Cassanova - Chapter 8

1.3K 24 5
                                    

CASSANOVA

Vreya POV

“Dinner..” gumamku sambil melongo dengan bloonnya di meja belajarku. “Dia yang sarap, atau emang kupingku yang rada salah ya?”, masih terngiang dengan jelas kata-kata Kevin tadi siang di kantin, berasa bisikan setan yang menggaung tiap saat. Untuk membuktikannya aku mencoba mencubit tanganku, jika sakit berarti ini beneran terjadi, kalau tidak sakit berarti emang mimpi tingkat tinggi. Dan setelah di cubit jawabannya adalah.. “Aww sakit!” aku meringis sendiri karena kesakitan atas cubitanku sendiri. “Hehehe.. nggak mimpi.” Kekehku dengan lebar. “Uyeaaahhh dinner!! Uwaaa!!” teriakku girang sambil menjatuhkan diriku di atas kasur empukku dan berguling-guling ria dengan tidak jelas.

Blaakkk!! Tiba-tiba pintu kamarku terbuka lebar, “Heh berisik!” omel Raka.

“Apaan sih! Bawel!” jawabku salting dan bersembunyi di balik selimut. “Emang kedengeran apa sampe kamar lo? Nggak kan?” ujar ku manyun dan berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Heh, gue nggak bakal nyamperin lo kalo lo nggak berisik. Huuu!” kata Raka sambil melempar boneka yang ada di dekat pintu ke arahku. “Bangun sana, dipanggil Papa tuh.” Lanjut Raka.

Aku membuka selimutku dengan heran, “Papa? Ngapain?” tanyaku heran.

“Ya makan lah, ini udah jam berapa?”

“Hh.. iya iya.. bentar.”

Dengan malas aku bangkit dari kasurku dan mengikuti Raka untuk turun ke bawah memenuhi panggilan Papa untuk makan malam. Terlihat di meja makan sudah tertata rapi masakan Bi Nah yang menggoda iman. Dengan semangat aku menempati kursiku untuk menikmati makan malam.

“Gimana, udah ada pengumuman Vey?” Papa memulai pembicaraan memecah keheningan makan malam.

“Pengumuman apa Pa?” tanyaku bingung.

“Universitas.”

“Ooh.. belum sih Pa, tapi kalau yang PTN tinggal tes aja sih abis UAN.” Jawabku datar. Mengingat aku tidak di terima di Jalur Undangan, sehingga terpaksa aku mengikuti SNMPTN untuk bisa lolos ke PTN (Perguruan Tinggi Negeri). Dan sedihnya hanya aku yang tidak di terima di antara kami berlima, SEDIH.

“Ya sudah, kamu fokus aja nggak usah di jadikan beban. Nikmati apa yang mau kamu pelajari asal kamu bisa fokus dan bisa mempertanggung jawabkan.” Pesan Papa padaku.

“Iya Pa.” Aku beruntung memiliki orang tua seperti Mama dan Papa yang tidak terlalu kolot dengan urusan pendidikan yang harus perfect, karena mereka tahu masing-masing anak memiliki kelebihan, kekurangan dan minat masing-masing. Asalkan bisa mempertanggungjawabkan kepercayaan yang mereka berikan padaku dan Raka, tentu mereka mensupport kami dengan penuh.

“Oh iya, UAN kamu bulan apa?” Tanya Mama

“Hm.. April tanggal 22.”

“Terus habis itu ada kegiatan apa lagi?” Tanya Mama lagi.

“Hm.. udah sih abis itu nunggu sampe pengumuman UAN, soalnya UAS sama Ujian Praktek sebulan sebelumnya.”

Mama hanya mengangguk-angguk seperti berfikir sesuatu, begitu pula dengan Papa.

“2 minggu lagi Papa sama Mama mau ke Belanda, ada pertemuan keluarga di sana.”

“Pertemuan keluarga?” Raka akhirnya membuka mulut.

“Iya, untuk pembacaan wasiat Opa jadi kita harus hadir sebagai perwakilan.”

“Ha? Jadi Vreya UAS siapa yang bantuin dong? Masak sendirian sih??”

“Ada Raka.”

Uhuk! “Apa??” Mata Raka terbelalak ketika di daulat Mama menjadi ‘Baby Sitter’.

“Lagian Mama sama Papa nggak lama di sana, 5 hari aja kok.” Ujar Papa.

Raka terlihat lebih manyun dari ku melihat ia harus stand by di rumah, tidak bisa sembarangan di luar selama aku ujian.

CASSANOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang