6 Melawan

430 80 7
                                    

6 Melawan

"Kamu harus bangun Archer! Kamu harus bangun! Dunia tidak hanya tentang fiksi, kontrol dirimu! Tidak usah tertarik untuk menulis lagi!"

Archer menghela nafas berat dan mengangkat besi berat itu lagi, posisinya sama dengan sebelumnya. Ia melakukannya berulang kali, mengalihkan fokusnya dari dorongan dalam dirinya untuk kembali ke dunia imajinasinya.

Di sudut tempat gym, Riley memperhatikan dengan pandangan penuh rahasia. Wajahnya tersembunyi di balik rambut cokelatnya yang panjang dan matanya yang tajam mengawasi setiap gerakan Archer. Siapa yang menyangka bahwa selama berjam-jam Riley telah memperhatikannya dari jauh, tersembunyi di antara alat-alat gym?

Meskipun Archer tak menyadari keberadaannya, Riley selalu ada, memantau tanpa sepengetahuannya. Ia adalah penguntit cantik yang lihai dan selalu berhasil menyembunyikan dirinya di tempat-tempat tak terduga.

"Dia sudah berjam-jam seperti itu. Apa Archer akan baik-baik saja?" Riley mengigit jari-jarinya dengan gelisah. Wajahnya saja sudah pucat seperti itu. Apa Archer memikirkan Aurora lagi? Sedalam apa cinta Archer pada anita itu sampai setiap hari dia memikirkannya? Riley terus bertanya dalam hati.

Seorang pria berpostur kekar dengan wajah tersembunyi di balik masker menyapa Riley dengan tegas, "Kamu sendirian di sini? Mengapa kamu hanya diam dan tak melakukan apapun sejak tadi? Butuh bantuan?"

Riley hendak menjawab, tapi terputus ketika pria itu ingin menyentuhnya. Dengan refleks cepat, Riley menjauh, "Jangan kurang ajar, atau aku akan berteriak!"

"Setelah ini?" Pria itu menyemprotkan sebuah obat bius khusus pada Riley tanpa aba-aba. Membuat Riley merasa pusing dan kesadaran yang mulai melemah.

"Sekarang berteriaklah jika bisa!" Pria itu mengangkat Riley ke gendongannya.

Meskipun lemah, Riley masih berusaha memanggil Archer. Dengan usaha terakhir, dia melempar jam tangannya dan mengalihkan perhatian pria itu padanya.

"Maaf, kekasihku cedera. Bisa tolong ambilkan?" Pria asing itu tersenyum setenang mungkin dan meminta Archer mengembalikan jam tangan Riley. Karena sudah terbiasa dengan modusnya, ia tidak lagi merasa canggung dan takut ketahuan.

"Apa kau tau, wanita yang kau gendong itu datang dengan siapa?" Archer melotot tajam ke arah pria asing itu dan merebut Riley dari gendongannya. "Kau tau siapa yang kau sebut kekasih?"

Setelah merebahkan Riley di matras, Archer melayangkan pukulan yang sangat keras. Tak butuh waktu lama untuk Archer membuat pria asing itu kabur. Pria cabul yang memang sudah banyak menyebar di tempat gym kota Croma, dengan modus dan cara yang sama. Untunglah Riley masih terselamatkan.

"Sedang apa kamu di sini? Menguntitku?" Sentak Archer dan Riley hanya menggeleng lemas. Mengetahui suhu tubuh Riley yang dingin dan tegang, Archer langsung paham jika Riley ketakutan. Ia pun menggendong wanita itu dengan hembusan nafasnya yang kasar.

"Seharusnya kamu menjauh dariku, aku sudah sering peringatkan. Aku bukan pria sempurna seperti yang kamu pikirkan. Bahkan aku lebih mengerikan dari pria yang baru saja ingin memanfaatkanmu." Bisik Archer seraya menahan gejolak dalam tubuhnya. Gejolak untuk menciptakan fiksi dan fantasi liarnya yang menunggu untuk di wujudkan.

*****

Setelah lelah bertanya di mana alamat Riley, akhirnya Archer menyerah dan membawa Riley ke rumahnya. Ia menggendong wanita itu dengan hati-hati, melangkah menuju kamar utama miliknya, dan dengan lembut merebahkannya di ranjang.

"Archer, kamu menolongku? Kamu pasti sangat menyayangiku, bukan?" Riley mencoba menahan pria itu agar tidak beranjak dari sampingnya.

"Jangan berisik, atau aku akan memindahkanmu ke teras!" Gertak Archer dengan nada kesal.

"Jangan jahat, Archer. Padahal aku sungguh-sungguh mencintaimu. Kenapa kamu selalu mengabaikanku dan tidak pernah memedulikanku?" Wajah Riley penuh kekecewaan dan tajam menangkap kedua wajah tampan Archer.

