang hubungan Serena dan Adam.

"aku dulu adalah mantan kekasihnya "jawab Serena saat Carly bertanya apakah gadis itu dulu akrab dengan Adam setelah kakak mereka menikah satu sama lain?.

Carly berjengit pelan, begitu terkejut dengan jawaban gadis itu padahal Carly tidak bertanya tentang status hubungan keduanya dimasa lalu. Oh astaga Carly merasa bingung bagaimana harus bersikap.

"dia seniorku di Universitas, aku masuk universitas terlalu cepat dari usiaku. Saat itu aku baru 16 tahun begitu polos dan lugu, dan Adam adalah satu-satunya senior yang mau mendekatiku... Kemudian setelah beberapa bulan kami menjadi terlalu dekat satu sama lain dan kami akhirnya menjadi sepasang kekasih. Kau tidak akan pernah membayangkan bagaimana awalnya aku yang selalu menghindarinya namun dengan bodohnya luluh" Serena masih tetap meluruskan pandangannya, seakan apa yang ada di hadapannya adalah proyektor film yang memutar kisahnya dengan Adam.

"Lalu saat tahun terakhir ku di universitas, kakakku menemuiku dan mengatakan jika ia akan menikah. Awalnya aku begitu bahagia akhirnya kakakku tidak akan sendiri lagi, namun semuanya menjadi bencana untuk hubunganku dengan Adam saat ia mengatakan jika pria yang akan menikahinya adalah Peter MacKensie... dan setelah semua yang terjadi, aku menyadari satu hal jika aku dan kakakku tak lebih sebagai permen karet. Mereka mendapatkan manisnya diawal dan membuangnya diakhir"

"Do you still love him?"tanya Carly tiba-tiba setelah sepenggal cerita yang Serena hantarkan.

"No...I hate him"ucap Serena dengan tegas. Namun Carly melihat berjuta kesakitan yang ada di mata Serena.

Serena merasa yakin jika ia membenci makhluk bernama Adam MacKensie- pria yang menjadi cinta pertamanya, pria yang dulu dianggap segalanya. Pernah ia merasa bersalah dan terluka karena memutuskan hubungannya dengan Adam sebelum pernikahan Belinda-kakaknya. Namun setelah ia tahu kenyataan jika dirinya hanya sebagai taruhan Adam dengan teman-temannya, Serena merasa jika Adam tidak ada bedanya dengan Peter yang menikahi kakaknya kemudian membuangnya seperti sampah.

Can't Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang