Bab III Melintas Masa

7.7K 623 11
                                    

Sebagian besar dari pengetahuan sejarah tentang penjajahan Belanda saya dapatkan dan disalin dari buku berjudul Rahasia Meede, Misteri Harta Karun VOC karangan E.S. Ito terbitan Mizan tahun 2007.


-


Bab III
Melintas Masa



Dua hari lalu

Mata kuliah Politik Luar Negerinya belum selesai siang itu ketika kakak laki-lakinya meneleponnya. Eyang putri pingsan dan di bawa ke rumah sakit. Ia buru-buru meminta ijin kepada dosennya untuk meninggalkan kuliah siang itu. Setelah mendapatkan persetujuan dosennya, ia bergegas menuju mobilnya lalu segera pergi ke rumah sakit Cipto Mangunkusumo. Sepanjang perjalanan ia terus mengkhawatirkan keadaan eyang putrinya itu. Sepengetahuannya, eyang putrinya itu tak pernah sakit apapun. Tapi mengapa sekarang ia mendapat kabar bahwa eyangnya pingsan?

'Apakah ini hanya persekongkolah ayah dengan eyang untuk tetap memaksaku untuk menemui keturunan Belanda itu?'

Ia menghilangkan pemikirannya itu lantas memacu mobilnya menuju RSCM. Ternyata kakaknya tak bohong. Sesampainya di sana, eyang putrinya tengah berbaring lemas di tempat tidur. Sebotol infus menggantung di sisi kiri tempat tidur. Punggung tangan kiri eyangnya tertusuk jarum infus, menyalurkan cairan makannan. Ketika ia masuk, keluarganya menatapnya.

Ia masuk ke dalam ruangan pelan-pelan, sedikit takut. Keluarganya memberikan ruangan bagi eyang putri untuk menatap cucu perempuan kesayangannya itu.

"Eyang?" panggilnya ketika ia sampai di sisi tempat tidur.

Eyang putrinya hanya tersenyum sambil menatapnya. Tangan kanannya membelai kepala cucunya itu.

"Eyang putri kenapa sakit?"

"Eyang hanya lelah, Sasi."

"Tapi, eyang tak pernah pingsan sebelumnya?!"

Eyangnya hanya tersenyum sambil terus mengusap kepalanya.

"Sas, kamu belum makan, nak? Mukamu pucat." Ujar ibunya sambil menyentuh pundah Sasi. Sasi mendongak menatap ibunya. Ia menggeleng. Ibunya tersenyum lembut.

"Kamu makan dulu ya? Biar ditemani kakak." Ujarnya kepada putrinya itu.

"Tapi..." ia hendak menyangkal. Tapi kakak laki-lakinya segera menggandengnya dan menariknya pergi.

"Sasi, kali ini eyang boleh minta tolong?" tanya eyang putrinya, membuatnya menoleh.

"Apa, eyang?"

"Kau mau kan, menemui cucu teman eyang itu?"

Sasi menatap keluarganya yang ada di ruangan itu. Semua orang memberikannya anggukan kecil. Ia menyerah.

"Baiklah, aku akan menemuinya. Apapun agar eyang putri cepat sembuh."

Eyangnya tersenyum puas.


Eyang putrinya masih ada di rumah sakit sejak dua hari lalu. Tapi sore nanti rencananya akan dibawa pulang ke rumah karena keadaan eyangnya sudah membaik. Kali itu ia harus memenuhi janjinya untuk pergi ke kawasan Kota Tua, padahal ia telah menunda-nunda untuk memenuhi janji itu. Tetapi eyangnya terus menanyakan perkembangannya. Mau tak mau, ia harus pergi ke Kota Tua untuk memenuhi janjinya itu. Petunjuknya adalah dia orang Belanda.

'God, bagaimana aku harus menemukan cucu yang dimaksud eyang di antara semua orang Belanda yang datang ke sini?' pikir sasi ketika ia melihat begitu banyak orang asing yang berada di depan museum Fatahillah. Belum lagi orang asing lainnya yang tersebar di kawasan Kota Tua.

MELINTAS MASA [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang