7 Memaksa

436 83 5
                                    

Di balik kabut pagi yang menyelimuti kota dengan dinginnya, Archer berdiri tegak di dekat jendela kamar mewahnya. Cahaya redup matahari pagi meresap pelan-pelan melalui kabut, menciptakan suasana yang hampir seperti dongeng. Matanya terpesona, memandang keindahan yang baru saja muncul dan mengubah seluruh pemandangan hatinya. Itu semua berkat kehadiran Riley, wanita yang kini menghiasi hari-harinya dengan kehangatan dan cahaya.

Riley, dengan pesonanya yang menyerupai sinar matahari, telah berhasil menggantikan kegelapan yang ditinggalkan oleh Aurora, cinta lamanya. Dia bukan hanya mengisi kekosongan, tapi juga membawa keceriaan yang baru. Setiap senyuman Riley seolah menjadi sinar kecil yang menerangi jalan Archer di tengah kegelapan yang sempat menyelimutinya.

Rembulan yang dulunya bersinar sendiri di langit Archer kini telah ditemani oleh Riley, bintang yang bercahaya dengan keanggunan dan kehangatan. Tiap tawa ringan Riley seperti melodi yang memperlambat detak jantung Archer, memberi kesempatan bagi keduanya untuk menikmati setiap detik yang mereka habiskan bersama.

Tiap sentuhan dari Riley bagaikan gelombang yang mengalirkan kedamaian ke dalam hati. Seperti menyelam ke dalam samudra kedamaian yang tak pernah ia temui sebelumnya, Archer merasa beruntung telah menemukan keajaiban ini. Setiap detik yang dilewatkannya dengan Riley menjadi kenangan yang tak terlupakan, mengukir cerita cinta yang penuh makna.

"Oh Shit!!!!"

Archer menggeleng pelan, mengusir kata-kata puitis yang tanpa sadar telah tersusun rapi di benaknya saat melihat Riley terlelap. Desahan frustasi melintas di bibirnya, saat mengingat bayangan-bayangan halusinasi yang begitu menawan. 

Maka dari itu, untuk menjauhkan diri dari imajinasinya yang liar, ia memutuskan untuk menciptakan kenyataan yang berbeda, sebuah kenyataan yang lebih sederhana dan jauh dari narasi-narasi romantis yang menghantui pikirannya.

Byurrr!!!! Suara air yang menyiram tubuh Riley menggema di seluruh ruangan, memecah keheningan yang tadinya menemani suasana. Riley, yang terkejut, merintih pelan dan matanya yang lembut terbuka perlahan, memandang Archer dengan raut heran yang tak terlukiskan.

Wajah Riley yang sedikit basah dan rambutnya yang terguyur air memberikan kesan yang sama sekali berbeda, namun tak kalah menawan. Dengan mata yang masih setengah tertutup oleh kantuk, ia tampak seperti malaikat yang baru terbangun dari tidurnya. Archer menatapnya dengan penuh kekaguman, merasa beruntung bisa melihat keindahan alami Riley tanpa embel-embel imajinasi.

Apa-apaan ini? Kenapa ia memuji penguntit bodoh itu? Archer semakin frustasi dengan isi kepalanya sendiri. Sepertinya ia semakin tidak bisa mengendalikan diri. Membedakan mana imajinasi, halusinasi, dan realitas yangada.

"Archer---"

"Bangun, ganti bajumu, makan, dan pergilah dari rumahku!" Desis Archer dengan nada tegas, wajahnya tampak serius.

"Tap---"

"Enyahlah!" Archer menariknya dengan kasar, berencana untuk mengusir Riley dari rumahnya. Namun, saat kulit mereka bersentuhan, Archer merasa ada sesuatu yang tidak beres. Tubuh Riley terasa sangat panas, membuat Archer merasa khawatir.

"Apa dia sakit?" Gumam Archer dalam hati, matanya memeriksa wajah Riley yang tampak pucat.

Kini Archer teringat tentang malam sebelumnya. Riley berendam bersamanya di bak mandi selama berjam-jam. Seharusnya itu bukan salahnya karena Riley yang menyusup di saat Archer tidak dalam keadaan sadar. Riley mungkin mengalami demam karena itu.

"Kepalaku pusing---" Riley memijit pelipisnya.

"Ayo, mandilah dan ganti bajumu. Aku akan membuatkanmu makanan hangat," kata Archer dengan suara lembut, tangannya meraih lengan Riley dengan penuh kehati-hatian saat ia memapahnya menuju kamar mandi.

Pretty Stalker (On Going)Where stories live. Discover now