"Archer, ingatkah kamu dengan buku yang pernah kamu tulis? Bukankah ini adalah kebetulan yang luar biasa? Di buku itu, Thomas menyelamatkan Serena dari pria jahat di bar. Thomas membawa Serena ke rumahnya, dan mereka mandi bersama! Tidakkah situasi ini mirip dengan yang kita alami hari ini?" Riley bertanya dengan semangat yang tinggi, terpengaruh oleh alkohol.

"Sudah kukatakan itu hanya fiksi belaka!" Balas Archer dengan nada frustasi.

"Tapi aku ingin mewujudkannya! Kita hanya tinggal mandi bersama-sama dan cerita itu akan terwujud dengan sempurna!" Riley berbisik seraya merapatkan pelukannya pada leher Archer, tindakan yang jauh lebih agresif dari sebelumnya.

"Riley, berhentilah menggangguku dan memprovokasi untuk membahas hal itu!" Archer berusaha melepaskan diri dengan susah payah dari pelukan Riley yang begitu erat dan sulit untuk dilawan.

Archer menggelengkan kepalanya dengan keheranan. Baik dalam keadaan sadar maupun tidak, Riley selalu menjadi sumber kesulitan dan kegundahan baginya.

"Dasar jahat! Memang aju sejelek itu? Aku tidak menarik? Mustahil sekali!" Rengek Riley dengan wajah memelas, mencoba mencuri perhatian Archer yang sama sekali tidak peduli.

Pria itu langsung beranjak ke kamar mandi yang ada di sudut ruangan untuk membersihkan badannya yang lengket karena aktivitas gymnya hari ini.

Ia melepaskan seluruh pakaiannya dan merendam tubuhnya di dalam bak berisi air hangat. Sensasi itu membuatnya merasa begitu rileks dan nyaman. Sejenak, Archer menutup mata, menikmati momen kesegaran tersebut.

Namun secara tiba-tiba, ia merasakan sentuhan lembut yang menyapu tubuhnya. Sebuah ciuman hangat menghampirinya, membangkitkan sensasi yang begitu menggoda. Ciuman itu begitu menggebu dan mempesona, seolah membawa Archer ke dalam sebuah dunia fantasi yang ia kenal begitu baik dari salah satu adegan dalam novelnya.

Terlena oleh ciuman itu, Archer membalasnya dengan penuh perasaan. Ia melumat bibir Riley dengan lembut dan penuh gairah, seolah mereka berdua terjebak dalam dunia imajinasi yang sama.

Kontrol dirinya mulai terpecah, dan ia terbuai dalam kesenangan yang membawanya semakin jauh dari kenyataan. Penyakit psikologisnya, yang disebut sebagai "Novelitis Obsessiva", mulai mengambil alih dirinya, membiarkannya tenggelam dalam fantasi yang ia ciptakan sendiri.

"Kamu menyukainya, Archer?" Bisik Riley di telinganya. Itu kalimat yang sama persis dengan kalimat yang Serena ucapkan untuk Thomas pada bukunya.

Archer, seakan terhipnotis oleh naskah yang ia tulis sendiri, mengikuti alur cerita, memutar posisi mereka di bathup, dan dengan penuh gairah menindih Riley. Ia menatap wanita itu dan memberinya ciuman sekali lagi. Menikmati rasa manis yang membuatnya ketagihan.

Namun, sebelum melanjutkan lebih jauh dengan skenario yang seharusnya, Archer berusaha keras untuk sadar. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba membangunkan diri dari lamunan itu. Tidak, dia tidak ingin terperangkap dalam dunia imajinasinya. Dia harus menemukan jalan untuk sembuh!

"ARGH!!!" Archer membuka mata dan berhasil terbangun dari dunia palsu itu. Ia mendesah saat mendapati Riley sudah benar-benar berada di atas tubuhnya.

"Kenapa kamu tidak mengerti juga? Aku sedang menyelamatkanmu Riley. Aku tidak ingin ada Aurora lain yang akan menjadi objek menulisku." Archer mengangkat tubuh wanita itu dan membantu membersihkanya. Setelahnya, ia mencarikan piyama yang tak terlalu besar untuk Riley.

Langkah terakhir, Archer menyelimutinya sampai ke dada. Mengubah naskah yang seharusnya. Mengabaikan berbagai narasi yang muncul di kepalanya dan alur yang lebih menarik dari sebelumnya. Alur yang baru saja terjadi di dunia nyata.

"Jangan lagi termakan dengan tipuan dunia palsu itu, Archer." Desisnya perlahan, seraya membuka laci dengan gemetar untuk mencari obat anti-depresan yang telah diresepkan dokter untuknya.

*****

Selamat hari minggu 😘

*****

Btw cerita ini sudah lengkap dan tersedia di karya karsa, googleplay, dan PDF di 085712089258

Wattpad seperti biasa, akan di up sampai tamat kok! Selama masih ada tulisan on going yah!

Pretty Stalker (On Going)Where stories live. Discover now