Chapter 20

15.4K 1.1K 86
                                    

[20] She Ignoring Me?

Reyhan Aldi: Zel, dimana?

Hazel mengerutkan keningnya ketika mendapati chat LINE dari Reyhan. Sudah beberapa hari ini ia memang tidak masuk sekolah karena harus menemani Angel yang ingin pulang ke Bandung—berziarah ke makam orang tua dan saudaranya. Hal itu juga dimanfaatkan oleh Hazel untuk mengajak gadisnya berlibur, menghilangkan atmosfir canggung yang kemarin terbentuk karena satu hal yang membuat Hazel sendiri kesal.

Hazel kembali mengingat pesan yang Reyhan kirim. Ia memilih untuk tidak membalas pesan pemuda tersebut dan meneruskan bersiap-siapnya. Hari ini ia akan masuk sekolah—tanpa Angel, karena gadis itu masih berada di Bandung bersama dengan bundanya. Hazel membiarkan gadisnya berada di tempat di mana gadis itu lahir, hal itu akan membuat Angel senang, pastinya.

Setelah seleai merapihkan seluruh barang yang diperlukan dirinya, Hazel segera keluar dari dalam kamarnya—meraih kunci mobilnya, Hazel dengan cepat turun ke lantai satu. Ia masuk ke dalam mobilnya yang sudah dipanasi tadi. Menstater mobilnya, Hazel melajukan mobilnya keluar dari perkarangan rumah menuju sekolahnya.

Jarak yang dekat dari rumahnya menuju ke sekolahnya membuat Hazel cepat sampai di sekolah. Hazel segera memarkirkan mobilnya dan keluar dari dalam mobil dengan wajah yang terlihat begitu datar. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat seorang gadis juga turun dari salah satu mobil Audi yang berhenti tepat di hadapannya. Tidak perlu melihat wajah gadis itu untuk mengetahui siapa dirinya. Karena Hazel sudah mengetahui siapa gadis dengan rambut cokelat terang.

"Dek!" panggilan itu membuat gadis yang tadinya ingin melangkah pergi berhenti. Gadis itu berbalik, memberikan wajah bingung yang terlihat begitu manis di mata Hazel.

"Shit," Hazel mengumpat pelan ketika memikirkan hal tersebut.

"Aku pulang sendiri aja nanti, ya. Aku nggak tau pulang jam berapa nanti karena aku mau ke Mall temenin Ify," ucap Anggita yang masih bisa didengar jelas oleh Hazel.

"Jangan pulang kemaleman," ucap Agatha dari dalam mobil.

Anggita hanya menganggukkan kepalanya dan pergi meninggalkan Agatha yang hanya berdiam diri memperhatikan adiknya melangkah masuk menuju gedung sekolah. Hazel yang melihat Anggita mulai melangkah masuk pun ikut melangkahkan kakinya

"Hazel!" seruan itu langsung terdengar ketika Hazel masuk ke dalam kelasnya.

"Akhirnyaaaaa, lo masuk juga," ucap Vano sembari memberikan cengirannya. Ia berjalan mendekat kepada Hazel dan merangkul pemuda itu.

"Gue perasaan pergi juga nggak lama," ucap Hazel sembari menggelengkan kepalanya. Ia berjalan menuju bangkunya dan melirik Reyhan yang sedang menunduk dan memainkan ponselnya—wajah pemuda itu terlihat begitu serius.

"Rey," panggilnya pelan.

Reyhan mendongak, memberikan cengirannya. Hal ini sungguh membuat Hazel sedikit bingung. Beberapa lama ini teman-temannya selalu bersikap canggung dengan dirinya, namun sekarang mereka sudah berubah seperti biasa tanpa ada lagi rasa canggung. Bahkan, cengiran bodoh mereka pun sudah kembali terpampang di wajah mereka.

"Kenapa nggak bales chat gue?" tanya Reyhan sembari berdiri dari bangkunya dan duduk di bangku Hazel.

Hazel menggedikkan bahunya. "Biasa, lagi siap-siap jadinya gue nggak sempet," katanya sembari meletakkan tasnya dan duduk di sebelah Reyhan.

"Kantin yuk, lapeerrr," sambung Bimo sembari bangkit dari tempat duduknya.

"Yuk," ucap Hazel yang juga ikut bangkit dari duduknya. Reyhan dan Vano hanya menganggukkan kepala. Keduanya berjalan keluar kelas mengikuti Hazel dan Bimo yang sudah berjalan keluar terlebih dahulu.

"Nanti sore mau basket nggak?" tanya Reyhan, melirik ketiga temannya yang terlihat sedang berpikir.

Hazel menggedikkan bahunya. "Santai sih, basket aja kalo emang mau. Lagian gue juga nggak ada urusan apa-apa," katanya sembari memasukkan ponselnya yang tadi ia genggam ke dalam saku celananya.

"Lho? Emang Angel ke mana? Lo nggak nemenin dia gitu?" tanya Vano yang dijawab cengiran oleh Hazel.

"Angel ada di Bandung sama Nyokap," jawabnya tenang.

Reyhan mengangkat sebelah alis matanya. "Tumben banget dia nggak sama lo. kemarin aja dia sama lo udah kayak amplop sama perangko, nempel teruusss," ejeknya dengan cengiran miring. Hazel yang mendengar itu tertawa. Ia sendiri memang merasakan hal yang sama. Merasa jika dirinya dan Angel tidak pernah terpisah selama berada di sekolah atau pun di rumah.

"Nggak selamanya gue terus-terusan sama dia, 'kan?" tanya Hazel dengan senyuman miringnya. Reyhan tertawa, mengangguk pelan sebelum akhirnya merangkul Hazel.

"Gue juga butuh waktu buat kumpul sama temen-temen gue lah," ucap Hazel yang disetujui ketiga temannya.

Well, setidaknya sekarang hubungan mereka sudah membaik. Tidak ada lagi hal yang canggung seperti kemarin. Hazel juga sudah kembali bersikap biasa, tidak terlalu mempedulikan gadisnya yang dulu memang selalu menjadi prioritasnya.

"Oke, jadi nanti sore beneran basket, ya?" tanya Reyhan lagi.

"Yup," jawab Hazel pelan.

Keempatnya pun kembali terdiam, membiarkan suasana yang mereka rindukan kembali melingkupi mereka. Suasana yang walaupun mereka terdiam, tidak mengatakan apapun, mereka tidak merasa canggung dan bingung. Suasana di mana mereka merasa nyaman dengan keterdiaman mereka.

"Reyhan!"

Teriakkan itu membuat langkah Reyhan berhenti. Pemuda itu pun berbalik menggunakan tumitnya, menatap bingung pada Anggita yang sedang berlari ke arahnya. Gadis itu terlihat pucat, panik dan tidak tenang. Reyhan mampu mengenali wajah panik Anggita setelah beberapa kali melihat Anggita kaget atau melihat sesuatu yang tidak disukainya.

"Kenapa, Git?" tanya Reyhan setelah Anggita berada di hadapannya.

Anggita menunduk, memegangi perutnya yang terasa kram. Nafasnya yang tersenggal membuat wajahnya yang tadinya pucat berubah memerah dalam seketika. Anggita mendongak, menatap lurus pada Reyhan yang sudah memberikan tatapan khawatir kepada dirinya.

"Ify..." Anggita menggumam lirih, namun masih mampu didengar oleh Reyhan yang berada dekat dengan dirinya.

"Kenapa—"

"Kenapa sama temen lo?" Hazel memotong ucapannya secara tiba-tiba. Membuat Reyhan dan kedua temannya melirik pada dirinya. Namun, tidak pada Anggita yang justru masih tetap memandang lurus pada Reyhan, tidak mempedulikan Hazel sama sekali.

"Tolongin aku, Rey," ucap Anggita tidak menjawab pertanyaan Hazel. Gadis itu benar-benar mengabaikan Hazel yang masih menatapnya lurus. Anggita seperti buta akan kehadiran hazel yang jelas-jelas berada di hadapannya.

"Oke, oke, gue tolongin. Dia di mana sekarang?" tanya Reyhan pada akhirnya.

"Ikut aku," ucap Anggita sebelum akhirnya berbalik dan berjalan dengan cepat meninggalkan mereka. Reyhan yang memang dimintai bantuan pun segera beranjak, mengikuti langkah gadis itu.

"Kalian duluan aja!" teriak Reyhan sebelum akhirnya hilang dibalik tikungan koridor.

Bimo menepuk bahu Hazel. "Yuk, kita duluan aja," katanya sembari berjalan merangkul Hazel yang hanya bisa mengikuti langkah pemuda itu.

Hazel hanya bisa terdiam, sibuk dengan pikirannya yang tiba-tiba penuh dengan berbagai macam kemungkinan buruk. Tidak tahu mengapa pikirannya memikirkan hal seperti ini, tapi Hazel yakin jika ada sesuatu yang tidak disukai oleh hatinya. Hazel tahu jika ada sesuatu yang mengganjal hatinya.

Hazel tahu, jika hatinya tidak menyukai sikap tidak acuh yang Anggita berikan kepada dirinya. Tapi, hatinya juga tahu jika ia tidak akan bisa memprotes sikap tersebut.

TBC!

Give me a lot of VOTES and COMMENT, guys! thanksss:)

CHANGED [New Version]Where stories live. Discover now