Daylight World

1.5K 55 0
                                    

Di hari pertamaku menjadi manusia setengah vampire, aku membunuh tiga orang manusia sekaligus. Aku tak bisa mengendalikan diriku sendiri. Aku benar-benar sangat lapar dan membutuhkan darah.

"Bagaimana bisa aku menjadi manusia setengah vampire Dad?" tanyaku setelah 'makan'.

"Mom mu itu masih menjadi manusia saat menikah dengan Dad"

"Jadi Mom itu manusia dan menikah dengan Dad yang seorang vampire?"

"Benar sekali Just"

"Lalu bagaimana Mom bisa menjadi vampire?"

"Dad mengubahnya setelah Mom melahirkanmu. Mom sekarat karena kau hampir saja merobek perutnya"

"Masa aku merobek perut Mom?" tanyaku tak percaya.

"Selama di dalam kandungan, sifat vampire mu sangat dominan. Kau menendang-nendang perut Mom hingga perutnya lebam-lebam dan tulang rusuknya patah. Kau juga menghisap darahnya. Membuat Mom harus meminum darah setiap hari. Tapi Dad tak menyangka setelah kau lahir, sifat vampire mu sama sekali tidak muncul. Dan baru muncul sekarang ini. Setelah kau berumur 17 tahun" jelas Dad panjang lebar.

"Aku benar-benar merasa berdosa. Mom pasti sangat menderita saat mengandungku"

"Kau tidak boleh bicara seperti itu. Mom malah sangat bahagia punya anak sebaik dan setampan kau"

"Aku rindu sekali pada Mom, Dad" lirihku.

"Dad juga"

Tiba-tiba aku teringat kembali kejadian mengerikan 12 tahun silam. Kejadian dimana Mom dibunuh dengan teramat sadis oleh seekor werewolf. Rasanya ingin sekali aku membunuh werewolf yang telah menewaskan Mom. Entah apa yang ada dalam pikiranku, aku berlari menelusuri hutan. Kubunuh setiap serigala yang ku temui, walaupun dia hanya serigala biasa bukan werewolf. Kucabik-cabik tubuh serigala-serigala itu, kutarik kepalanya hingga terpisah dari tubuhnya, kukuliti tubuhnya, lalu ku lemparkan ke sembarang tempat dan kutinggalkan begitu saja. Apakah menurutmu aku terlalu sadis?

flashback off

***

"Apa yang kau pikirkan Just?" tanya Marie membuyarkan lamunanku.

"Mom" jawabku singkat.

"Apa aku boleh jujur tentang sesuatu?" tanyaku.

"Tentu. Sudah seharusnya kau jujur"

"Tapi kau harus berjanji tidak akan mengatakan ini pada siapapun"

"Aku orang yang bisa dipercaya. Aku ini kan sahabatmu" jawab Marie sambil tersenyum. Senyumnya selalu bisa menyejukkan hatiku.

"Sebenarnya aku berbohong saat kau bertanya apa makan malamku tadi enak? Sebenarnya aku tidak meminum darah gadis kecil itu. Aku melepaskannya"

Marie terkejut mendengar penjelasanku. Tapi sesaat kemudian ia kembali tenang dan menyunggingkan senyum manisnya lagi.

"Sudah satu tahun terakhir ini aku tak pernah membunuh manusia lagi. Aku mencoba menjadi vampire vegetarian yang hanya meminum darah hewan" jelasku.

"Kau hebat. Aku pernah mencoba menjadi vampire vegetarian tapi tak bisa. Besoknya aku kembali meminum darah manusia. Hanya satu hari aku pernah hanya meminum darah hewan. Haha" ia sedikit tertawa. Tawanya merdu bergemerincing.

"Sepertinya aku butuh tidur. Aku mengantuk. Bye Marie"

"Bye. Semoga mimpi indah"

Aku berjalan menuju kamarku. Karena aku bukan vampire seutuhnya, aku masih butuh tidur. Memang tak sesering manusia biasa. Aku hanya tidur sekali seminggu atau bahkan sekali sebulan.

Sesaat kutatap diriku di cermin kamarku. Aku masih tetap seperti remaja berusia 17 tahun walaupun usiaku sudah hampir 500 tahun. Wajahku sedikit pucat walaupun tak sepucat vampire murni dan tubuhku sedikit dingin. Aku juga masih mempunyai detak jantung dan aliran darah yang tak dimiliki oleh vampire murni.

***

8 tahun kemudian

Atlanta, Georgia

Saturday, October 15, 2011

06:00 AM

Aku kembali terpaku pada makhluk tak berdaya di tanganku. Aku menyesal. Aku tak bermaksud membunuhnya. Aku akan membunuh sesuatu yang lebih besar dari pada kelinci kalau aku tahu akan selapar ini. Tapi, tentu saja inilah hal yang sangat menakutkan bagiku. Aku tak pernah tahu seberapa kuat rasa lapar itu atau apa yang harus kulakukan untuk memuaskannya. Masih untung kali ini aku hanya membunuh seekor kelinci.

Aku berdiri di bawah pohon ek purba. Sinar matahari menerobos celah dedaunan, menyinari rambut blondeku. Dalam balutan celana jins dan kaus berleher V, aku benar-benar tampak normal seperti siswa menengah atas lainnya. Padahal tidak. Jauh di dalam hutan, tempat tak ada seorangpun yang akan melihatku, aku datang untuk mencari mangsa. Sekarang aku membersihkan gusi dan bibirku dengan seksama, memastikan tidak ada noda merah yang tertinggal di sana. Penyamaran ini sudah cukup sulit. 

Sejenak aku bertanya-tanya lagi, apakah sebaiknya aku menyerah saja? Mungkin sebaiknya aku kembali ke Rumania, kembali ke tempat persembunyianku. Bagaimana bisa aku terpikir untuk kembali ke dunia siang? 

Tapi aku lelah hidup dalam dunia bayang-bayang. Aku lelah dengan kegelapan dan semua yang hidup di dalamnya. Di atas semuanya aku lelah terus sendirian. Aku tidak tahu pasti mengapa aku memilih Atlanta, Georgia.

Aku tidak akan pernah bisa diterima sepenuhnya, tentu saja. Selengkung senyum getir di bibirku saat memikirkan hal ini. Aku mengetahuinya dengan baik, tidak akan pernah ada tempat aku bisa benar-benar utuh, tempat aku benar-benar menjadi diriku yang sesungguhnya. Kecuali jika aku kembali ke dalam bayang-bayang yang....

Aku menepis pikiran itu jauh-jauh. Aku akan meninggalkan bayang-bayang yang di belakangku. Aku akan menghapus tahun-tahun yang telah berlalu itu dan mulai sesuatu yang baru, hari ini.

Aku tersadar bahwa aku masih menggenggam kelinci ini. Dengan lembut, aku membaringkannya di atas tumpukan dedaunan ek berwarna coklat.

 Jauh di sana, terlalu jauh untuk bisa ditangkap pendengaran manusia biasa, aku mengenali suara lolongan rubah. 'Datanglah wahai saudara sesama pemburu, sarapanmu telah menanti' pikirku sedih. Ku sampirkan jaketku di bahu dan bergerak nyaris tanpa suara melintasi dedaunan mati dan ranting-ranting kering. Aku terus menuju batas hutan. Mobilku di parkir di sana. Aku tak ingin terlambat tiba di sekolah menengah.

nb: di bagian akhir ini aku ngutip dari vampire diaries soalnya dulu waktu bikin part ini, otakku lagi buntu eh malah pada demo minta dilanjut. dulu dipost di akun facebookku.

SHADOWWhere stories live. Discover now